Udara pada malam itu terasa dingin luar biasa menusuk tulang, angin yang bergerak lembut dan dingin itu membuat seluruh orang malas untuk beranjak bangun dari tempat tidurnya serta keluar dari selimut panjangnya. Pada gardu perondaan yang biasanya selalu di isi oleh anak-anak muda yang harusnya berjaga,tampak kosong.
di tengah malam yang gelap serta dingin itu,seseorang yg berjalan kaki menghentikan langkahnya.
"Tampaknya malam ini akan turun hujan." Desis orang itu.
Sesaat orang itu memperhatikan gardu perondaan di ujung regol padukuhan itu.
"Lebih baik aku berteduh dan bermalam pada gardu ini." Ucap orang itu, lalu menaiki gardu itu serta meletakkan buntalannya.
Tidak berapa lama orang itu merebahkan diri, derap kaki kuda terdengar di telinganya. Lantas orang itu kembali bangun serta duduk.
Di ujung lorong pedukuhan, dua ekor kuda yang ditunggangi oleh tiga orang, terdiri dari dua orang lelaki paruh baya dan satu orang remaja laki-laki. Kuda itu berjalan pelan sebab tidak ingin merusak kenyamanan padukuhan yang akan mereka lewati.
"Paman, tampaknya hujan akan segera datang. Lebih baik kita berteduh pada gardu perondaan itu." Seseorang dari mereka berkata.
"Baiklah tampaknya Adigama juga telah kelelahan." Sahut orang yang tadi disebut paman.
Maka mereka pun sepakat untuk berteduh serta beristirahat sejenak di gardu yang gelap itu. Namun waktu salah seorang turun dari kudanya, sebuah dehem sudah mengejutkan mereka.
"Oh apakah kami mengganggumu kisanak ?, maafkan kami. Kami kira gardu ini tidak berpenghuni. Kami bertiga ingin minta izin berteduh di sini,itupun Bila kisanak ijinkan."ucap penunggang kuda yang masih belia.
Orang yang lebih dahulu di gardu parondan itu menganggukkan kepalanya perlahan.
"Silakan kisanak, kita sama-sama orang yang kemalaman." Ucap.orang itu.
"Oh jadi kisanak juga seperti kami.?" Ucap penunggang kuda yang disebut paman,yang tidak lain Ki Mahesa Anabrang.
"Benar kisanak, o ya namaku Damar. Jika boleh tahu kisanak-kisanak ini siapa serta dari mana.?" Tanya orang yang bernama Damar itu.
"Kami bertiga dari KaAdigamaten Prana Raga, namaku Mahesa Anabrang dan ini anakku Adigama. Dan yang ini kerabatku, Wilis namanya." Kata Ki Mahesa Anabrang, yang memperkenalkan dirinya serta rombongannya.
"Wilis.." Desis Damar dalam hati.