Chereads / Bukan Jodoh Impian / Chapter 1 - Bahagia Berubah Duka

Bukan Jodoh Impian

🇮🇩Tytaa
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 8.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bahagia Berubah Duka

Hari yang nantikan telah tiba, Prisa Hanasta akan menikah dengan Ervin Putra Byantara. Prisa sudah terlihat cantik dengan makeup wajah natural look, juga tatanan rambutnya yang disanggul modern dengan mahkota yang tersemat di kepala, membuat tampilan Prisa terlihat sempurna dengan kemewahan di hari spesialnya. Ia memakai kebaya modern berwarna putih untuk acara akad nikah yang sebentar lagi akan segera di laksanakan.

"Wahh cantiknya anak Mama." Puji Mama Mitha, pada anak sulungnya yang sebentar lagi akan berubah status menjadi istri dari salah seorang anak Malik Byantara, pendiri PT. Arthatama.

"Iya, terlihat beda ya wajahnya." Sambung Tante Luna, Tante dari Prisa. Karena Prisa jarang sekali memakai makeup pada wajahnya, jadi ia terlihat berbeda di hari pernikahannya ini.

Raut bahagia terpancar dari wajah Prisa yang masih menunggu calon suaminya tiba ke aula tempat acara pernikahan di adakan.

Cuaca pagi ini sangat cerah, awan biru mulai terlihat, kicauan burung juga terdengar dengan sangat merdu menyambut Ervin dan keluarga yang hendak pergi ke acara pernikahannya hari ini. Ervin dan keluarganya memasuki mobil, lalu rombongan mobil melaju ke tempat acara akad nikah dan resepsi akan di adakan.

Ervin sangat bahagia menyambut hari pernikahannya yang beberapa beberapa jam lagi dilaksanakan. Tak henti-hentinya, Mama Kania memberikan semangat pada putra keduanya ini. Karena Ervin mengidap penyakit jantung sejak usia muda, sering keluar masuk rumah sakit, semangat hidup Ervin pun kadang menurun, makanya saat Ervin memutuskan untuk menikahi seorang gadis bernama Prisa, yang tak lain adalah seorang anak dari asisten rumah tangganya dulu, ia dan sang suami sangat menyetujuinya.

Tibalah Ervin dan rombongan keluarganya di masjid yang bersebelahan dengan aula. Ervin turun dari mobil, tubuhnya yang gagah dan tegap membuat banyak wanita terpesona padanya, apalagi ia seorang anak pemilik perusahaan besar.

Brukk ~~

Tiba-tiba Ervin terjatuh di dekat mobil saat hendak berjalan menuju ke dalam masjid, seketika suasana berubah menjadi panik, orang-orang menggotong tubuh Ervin ke dalam masjid, karena Ervin tidak sadarkan diri.

"Prisaa!" Panggil Tante Luna.

"Ada apa, Tante?" Tanya Prisa yang masih menunggu di ruangan dalam aula.

"Calon suamimu pingsan."

"Apa?" Prisa tersentak.

"Calon suamimu pingsan."

Prisa langsung berjalan menuju ke masjid, ia ingin mengetahui keadaan calon suaminya itu.

Dokter sedang memeriksa keadaan Ervin, Mama Kania tertunduk lemas melihat putranya yang tidak sadarkan diri. Begitupun dengan Papa Malik yang wajahnya berubah menjadi pucat saat ikut menggotong putra keduanya itu.

"Innalillahi wa innailahi rojiun." Ucap seorang dokter laki-laki.

Jantung Mama Kania berdebar-debar, "kenapa, Dok?"

"Putra Ibu sudah tidak ada, dia sudah meninggal dunia." Ungkap sang dokter.

Mama Kania menangis di hadapan putranya yang sudah terbujur kaku itu. Semua keluarga dan tamu yang hadir pun sedih, begitu juga Prisa calon pengantin perempuan yang tidak menyangka peristiwa ini terjadi. Baru saja akad nikah akan dilaksanakan tapi Allah berkehendak lain, yang disangka akan bahagia ternyata harus menjadi duka.

Mama Kania menarik tangan Ervan menuju ke sudut masjid. Ervan adalah saudara kembar dari Ervin.

"Van, waktu itu Mama pernah menemukan sebuah tulisan Ervin di buku hariannya. Dia menuliskan, jika dirinya tidak bisa menikahi Prisa, kamulah yang menggantikannya. Kamu yang harus menikahi dia." Bisik Mama Kania.

Ervan mengernyitkan keningnya, lalu kedua matanya menatap Mama Kania, "apa? Aku harus menikahi Prisa?"

