Chereads / pura pura / Chapter 22 - BERITA HOT

Chapter 22 - BERITA HOT

BAB 22

BERITA HOT

"Dan setelah aku selidiki, mereka semua ada kaitannya dengan….."

Tiba tiba pak Roni masuk ke studio itu dan menampar Zere.

"Pak, kami sedang live pak" wartawan dan penanggung jawab barusaha memisahkan pak Roni dan Zere yang terlibat baku hantam.

18 Mei 2022

21:30

Duar!

Terdengar bunyi ledakan besar api menjalar melahap Gedung stasion tv itu.

Tidak ada yang selamat, karena ledakan terjadi di hampir setiap lantainya.

Menewaskan lebih dari 100 orang.

Termasuk Zere dan pak Roni.

[Author ver]

18 mei 2022

20:00

Setelah selsai konfrensi pers di kantor polisis

"Bagaimana? Apa dia sudah selsai berkata kata diTV?" tanya pak Roni pada pak Bagas yang sedang melihat acara TV yang menayangkan Zere.

"Belum, dia malah menjadi jadi. Setan apa yang merasuki anak itu" komentar pak Bagas yang seperti tidak pernah melihat Zere begini.

Pak Roni terlihat sangat marah, Namanya berulang kali di jelek jelekkan oleh polisis yang pangkatnya jauh lebih rendah dari dirinya.

"Anak tidak punya malu" ujarnya sebelum meninggalkan kantor.

21:30

Duar!

Bunyi yang sangat kuat itu membengkakkan telinga Zere, darah mulai menetes dari sana.

Terlihat orang orang berlari hilang arah, ada juga yang terlihat menangis sambal bersembunyi di belakang podium itu.

Beberapa orang membuka pintu dengan paksa studio itu namun, nampaknya itu terkunci dari luar. Mereka berusaha mendobraknya.

Ada juga seorang yang nekat memecahkan kaca dan terjun bebas dari ketinggian 10 meter itu.

Duar!

Suara ledakan kedua hanya berjarak 5 menit.

Duar!

Suara ledakan ketiga, terdengar 2 menit setelah ledakan kedua. Suaranya semakin dekat membuat mereka panik.

Zere tak mendengar apapun, telinganya tidak bisa mendengar apapun dan dia berjalan seperti orang linglung.

Duar!

Akhirnya, ledakkan didalam studio tempat Zere berada menggaung. Potongan tubuh bercecer dimana mana.

Darah, menyelimuti setiap permukaan tempat itu. Tak ada lagi suara tangisan dan teriakan minta tolong.

Buugg!

Gedung stasion TV itu pun terbakar hebat. Para pejalan kaki disana sangat kaget. Kejadian itu terjadi begitu cepat, dan masih terekam secara live.

-----

[Tania ver]

21:00

Dikantor stasion TVL.

"Halo? Ingin memberitahukan informasi? Ohhh iya, di jalan Fenza? Baik, terrimakasih" ucapku menutup telepon itu dengan hati hati.

"Ada apa?" tanya juru kameraku, Yordan.

"Ada kecelakaan di jalan Fenza, aku punya firasat bagus ayo kita liput" seraya mengambil name tag kebanggaanku.

"Hanya kecelakaan, lebih baik kita liput yang lain saja. Kamu nggak kapok apa dimarahin ibu itu?" Yordan terdengar sangat malas.

Kami memang sering dimarahin karena meliput hal yang 'tidak penting' menurut mereka.

Aku terus terusan memaksa Yordan dan akhirnnya berhasil, Yordan pun menuruti keinginanku.

Jalan Fenza tidak terlalu jauh dari kantor kami.

Kami berkeliling keliling namun tidak ada satu kejadian pun yang bisa kami liput.

Mendadak Yordan memarkikan kendaraannya di depan kantor Stasion BimaTV.

Dia membuka jendela mobil itu. Aku sudah menduganya

"Kamu lihat itu, suatu saat aku akan bekerja disana" Ujarku sambil menirukan gaya bicara Yordan.

Kami tertawa Bersama.

DUAR!

Ledakan besar terjadi disana.

Terlihat orang orang panik di depan pintu kaca itu.

Mereka terkunci!

"Yordan ap aitu? Mereka…mereka"

DUAR!

