Chereads / Selalu Mencintaimu Gia / Chapter 8 - Surat di pagi hari

Chapter 8 - Surat di pagi hari

Pagi hari

Gia baru bangun dari tidur nya dan segera pergi ke kamar mandi.Ibu Gia sudah berada di dapur dan menyiapkan sarapan Gia yang baru selesai mandi dan mengenakan pakaian nya langsung menghampiri ibunya yang berada di dapur ibu Gia bernama Ranti.

Gia:"Ibu...ibu lagi masak apa?" ujar Gia yang menghampiri ibunya di dapur.

Ranti:"Sayang Gia ini ibu masak sarapan buat kamu dan ini bekal untuk kamu makan di sekolah" ujar Ranti yang masih sibuk memasak.

Gia:"Wahhh ibu aku sangat suka terima kasih ya Bu" ujar Gia yang tersenyum.

Ranti:"Kamu dudukla disana kamu sarapan karena nanti kamu terlambat" ujar Ranti yang menyuruh anaknya duduk di meja makan dan ibunya menaruh makanan piring berisi gorengan.

Gia duduk dan menikmati sarapannya bersama ibunya.

Gia:"Ibu...." ujar Gia yang memanggil ibunya yang duduk di hadapan nya sedang menikmati sarapan.

Ranti:"Iya sayang ada apa?" ujar Ranti yang mengalihkan pandangannya ke Gia.

Gia:"Gia ingin minta maaf jika selama ini sikap Gia selalu murung di rumah ini" ujar Gia yang melihat ke arah ibunya yang sarapan.

Ranti:"Semua baik-baik aja Gia santai saja ibu mengerti kamu sedang sedih saat itu jadi kamu murung" ujar Ranti yang tersenyum kepada anaknya.

Gia:"Ibu makasih ya udah merawat Gia sampai Gia besar."

Ranti:"Kamu kok tiba-tiba ngomong gitu si Gia?" ujar Ranti yang aneh dengan sikap Gia pagi ini.

Gia:"Gia hanya berpikir bahwa Gia tidak akan bisa membalas semua jasa ibu." ujar Gia yang menghampiri ibunya.

Ranti:"Gia ibu yang berterima kasih sama kamu Nak.Jika kamu tidak ada mungkin ibu akan sendiri, kamu tau apa alasan ibu tetap hidup setelah ayahmu meninggalkan kita?" ujar Ranti menatap mata Gia penuh kasih sayang.

Gia hanya menggelengkan kepalanya dan menatap ibunya.

Ranti:"Karena ibu punya alasan untuk hidup Gia yaitu ibu punya kamu yang menjadi penyemangat ibu untuk hidup sayang" ujar ibunya yang mengusap pipi Gia dan menangis terharu.

Gia:"Ibu Gia sayang sama ibu" ujar Gia yang memeluk ibunya erat.

Ranti:"Sayang berhenti membuang air mata mu kamu akan terlambat sekolah sayang" ujar Ranti yang melepaskan pelukannya.

Gia:"Iya bu Gia akan segera ke sekolah" ujar Gia yang langsung saja mengambil tas dan bekalnya yang berada di meja.

Ranti:"Sayang hati-hati di jalan ya." ujar Ranti yang tersenyum kepada Gia.

Gia yang tadi sudah keluar rumah malah balik lagi dan mendekati ibunya untuk mencium pipi ibunya dan memeluk ibunya.

Gia:"Gia sayang ibu,Gia pergi sekolah Bu." ujar Gia yang berlari pergi keluar dan mulai mengendarai sepedanya.

Daiva sudah selesai mandi dan mengenakan seragam sekolahnya Daiva mulai turun ke bawah menuju meja makan untuk sarapan bersama ibu dan ayahnya.Dimeja makan terlihat ayah dan ibunya sudah sarapam roti dan susu yang telah pembantu nya siapkan.

Elis:"Daiva kamu udah bangun sayang." ujar Elis yang melihat Daiva Mendekati meja makan.

Daiva:"Iya ma." ujar Daiva yang mulai duduk di kursi dan asisten rumah tangganya menyiapkan roti dan di taruh di piring Daiva beserta susu nya.

