Malam yang gelap
Sekarang Gia telah pulang daei cafe nya dia malah langsung masuk ke kamarnya dan merebahkan diri di kasurnya dan memikirkan perkataan Lisa tentang bagaimana jika Erol akan sedih jika melihat Gia yang terus mengurung diri di kamar tidak mau sekolah.
Gia:"Bener juga apa yang dikatakan Lisa bahwa pasti Erol akan sedih jika melihat aku sedih seperti ini..." ujar Gia yang tidur di kasur dan melihat Langit-langit atap kamarnya.
Gia:"Besok gue akan sekolah karena gue gak mau Erol sedih disana" ujar Gia yang berbicara pada dirinya sendiri.
Gia:"Soal orang yang akan membully nanti aku bisa atasi sendiri" ujar Gia yang menghela nafas kasar.
Semakin hari rasa rindu Gia pada Erol sangat besar Gia merindukan Erol yang selalu berada di sebelahnya setiap Gia membutuhnya.Kini tidak ada lagi warna di hidup Gia setelah melamun tanpa sadar Gia telah tertidur pulas.
Didalam tidurnya Gia bertemu dengan Erol.
Erol:"Gia" Ujar Erol yang mendekat Gia yang kebingungan.
Gia:"Er kamu disini.Er aku sangat merindukanmu" ujar Gia yang langsung memeluk Erol.
Erol:"Gia walaupun aku tidak ada tapi akan ada seorang pria yang akan melindungi kamu selamanya," ujar Erol dalam mimpi Gia itu.
Gia:"Tapi Er aku mau kamu Er aku tidak mau yang lain." ujar Gia yang masih dalam pelukan Erol.
Erol:"Gia kamu kuat kamu bisa menjalankan ini semua kamu harus semangat walaupun aku emang tidak ada di sisi mu" ujar Erol yang mengusap-usap puncak kepala Gia
Gia:"Er kamu udah enggak sayang lagi sama aku sehingga kamu pergi meninggalkan aku Er?" ujar Gia yang melepaskan pelukannya.
Erol:"Maaf Gia" ujar Erol yang terlihat sedih.
Gua:"Er aku cinta sama kamu Er kita akan menikah bukankah itu yang kamu mau.Tapi kenapa kamu pergi meninggalkan aku duluan?" ujar Gia yang bertanya pada Erol.
Erol:"Maaf Gia" ujar Erol singkat dan tiba-tiba semua langsung gelap dan Erol sudah tidak ada di hadapannya.
Gia terbangun dari tidurnya dan duduk di tempat tidurnya memegang kepalanya yang pusing.Gia tidak percaya dia bermimpi Erol yang tampan seperti biasa senyum Erol bisa Gia temukan lagi di mimpinya.
Tapi setelah melihat jam ternyata jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi ini sudah waktunya sekolah Gia dengan cepat langsung pergi ke kamar mandi setelah melihat jam yang berada di meja sebelah tempat tidurnya
Pagi Hari yang cerah
Hari ini telah berlalu kini Daiva menjalankan penyamaran pertama nya dia mulai masuk ke sekolah High School Hard.Daiva dengan wajahnya yang tampan memasuki sekolah dengan mobilnya yang mewah dan dilihat oleh semua terutama Geng nya Fira si tukang bully di sekolahnya itu.
Daiva dengan percaya diri yang tinggi karena dia jelas sangat tampan,tinggi dan badannya yang bagus sehingga membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan terpesona.
Berbanding terbalik dengan Gia yang hanya murung saat memasuki sekolah dan kepalanya yang terus menunduk.Dengan keberanian Gia mulai memikirkan pembicaraan nya dengan Lisa semalam bahwa Gia harus giat sekolah karena pasti Erol juga akan sedih jika melihat Gia yang terus bersedih.
Gua baru saja masuk namun dirinya langsung dihalangin oleh Geng nya Fira yang terdiri dari Fira, Sisil dan Caca.
Fira:"Hello gril udah berani masuk sekolah lagi setelah lama tidak masuk?" ujar Fira yang memegang rambut Gia.
