Chereads / Bukan Jodoh Impian / Chapter 6 - Menabrak Mobil

Chapter 6 - Menabrak Mobil

Acara pengajian dua hari meninggalnya Ervin pun di gelar, Prisa sibuk membantu menyiapkan makanan kecil untuk para tamu yang hadir. Sedangkan Ervan, baru saja sampai di rumah, ia langsung masuk ke dalam kamarnya.

"Prisa, tolong bujuk Ervan agar mau ikut membacakan yasin, tahlil dan doa untuk Ervin!" Titah Mama Kania.

Sebenarnya Prisa sudah malas untuk membujuk suaminya itu, tapi Prisa Kembali teringat kalau ia harus berusaha meluluhkan hati Ervan, dengan banyak menjalin komunikasi dengannya. Prisa pun melangkahkan kakinya manaiki anak tangga, lalu ia menuju ke kamar Ervan.

Tok … Tok … Tok …

Prisa mengetuk pintu kamarnya, tak lama kemudian Ervan pun membukakannya. Prisa terperanjat melihat Ervan yang hanya memakai handuk, lalu ia pun menundukkan pandangannya.

"Ada apa sih?" Tanya Ervan.

"Kamu dipanggil Mama, disuruh ikut pengajian!"

"Aku baru aja mau mandi, kamu nggak lihat aku pakai handuk gini?"

"Iya lihat, ya sudah nanti habis mandi kamu turun ke bawah!"

Bruukkk~~

Ervan menutup pintu kamarnya dengan kencang. Prisa pun turun kembali ke lantai bawah.

"Mana Ervan?" Tanya Mama Kania.

"Tadi katanya, Ervan mau mandi dulu, Ma."

"Oh."

Ervan yang baru saja selesai mandi, menuruni anak tangga, ia memakai baju koko berwarna putih dan sarung berwarna biru, juga songket di kepalanya.

'Masya Allah … `Batin Prisa yang melihatnya, jika memakai baju koko dan peci seperti itu Ervan mirip sekali dengan Ervin. Terlihat seperti tak ada bedanya. Wangi tubuh Ervan juga menyeruak di hidung Prisa saat Ervan melewatinya.

"Suami Kakak ganteng banget kalau pakai baju koko begitu!" Bisik Zahra, adik Prisa.

Prisa pun mengakui kalau Ervan memang tampan, tapi hatinya tidak setampan wajahnya. Prisa mengerucutkan bibirnya, ia tidak mau mengakui melalui lisannya bahwa Ervan tampan. Karena percuma saja tampan jika hatinya sulit untuk diluluhkan.

Acara pengajian pun selesai, lalu Prisa membantu Mbak Tati dan Mbak Darti membersihkan rumah. Sungguh beruntung Mama Kania mempunyai menantu yang rajin seperti Prisa.

"Pris, Mama pulang dulu ya." Pamit Mama Mitha.

"Mama mau pulang naik apa? Udah malem, nggak nginap aja?"

"Naik taxi online."

"Iya, Bu. Nginap aja disini, temani Prisa." Ujar Mama Kania.

"Nggak, saya mau pulang aja." Mama Mitha menolak untuk menginap karena ia tidak ingin merepotkan besannya itu.

Mama Kania melangkahkan kakinya ke lantai dua, lalu ia menuju ke kamar Ervan.

Tok … Tok … Tok …

"Ervan!" Panggil sang mama.

Ervan pun membukakan pintu kamarnya, "ada apa lagi sih, Ma?"

"Mama mau minta tolong sama kamu, tolong kamu antarkan mertua dan adik-adik iparmu pulang! Kasihan mereka."

Ervan mengehela nafas, ia tidak ingin direpotkan oleh keluarganya Prisa, tapi Mama Kania masih saja berusaha mendekatkan ia dengan wanita yang dibencinya itu.

"Kenapa nggak nyuruh Pak Harno aja sih?" Ucap Ervan.

"Pak Harno lelah, dia kan habis bantu-bantu membersihkan rumah."

"Tolong Van!" Mama Kania sampai memohon pada Ervan, agar ia mau mengantarkannya.

"Apa kamu nggak kasihan dengan mereka?"

Dengan sangat terpaksa, Ervan pun bersedia mengantarkannya. Ia melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, lalu mengeluarkan mobilnya.

"Prisa, kamu ikut aja mengantarkan Mamamu!" Titah Mama Kania.

Ervan yang sudah berada di dalam mobil, memasang wajah sinisnya, `ngapain sih Mama nyuruh Prisa ikut juga?` Batin Ervan.

