Chereads / Bukan Jodoh Impian / Chapter 11 - Tak Ada Rasa Cinta

Chapter 11 - Tak Ada Rasa Cinta

Terdengar suara mobil Ervan yang memasuki garasi rumah, acara pengajian sudah selesai, para tamu yang hadir pun sudah kembali ke rumahnya masing-masing, Ervan baru sampai di rumah.

"Van, dari mana sih kamu jam segini baru pulang?" Tanya Mama Kania.

"Kerja, Ma!"

"Kerja apa sampai malam gini? Kantor kan tutup jam lima sore." Sambung Papa Malik.

Ervan tidak menjawab ucapan itu, ia langsung melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Ia beranjak ke kamarnya. Alangkah terkejutnya Ervan saat membuka lemari karena ingin mengganti pakaian, melihat semua pakaiannya tidak ada, lemarinya sudah kosong. 'Kemana semua pakaianku?' Tanya Ervan dalam hati.

Ervan beranjak ke lantai bawah, lalu ia menghampiri Mama Kania yang sedang berada di ruang makan.

"Ma, semua pakaianku kemana?" Tanya Ervan.

"Sudah Mama pindahkan semua ke kamar Ervin."

Ervan mengernyitkan keningnya, "apa, ke kamar Ervin?"

"Iya, kamu kan harus tidur satu kamar dengan istrimu."

Ervan menatap Mama Kania, ia kesal karena dipaksa tidur bersama wanita yang tidak dicintainya.

"Tapi, Ma …"

Mama Kania memotong pembicaraan anak laki-lakinya itu. "Sudahlah Ervan, suami istri kan memang harus tidur bersama."

Ervan merasa kebebasannya terenggut karena ia harus menuruti semua keinginan kedua orang tuanya untuk menganggap Prisa sebagai istrinya. Ervan ingin secepatnya menceraikan Prisa, ia tidak ingin terlalu lama berada dalam keadaan seperti ini.

Ervan melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, ia beranjak ke kamar Ervin, lalu ia membuka lemari. Ia melihat pakaiannya yang sudah tersusun rapi di dalamnya.

"Arrgghh!" Pekik Ervan. Ia tak sanggup menerima semua ini. Hidup bersama orang yang tidak dicintai pastinya sangatlah berat.

Kreekkk ~~

Prisa masuk ke dalam kamarnya, ia melihat Ervan yang sedang duduk di tepi ranjang sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Van …"Tegur Prisa, lalu ia duduk di samping Ervan.

"Van, nggak usah merasa terbebani karena kita harus tidur satu kamar, kamu bisa tidur di kasur lalu aku tidur di sofa, ataupun sebaliknya. Aku tahu, kamu nggak mencintai aku dan akupun nggak mencintai kamu. Jika kamu nanti mau menceraikan aku, aku terima, terserah kamu. Karena memang cinta tidak bisa dipaksa."

Ervan menoleh ke arah Prisa. Ia pikir Prisa sangat bersikeras menginginkan harta kekayaan kedua orang tuanya dengan mau dinikahi olehnya, tapi ternyata Prisa tidak seperti itu. Prisa pasrah, jika Ervan mau mempertahankannya ia masih mau bertahan, tapi jika Ervan mau menceraikannya pun Prisa tidak mempermasalahkan itu.

"Aku hanya menuruti ucapan kedua orang tua kamu, karena mereka berdua begitu baik pada aku dan keluargaku. Jadi, kamu nggak perlu merasa terbebani karena harus menganggap dan memperlakukan aku sebagai istri. Karena kamu juga masih bisa bebas memilih wanita lain."

"Oke." Balas Ervan.

"Sekarang, makan yuk! Mama dan Papa sudah menunggu kamu." Ajak Prisa. Ervan pun melangkahkan kakinya menuruni anak tangga dan Prisa mengikuti dari belakang.

Ervan dan Prisa beranjak ke ruang makan, lalu mereka duduk bersebelahan. Melihat Ervan dan Prisa yang tampak akur, membuat Mama Kania dan Papa Malik mempunyai harapan terhadap pasangan ini, mereka berdua berharap cinta bisa bersemi diantara keduanya dan rumah tangga mereka langgeng sampai maut memisahkan.