"Iya, kamu nikahi dia! Karena Ervin sangat mencintainya. Ervin nggak mau Prisa jatuh ke tangan laki-laki yang tidak tepat. Prisa itu wanita baik-baik, kalian bertiga kan sudah berteman sejak kecil."

"Tapi, aku nggak mencintai Prisa!"

"Mama yakin, nanti kamu bisa mencintainya. Cinta itu bisa datang dengan sendirinya saat sudah menikah nanti. Mama mohon!"

"Nggak, Ma--nggak!"

"Tolonglah Van!"

"Tapi untuk menikah, aku belum siap, Ma!" Ervan masih saja menolaknya.

"Demi Ervin, Mama dan Papa, Van. Kamu dan Prisa bisa menikah secara agama dulu."

"Tapi Ervan nggak bisa mencintainya!"

"Kamu ingat Mama dan Papa menikah karena perjodohan? Tapi alhamdulillah rumah tangga kami langgeng sampai saat ini."

"Aku bukan Papa dan Prisa bukan Mama. Kita tuh beda!"

"Kamu kan sudah lama tidak mempunyai pacar, Mama dan Papa juga menginginkan kamu untuk menikah. Mama rasa Prisa pantas untuk kamu."

Perdebatan masih terjadi antara ibu dan anak ini. Mama Kania tahu kalau Prisa adalah seorang gadis baik-baik.

"Tapi kalau setelah menikah nanti, aku tidak cocok dan mau menceraikan Prisa, tidak apa-apa kan?"

Mama Kania tidak menjawabnya, sang mama berharap kalau Ervan tidak akan menceraikannya, tapi jika memang nanti mereka berdua tidak cocok, apa boleh buat.

"Oke, aku mau menikahi Prisa."

Karena Mama Kania terus memaksa, akhirnya Ervan mau menikahi Prisa menggantikan saudara kembarnya itu. Para anggota keluarga Byantara berdiskusi untuk menikahkan Ervan dan Prisa, lalu juga untuk pemakaman Ervin yang akan dilaksanakan hari ini.

Mama Kania menarik tangan Prisa yang masih saja menangis di hadapan jenazah sang kekasih. Setelah itu, Mama Kania berbisik pada Prisa, bahwa ia akan menikahkan Ervan untuk menggantikan Ervin yang telah tiada.

"Tapi, Ma .... "

"Sudahlah, Mama yakin cinta bisa hadir di antara kalian berdua. Kalian akan menikah secara agama."

Prisa tiba-tiba teringat sikap Ervan sewaktu mereka kecil. Ervan sering membully-nya.

Enam belas tahun yang lalu.

"Hei Prisa, jelek banget sih kamu, kulitnya hitam, dekil, rambutnya berantakan! Sama seperti keluarga kamu yang berantakan." Ucap Ervan.

Prisa pun menangis, lalu ia mengadu pada Mama Mitha yang pada saat itu bekerja di rumah Keluarga Byantara sebagai asisten rumah tangga.

Mama Mitha hanya bisa menenangkan anak sulungnya itu. "Sudah, jangan nangis, nggak apa-apa dibilang seperti itu."

Prisa memang seorang anak broken home, Papanya bercerai dengan Mama Mitha, jadi Mama Mitha harus menafkahi kedua anaknya dengan menjadi asisten rumah tangga.

"Prisa kenapa nangis?" Tanya Ervin.

"Biasa." Jawab Mama Mitha, singkat. Ervin sudah bisa menebak kalau Prisa menangis pasti karena di bully oleh saudara kembarnya.

Ervin menghampiri Ervan yang sedang bermain game pada komputer.

"Van, Prisa kamu apain? Kamu bully lagi?" Seru Ervin. Namun Ervan tidak menjawab, ia fokus pada gamenya.

Bukan sekali ini saja Ervan membully Prisa, tapi sangat sering, walau Mama Kania sudah menegurnya tapi tetap saja Ervan tak berhenti melakukannya.

"Gimana, Prisa?" Tanya Mama Kania.

"Ervan sudah bersedia menikah dengan kamu. Setelah akad nikah kalian dilaksanakan, baru Ervin akan segera di makamkan. Karena Mama pernah membaca di sebuah buku hariannya, Ervin sangat mencintai kamu, dia ingin sekali menikahi kamu. Tapi karena penyakit yang sudah lama di derita, dia pun pesimis. Dia takut tak bisa menikahi kamu, walau ketakutannya menjadi nyata, lalu dia juga menuliskan Ervanlah yang dia inginkan untuk menggantikannya menikahi kamu."