Ledakan kedua, kini terlihat banyak darah didepan pintu yang tidak lagi berbentuk itu.

Darah mengalir deras di teras kantor.

DUAR!

Ledakkan paling besar, kobaran api terlihat dari lantai 2.

Aku, Yordan dan orang orang yang kebetulan ada disekitar lokasi diam terpaku melihat hal itu

Berusaha mencerna apa yang terjadi. Tidak ada yang berani menolong para korban. Sampai beberapa menit kemudian, satu mobil Dampakar memakirkan kendaraannya disana.

Kemudian disusul oleh 1 mobil polisi dan 2 mobil Damkar yang lain, yang petugasnya masuk lewat lantai satu.

"Tania! Tania!" Yordan menggoyang goyangkan bahuku, menyadarkanku dari lamunan.

"Ap aini semua?" tanyaku membesarkan mata.

"Cepat kita harus meliput ini" Ucap Yordan dengan mata berbinar binar. Ia terlihat senang melihat kejadian itu.

Ntah senang karerna stasion TV yang yang menolaknya 4 kali sekarang hancur ataupun senang karena mendapat berita panas seperti ini.

Aku mengusap jas biru yang senada dengan logo stasion TV di mic yang digenggam dengan tangan kiri bersiap memulai siaran.

"Selamat malam semua, sekarang saya ada di lokasi kejadian ledakan stasion BimaTv tempat berlangsungnya siaran langsung dengan narasumbere Zere Tanata yang berseteru dengan atasannya sendiri, Roni Syaiful Hidayat. Baiklah disini sudah terlihat bangunannya sangat hancur jadi menurut saya tidak mungkin ada yang selamat dari tempat ini. Termasuk pak Roni Syaiful Hidayat dan Zere Tanata" ucapku lantang seperti wartawan lainnya.

"Oh, juru kamera! Tolong zoom itu! Baik pemirsa itu adalah kantung plastic yang biasa digunakan untuk membungkus mayat" ucapku sambil melangkah mendekati patugas yang membawa plastic mayat itu.

"Baik pak, bisa minta waktunya sebentar? Apa kantong ini berisi jasad pak Roni atau Zere?"

"Ya mana say tau mbak, tidak ada jazad yang utuh didalam sana" ucapnya acuh berusaha melewatiku dan Yordan.

"Tapi pak, apakah wajah mereka dapat…" tangan petugas itu mendorong tangan Yordan dengan kuat sampai terjatuh.

"Mba, kita disini sama sama kerja, tapi mbak apa mbak ga kasian sama mereka? Setelah mati tetap saja diganggu" petugas itu Nampak sangat marah karena pekerjaannya diganggu.

Seluruh mata orang yang berkumpul di lokasi kejadian tertuju pada kami berdua.

"Tania, lakukan sekali lagi" ucap Yordan dengan semangat 45nya.

"Apa? Kita sudah dipermalukan disini" Aku berusaha berdiri dan merapikan pakaian yang kotor akibat terkena campuran darah mayat itu. Aku sangat malu dan juga jijik dengan darah sebanyak ini. Apakah hal itu wajahku tidak menggambarkannya?

"Mau bagaimana lagi? Nnati ibu pemarah itu tidak akan memberi kita gaji bahkan bisa saja dia memecat kita, kamu tahu mereka berdua sedang hangat dibicarakan kan?" ucapnya meyakinkanku untuk terus mengorek informasi disini.

"Ayo kita masuk kedalam" ajak juru kamera itu.

"Yordan gila! Terlalu berbahaya sekarang." Tolakku dengan menghalau tangan Yordan yang ingin menarikku mendekati dan masusk ke Gedung itu.

"Tidak apa, ayo" tariknya, tentu saja aku tidak bisa mencegah hal itu terjadi karena badan Yordan lebih besar 2x lipat dari tubuhnya.

Kami mendekati Gedung itu. Massuk kedalamnya dengan hati hati.

Disana masih banyak mayat yang berrhamburan salah satunya diteras itu, kami bahkan harus melangkahkan kai dengan hati hati agar tidak menginjak mereka. Tetapi aku melihat salah satu mobil pemadam kebakaran meninggalkan lokasi setelah memasukkan sekantong jenazah tadi di dalam mobilnya.

Merekam setiap ruang yang ada di lantai 1. Disana sama sekali tidak disentuh api.