Prisa pun mengambilkan piring lalu menuangkan nasi ke atas piring tersebut, setelah itu ia berikan pada Ervan. Walau tidak cinta, Prisa tetap memperlakukan Ervan seperti orang yang benar-benar ia cintai. Prisa mengesampingkan egonya, ia tetap berprilaku baik pada suaminya itu walau tak terbalaskan.

"Van, tadi makan siang yang dibawakan Prisa, habis?" Tanya Mama Kania.

Tiba-tiba saja Ervan teringat cerita saat Prisa nyasar ke lantai atas. Ervan pun tertawa terbahak.

"Kamu kenapa sih?" Tanya sang mama.

"Ada peristiwa lucu di kantor tadi."

"Apa?" Tanya Papa Malik.

"Prisa nyasar ke lantai atas." Ungkap Malik sambil tertawa. Prisa pun ikut tertawa.

"Iya Ma, tadi aku nyasar ke lantai atas, karena aku nggak menekan tombol sebelum masuk ke dalam lift. Maklum baru pertama kali naik lift." Ungkap Prisa dengan wajah cerianya.

"Kamu jadi berpengalaman naik lift kan?" Sambung Mama Kania.

"Iya."

Mama Kania dan Papa Malik senang sekali melihat sikap Ervan yang mulai mencair pada Prisa. Mereka berdua berharap, semoga setiap harinya selalu ada kejadian lucu yang membuat mereka berdua tertawa. Mama Kania menyenggol lengan suaminya itu, Papa Malik pun mengerti maksud sang istri.

Setelah makan malam bersama, Prisa dan Ervan beranjak ke kamarnya. Kini mereka berdua berada di dalam kamar, status sebagai sepasang suami istri tak membuat mereka melakukan ibadah sebagai sepasang suami istri, karena memang tak ada rasa cinta diantara keduanya, jadi mereka berdua hanya sama-sama membisu.

"Jadi, kamu mau tidur di kasur atau di sofa?" Tanya Prisa.

"Di kasur."

"Oke."

Prisa pun merebahkan tubuhnya di atas sofa bed berwarna cokelat tua itu. Sedangkan Ervan masih sibuk di depan laptop, ia masih mengecek pekerjaannya. Ervan menoleh ke arah Prisa yang sudah tertidur pulas. Sebenarnya ada rasa kasihan dalam hati kecil Ervan pada Prisa, karena ia selalu bersikap buruk padanya. Prisa juga manusia yang punya perasaan benci ketika dijahati. Namun ia tidak dendam pada Ervan yang selalu membencinya.

Ervan pun menyelimuti tubuh Prisa dengan selimut tebal agar ia tidak merasa kedinginan. Setelah itu Ervan pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

***

Prisa mendengar suara alarm pada ponselnya. Ia pun membuka kedua matanya, lalu mematikan alarm pada ponsel yang berada di dekatnya tersebut. Ia terkejut saat melihat selimut tebal yang membaluti tubuhnya. Ia pun langsung bangkit dari tempat tidur, lalu membangunkan Ervan yang masih tertidur pulas.

"Van, bangun!"

Ervan pun membuka kedua matanya, lalu bertanya, "ada apa sih?"

"Semalam, kamu berbuat apa sama aku? Kok tubuh aku ditutupi selimut?"

Ervan pun tertawa terbahak, "siapa yang berbuat macem-macem sama lo? Gue? Ya nggak mungkinlah! Lo lupa ya, gue nggak suka sama lo, jadi nggak mungkin gue berbuat itu!"

Prisa pun merasa lega, karena ternyata Ervan tidak menyentuh tubuhnya sedikitpun. Ervan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, lalu Prisa menyiapkan pakaian yang akan dipakai oleh Ervan ke kantor. Setelah itu Prisa langsung turun ke bawah untuk menyiapkam sarapan pagi.

Saat Ervan keluar dari kamar mandi, ia terkejut melihat pakaian yang sudah Prisa siapkan untuknya di atas tempat tidurnya. Prisa menyiapkan kemeja, dasi, celana, sampai pakaian dalam milik Ervan, semuanya Prisa siapkan. Ervan pun memakai semuanya.

Setelah rapi, Ervan melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, lalu ia menuju ke ruang makan. Di meja makan sudah tersedia makanan dan minuman untuknya, semua itu Prisa yang menyiapkannya.