Desiran angin yang cukup tajam yang ditimbulkan oleh tebasan pedang mengarah leher Ki Ireng,begitu cepat bagai tatit.Namun Ki Ireng bukan orang kebanyakan yang begitu saja membiarkan lehernya putus oleh pedang itu,dengan gerak yang mengagumkan ia telah mencabut pedangnya dan menangkis serangan licik itu.
Bunyi tangkisan itu mengejutkan orang yang mempunyai tahi lalat di dagu,yang berkuda di depan.
"Apa yang kau lakukan,Ki Sanjaya.?"tanyanya kebingungan.
Orang yang di panggil Ki Sanjaya dan yang menyerang Ki Ireng itu,tak menanggapi pertanyaan dari orang yang mempunyai tahi lalat di dagunya. Dengan tertawa Ki Sanjaya berteriak memanggil seseorang.
"Mangsa telah tiba adi Danur.!"
Sesaat dari balik rimbunnya ilalalang, seorang bagai raksasa dengan hidung melengkung seperti paruh gagak telah muncul dengan gada di tangannya.
"Lama kita tidak berjumpa Ki Daru." Ucap orang yang di panggil Danur itu.
Mengetahui sesuatu yang tak dimengerti itu, Ki Ireng segera mendekati kuda Ki Daru, orang yang mempunyai tahi lalat di dagu tersebut.
"Apakah kisanak mengenal orang itu dan ada apa ini semua.?" Tanya Ki Ireng,setelah berada di samping kuda Ki Daru.
Walau masih dalam keterkejutannya, Ki Daru segera menjelaskan dengan singkat siapa Ki Danur sebenarnya.
"Dia bekas prajurit Daha."
"Kau tak usah bisik-bisik Ki Daru, dan untuk kau kisanak lebih baik tak ikut campur dengan urusan kami.!" Teriak Ki Sanjaya, yang sudah di samping Ki Danur berdiri.
"Benar apa yang dikatakan Ki Sanjaya, kisanak sebaiknya melanjutkan perjalanan kisanak." Desis Ki Daru.
"Tidak ki, aku sudah terlibat dengan apa yang terjadi di bulak ini, dan orang itu yang memulai terlebih dahulu." Tukas Ki Ireng.
Mendengar perkataan Ki Ireng, Ki Daru hanya menghela nafas lalu turun dari kudanya.
"Kalau begitu berhati-hatilah kisanak."
Sementara itu Ki Danur dengan mata tajam memandang ke arah Ki Daru. Dengan wajah penuh kemarahan,dia berkata kepada Ki Sanjaya,"kakang urus orang asing itu, hari ini juga aku akan menuntaskan dendamku.!"
"Baik adi." Jawab Ki Sanjaya,yang bergerak menyerang Ki Ireng.
Tentu saja Ki Ireng yang tak menghilangkan kewaspadaan menanggapi serangan itu dengan menghindari dan menggeser tempatnya ke tempat yang lebih lapang.
Sementara itu Ki Daru, yang sesaat termangu memperhatikan tata gerak Ki Ireng, telah dikejutkan oleh datangnya serangan Ki Danur yang ganas dan hampir saja mengenai lambungnya.
"Tak kusangka seorang bekas Panji gampang terlena oleh suasana." Ucap Ki Danur.
"Sudahlah Ki Rangga Danur, apa maksud semua ini.?" Tanya Ki Daru, yang dulunya prajurit Kediri dan kini menjadi prajurit kadipaten Japanan.
"Cih dasar gedibal Demak yang tak tahu diri dan penghianat, dengan mudahnya kau menjilat penguasa Glagah wangi dan menjadi menantu tumenggung Japanan itu.!"
"Cukup kakang Danur, aku menjadi prajurit bukan semata karena penguasa yang kuat,namun aku mangabdi hanya kepada penguasa yang benar menjalankan pranatan dan paugeran yang benar dan baik untuk kawula alit.!"
"Sebaliknya dengan kakang yang ternyata berada di Bulak Sepi ini,yang mungkin kakang merupakan orang yang di desas-desuskan dengan sepasang begal ganas itu." Lanjut Ki Daru.
"Hahaha, apa itu paugeran dan pranatan.? Memang benar, akulah salah seorang yang disebut Sepasang Begal Bulak Sepi, lalu kau mau apa he.?!"
"Hentikanlah kakang dan kembalilah ke jalan yang dikehendaki oleh Yang Maha Agung."
"Tutup mulutmu setan alas, tak usah sesorah di hadapanku, apakah jika aku kembali kau mau mengembalikan anak tumenggung itu kepadaku ?, kurasa tidak." Sahut Ki Danur.
Ki Daru hanya menghela nafas, mendengar masalah anak Tumenggung Japanan yang kini menjadi istrinya, diungkit-ungkit.
"Sudahlah, sekarang kita tuntaskan dengan dada tengadah melalui kuatnya wadag kita." Setelah mengakhiri kata-katanya, Ki Danur dengan cepat menjulurkan tangannya yang terkepal mengarah dada lawan.
Namun kali ini, Ki Daru dengan sungguh-sungguh melawan serangan lawan. Dua kekuatan yang dilambari tenaga besar itu, membuat keduanya terhentak setelah beradu kepalan, masing-masing mundur tiga tindak dan merasakan kesemutan di tangan mereka.
Tak jauh dari tempat Ki Panji Daru dan Ki Rangga Danur bertarung, terjadi pertarungan yang tak kalah seru. Ki Ireng yang dipandang sebelah mata oleh Ki Sanjaya, ternyata selalu bisa mengikuti kecepatan gerakannya.
"Setan alas, rupanya kau juga mampu meloncat layaknya kera.!" Umpat Ki Sanjaya.
"Hahah ,memang inilah yang mampu aku perbuat kisanak ,menirukan tata gerak seekor kera. Jauh berbeda dengan kisanak yang menirukan watak kera bahkan melebihinya." Sahut Ki Ireng, dengan sindiran tajam.
"Tutup mulutmu, bajingan.!" Maki Ki Sanjaya seraya membabat mulut lawan dengan pedangnya.
Tapi ketangkasan Ki Ireng sungguh mengagumkan, babatan pedang lawan dengan mudah dihindari dengan menundukkan kepalanya. Tidak hanya itu saja, dengan menggunakan daun pedangnya, Ki Ireng memukul lengan lawan dan menyarangkan satu pukulan di lambung lawan.
"Bangsat setan tethekan.!" Kembali umpatan kasar keluar dari mulut Ki Sanjaya.