Gia makin takut dan menunduk kepalanya karena takut.
Caca:"Kasihan banget ya, sekarang jagoan nya udah enggak ada" ujar Caca yang asal ceplos bicara dan membuat Gia sedih.
Gia masih saja tetap dian dan tidak ingin bicara.
Sisil:"Makanya jadi orang jangan terlalu sombong.Lihat aja pasti kamu takut kan kesekolah karena jagoan kamu udah enggak ada, Hahahaha" ujar Sisil yang tertawa dan diikuti oleh teman-temannya.
Gia hendak pergi dan batu saja melangkahkan kakinya,Namun tangannya ditahan oleh Fira dan di kelilingi oleh Sisil serta Caca.
Fira:"Loh mau kemana?" ujar Fira yang menarik tangan Gia.
Gia:"A....aku sebentar.....lagi akan bel berbunyi" ujar Gia dengan gagap karena takut.
Baru aja Fira hendak memukul Gia namun malah guru lewat ke arah mereka.
Guru:"Kalian ngapaian disini?" ujar guru yang menghentikan jalannya dan memperhatikan mereka.
Fira:"Enggak kok pak, ini kami lagi nanya kabar Gia aja.Iya kan Gia?" ujar Fira yang tersenyum paksa.
Sisil:"Jawab iya jika enggak mau hidup loh di sekolah ini dalam bahaya" ujar Sisil yang berada di sebelah Gia dan berbisik pada Gia.
Gia:"Iya pak" ujar Gia yang ketakutan.
Setelah itu Fira memberontak kesal karena niatnya memukul Gia terhalang Fira langsung pergi dan mengajak teman-temannya.Setelah teman-temannya Fira dan Fira pergi serasa Gia sudah bisa bernafas lega dan hendak masuk ke kelasnya.
Kelas
Gia seperti biasa dia duduk di depan dan membaca buku-bukunya dengan fokus dan bel sekolah pun berbunyi, masuklah seorang guru cantik dengan seorang murid laki-laki tampan dan gagah di belakangnya.
Semua murid mulai kembali ke tempat duduk masuk setelah guru masuk dan duduk rapi di meja mereka masing-masing begitu pula Gia yang menutup bukunya.
Guru:"Selamat pagi anak-anak" ujar guru pada semua mirid dan mulai berdiri di depan.
Semua murid:"Selamat pagi Bu" ujar semua murid yang melihat ke arah guru.
Guru:"Baiklah anak-anak kita kedatangan murid baru baiklah Nak silahkan perkenalkan dirimu" ujar guru yang mempersilahkan Daiva memperkenalkan diri.
Daiva:"Perkenalkan nama saya Daiva Elfredo Jorell." ujar Daiva dengan singkat dan matanya tertuju pada gadis yang dia lihat di cafe semalam.
Semua murid:"Hai Daiva" ujar semua murid tapi sepertinya yang bersemangat adalah para murid cewek tersenyum-senyum melihat daiva.
Sisil:"Eh Fira lihat deh, dia kayak cocok deh sama loh soalnya dari tadi lihatin loh terus." ujar Sisil yang menyenggol Fira yang berada di sebelahnya.
Fira:"Jelas lah secara gue paling cantik di kelas" ujar fira yang kepedean.
Guru:"Baiklah singkat sekali ya Daiva tapi tidak apa-apa silahkan duduk." ujar guru mempersilahkan Daiva duduk.
Daiva hanya diam tidak menjawab guru dan mencari tempat duduk saat dia melewati Gia dia memperhatikan Gia diam-diam, Gia tidak menyadari dirinya diperhatikan oleh Daiva saat Daiva melewati semua siswa cewek semua siswa cewek berharap dilirik oleh Daiva tapi,tidak sama sekali Daiva memperdulikan semua cewek genit itu Daiva langsung duduk di pojok dekat jendela.
Saat guru menerangkan Daiva hanya tidak sama sekali memperdulikan pelajaran dia malah memikirkan adikknya yang meninggal disekolah ini.