Akhirnya Prisa pun ikut. Ia memasuki mobil, ia duduk di samping Ervan yang menjadi supir. Ervan tidak sedikitpun melirik wanita yang duduk di sampingnya itu. Sampai mobil sudah berjalanpun, Ervan diam saja.

"Kok lewat sini sih?" Tanya Prisa.

"Bisa kan lewat sini?" Balas Ervan.

"Tapi kan jauh!"

"Terus kenapa kalau jauh? Gue kan supirnya, ya terserah gue dong!"

"Sssttt … Sudah-sudah, nggak apa-apa jauh. Sudahlah Pris, ikuti Ervan saja." Ucap Mama Mitha.

Ervan sudah mau mengantarkannya saja, Mama Mitha sudah bersyukur. Makanya ia tak ingin protes apapun pada menantu barunya itu.

Setelah satu jam lebih perjalanan, sampailah di rumah orang tua Prisa, Ervan memarkirkan kendaraan roda duanya di dekat rumah bercat putih tersebut.

"Van, mampir dulu yuk!" Ucap Mama Mitha.

"Mau langsung pulang aja, udah malam." Jawab Ervan.

"Terima kasih ya." Lanjut Mama Mitha.

"Iya."

Mama Mitha dan kedua putrinya turun dari mobil Ervan, Prisa pun membuka kaca, lalu melambaikan tangan pada sang mama dan kedua adiknya.

"Lo nggak ikut turun? Turun sana!" Ujar Ervan.

Prisa pun melirik Ervan, tapi ia tidak menanggapi ucapannya itu. Prisa tahu, kalau Ervan memang menginginkan ia untuk kembali ke rumahnya. Namun Prisa tidak ingin mengecewakan Mama Kania yang memintanya tetap menjadi menantunya walau bukan menjadi pasangan Ervin, laki-laki yang sangat dicintainya itu.

Ervan mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi, ia ingin secepatnya sampai di rumah, ia tidak ingin berlama-lama berdua di dalam mobil bersama Prisa.

"Pelan-pelan dong nyetir mobilnya!" Seru Prisa.

"Terserah gue dong, mau cepat atau mau lambat."

Ervan tidak menghargai setiap detik hembusan nafas yang masih ada atau memang ia mau menyusul Ervin untuk pergi selamanya? Seolah punya banyak nyawa, yang jika satu nyawa matipun tak apa. Sudah diperingati oleh Prisa, tapi jawabannya malah menyakitkan seperti itu.

"Van, aku nggak mau mati konyol. Tolong jangan ngebut begini!" Prisa kembali mengingatkan.

"Besok gue kerja, jadi gue harus cepat-cepat sampai di rumah!"

"Pengen cepat sampai di rumah, tapi juga harus mengutamakan keselamatan, nggak gini caranya!"

"Lo bawel ya! Lo aja nih yang nyetir, bisa nggak?"

Prisa belum bisa menyetir mobil, andai saja ia bisa pasti ia mau menggantikannya, dari pada ia harus merasakan naik mobil seperti menaiki roller coaster seperti ini. Tak lama setelah jalanan lancar, kemacetan pun menyapa.

BRUUGGGG!

Tiba-tiba Ervan menabrak mobil yang berada di depannya.

"Astaghfirullah …" Ucap Prisa yang sangat kaget.

Pengendara mobil yang tertabrak itu pun keluar dari mobilnya lalu menghampiri mobil Ervan, ia mengetuk-ngetuk kaca mobil Ervan, menyuruhnya untuk keluar. Ervan pun keluar dari mobil. Prisa takut, ia takut Ervan bertengkar dengan pemilik mobil yang tertabrak itu. Ia pun ikut turun dari mobil dan melihat kerusakan mobil keduanya. Pemilik mobil yang tertabrak pun marah pada Ervan dan ia minta ganti rugi atas kerusakan pada mobil miliknya, karena memang Ervan yang salah. Namun Ervan tidak langsung menyetujui permintaan orang tersebut, kerena menurutnya, biaya yang diminta orang tersebut terlalu besar untuk kerusakan yang tidak seberapa. Ervan dan pemilik mobil itu pun bersitegang, lalu orang-orang di sekitar berusaha melerainya. Akhirnya mereka berdua pun tawar menawar masalah ganti rugi. Setelah deal, Ervan langsung mentransfer sejumlah uang tersebut melalui mobile banking miliknya.

Prisa pun kembali ke dalam mobil, karena kendaraan di belakang makin macet karena kejadian itu. Klakson mobil di belakang berbunyi tak henti-hentinya.