Langit dikademangan Wilangan mulai temaram, para penghuni kademangan mulai bermain pelita dari biji jeda. Digardu samping dekat gapura padukuhan induk beberapa pengawal yang rata-rata adalah anak muda kademangan mulai berdatangan, kebanyakan mereka anak muda yang memiliki bekal olah kanuragan walau tidak terlalu tinngi.
Pada wayah sepi wong itulah, seekor kuda yang ditunggangi seseorang pakaian prajurit memasuki regol itu.
"Permisi kisanak, apakah aku memasuki kademangan Wilangan.?" Tanya prajurit itu, sebelum turun dari kuda.
"Benar kisanak, siapakah kisanak ini.?" Jawab salah seorang anak muda dan sekaligus kembali bertanya.
"Aku Ki Aran, kisanak. Prajurit asal Kadipaten Pranaraga." Jelas prajurit muda itu.
Tahu kalau orang yang menunggangi kuda itu seorang prajurit, anak muda yang menjadi pemimpin penjaga itu segera mengangguk hormat.
"Oh maafkan kami yang tidak mengetahui jika tuan ini seorang prajurit." Ucap pemimpin pengawal itu.
"Sudahlah kisanak, oh ya kedatanganku ke sini diutus oleh putra Ki Demang, yang sekarang menjadi seorang Rangga dikadipaten Pranaraga."
"Oh maksud tuan, kakang Arya Malimping.?"
"Benar kisanak."
"Baiklah mari ke kademangan tuan, Ki Demang pasti akan senang mendengar kabar itu." Kata pengawal kademangan,dan mengantar prajurit dari kadipaten Pranaraga.
Dipendapa kademangan, Ki Demang beserta para bebahu bercengkrama serta berkumpul untuk merundingkan rencana pembuatan bendungan yang akan dipakai untuk mengaliri air ke sawah para penghuni Kademangan Lor. Dan ditengah-tengah suasana musyawarah itulah, kedatangan pemimpin pengawal beserta seseorang anak muda menaiki pendapa.
"Ampun Ki Demang, tuan ini adalah prajurit dan beliau ingin menghadap Ki Demang." Lapor pemimpin pengawal.
"Oh, terima kasih sudah kau antarkan kemari, Kerti. Kembalilah ke gardu Perondaan." Ucap Ki Demang, dengan senyum mengembang.
Setelah kepergian pengawal kademangan, Ki Demang pun mengatakan selamat datang pada prajurit muda itu dikademangan yang dia pimpin.
"Terima kasih Ki Demang, atas penyambutannya. Perkenalkanlah aku Ki Aran, prajurit Kadipaten Pranaraga yang berada dibawah pimpinan Ki Rangga Arya Malimping." Kata Ki Aran.
"Ah apakah aku tadi tidak salah dengar, putra kumenjadi seorang rangga.?" Tanya Ki Demang, merasa tidak yakin.
"Begitulah Ki Demang, dan kedatangan saya kemari karena saya mendapat perintah dari ki Rangga Arya Malimping untuk menyampaikan hal ini, sekaligus meminta Ki Demang untuk menghadiri wisuda ki Rangga Arya Malimping pada pekan ini." kata Ki Aran.
Sesaat Ki Demang memandang ki Jagabaya dan para bebahu lainnya.
"Ki Demang, lebih baik memang Ki Demang menghadiri wisuda anak mas Arya Malimping." Kata ki Jagabaya.
"tetapi kakang, apakah hal itu tidak mengganggu rencana kita untuk membendung kali Lor.?"
"Tenanglah ki,biarlah kami para bebahu saja yang menyelesaikan pembuatan bendungan kali Lor. Bila Ki Demang tidak menghadiri wisuda anak mas Arya Malimping, putra Ki Demang itu pasti akan kecewa." Kembali ki Jagabaya angkat bicara. Setelah berfikir barang sejenak serta tidak ingin membuat kecewa Arya Malimping, maka Ki Demang sepakat untuk menghadiri hari wisuda anaknya.
"Baiklah tuan prajurit, saya akan menghadiri hari wisuda putraku."
"Syukurlah jika Ki Demang hadir, namun mohon maaf Ki Demang janganlah Ki Demang memanggil saya dengan sebutan tuan, lebih baik panggillah saya dengan nama saja." Sahut Ki Aran.
"Baiklah Ki Aran."
Setelah memastikan esok Ki Demang dan Ki Aran akan berangkat ke kadipaten Pranaraga, maka Ki Aran diperbolehkan untuk istirahat digandok dan juga disuguhi makan malam oleh Ki Demang, sebelum Ki Aran beristirahat.
Berjalannya waktu yang terus berlanjut, gelapnya malam beganti menjadi terangnya pagi yang disinari oleh secercah sinar matahari diujung langit timur.
Kokok ayam jantan serta kicauan burung yang saling bersaut-sautan pun memeriahkan pagi yang cerah itu. Didepan pendapa kademangan terdapat empat ekor kuda yang sudah disiapkan untuk Ki Demang serta Ki Aran, dan dua pengawal kademangan Wilangan pergi menuju Kadipaten Pranaraga.
"Marilah Ki Demang, mumpung hari masih pagi." Ucap Ki Aran, usai menyantap hidangan pada pagi hari.
"Mari Ki Aran, kurasa kedua pengawalku juga sudah siap untuk berangkat." Sahut Ki Demang.
Keduanya pun berdiri serta berjalan menuruni tlundak pendapa. Dibawah tlundak, ki jagabaya serta beberapa bebahu telah berdiri menunggu.
"Kakang Jagabaya, kutitipkan kademangan ini untuk beberapa pekan kedapan sampai aku kembali." Ucap Ki Demang.
"Baik.. Semoga perjalanan Ki Demang lancar, begitupun dengan kepulangan Ki Demang nanti." Sahut ki Jagabaya.
Selesainya menyampaikan beberapa pesan untuk ki Jagabaya serta para bebahu, maka rombongan Ki Demang berangkat menuju kadipaten Pranaraga.
"Bersambung ..."