Elis:"Silahkan di makan ya sarapannya." ujar Elis yang tersenyum kepada Daiva.

Daiva pun mulai sarapannya.

Felix:"Daiva bagaimana bisnis kamu?" ujar Felix yang bertanya pada Daiva.

Daiva:"Iya pa semuanya baik-baik enggak ada masalah semuanya sudah di urus oleh asisten aku semenjak aku pergi aku udah atur semuanya." jelas Daiva pada Felix dan memakan sarapannya lagi.

Felix:"Papa bangga punya anak seperti kamu Daiva" ujar Felix yang mengaguk kepalanya dan tersenyum bahagia.

Elis hanya tersenyum melihat nya dan mereka pun melanjutkan sarapan pagi mereka dan Daiva pamit untuk pergi ke sekolah dengan diantar sopir dengan mobil mewahnya.

Didalam mobil Daiva melihat pemandangan di luar mobil sambil melihat-lihat semua kendaraan yang berlalu lalang.

Terlihat Daivan dan Gia telah tiba di sekolah barengan Daiva keluar dari mobil mewahnya dan Gia memarkirkan sepedahnya di tempat parkir sepedah.

Dikelas Para pengemar Daiva membuat surat atau bunga atau roti yang menaruhnya di meja Daiva namun saat Fira datang dan masuk kelas.

Fira:"Ada apa ini kenapa di meja calon pacar gue penuh bunga dan kertas gini?" ujar Fira yang medekati meja Daiva.

Caca yang baru saja datang dan masuk melas menghampiri Fira.

Caca;"Keren ya Daiva banyak banget penggemarnya kayaknya makin banyak deh saingan loh Fir buat dapatin Daiva" ujar Caca yang melihat ke arah Fira.

Fira:"Oh apaan si jika gue enggak bisa miliki Daiva makan yang lain juga enggak boleh" ujar Fira yang kelas dan membuang semua surat dan bunga yang berada di meja Daiva.

Caca:"Parah kamu Fir tega banget kasian banget yang susah payah kasih bunga dan roti serta buat suratnya demi Daiva tapi malah kamu buang" ujar Caca dengan wajah terkejut melihat kelakuan gila Fira.

Fira:"Gue yang akan buat surat buat Daiva dan roti ini yang tadi gue beli di toko dengan harga yang mahal cocok buat Daiva Roti yang tadi itu palingan Roti murahan" ujar Fira yang menyombongkan dirinya.

Daiva masuk ke dalam kelas dan baru saja dia duduk di kelas tapi di mejanya telah ada Roti dan kertas.Daiva yang melihat ini mulai mengangkat kedua alisnya dan bertanya-tanya.

Daivan:"Siapa yang menaruh ini disini?" ujar Daiva yang bertanya pada dirinya sendiri.

Daiva mengambil roti dan kertasnya dan melihat ada Gia yang masuk kelas Daiva melihat Gia dengan tatapan tajam.Tapi Gia sama sekali tidak melirik ke arah Daiva.

Daiva tidak mau ambil pusing dia mengambil rotinya dan memberikan nya kepada orang di sebelahnya yaitu Sisil yang baru saja datang.

Sisil:"Daiva ini buat aku?" ujar Sisil yang terkejut karena Daiva tiba-tiba saja menyodorkan Roti mahal ke arahnya.

Daiva:"Ya." ujar Daiva dengan singkat.

Sisil:"Terima kasih banyak ya Daiva" ujar Sisil senang bukan main.

Sisil:"Apa jangan-jangan Daiva yang suka ya sama aku" ujar Sisil yang berkata dalam hatinya sambil senyum-senyum.

Daiva hanya saja tidak ingin rotinya mubajir jadi memberikan ke sembarang orang dan membuang kerta yang telah di tulis Fira ke kontak sampah.Daiva melihat banyak sekali bunga, surat dan roti di kotak sampah ini tapi karena tidak ingin pusing Daiva langsung buang dan kembali ke tempat duduk nya dan memasang handset dan memainkan ponselnya.