Chereads / pura pura / Chapter 28 - EPILOG

Chapter 28 - EPILOG

BAB 28

EPILOG

Bukan rahasia umum lagi dikalangan masyarakat kala itu jika si Anggito suka melecehkan anak gadis di kota itu bahkan ada yang sampai mengandung. Dia merayu orang tua korban dengan diiming iming balasan uang, dinikahkan sampai menjadi pemerintah dikota itu agar tidak laporkan kepada ayahnya. Namun tentu saja itu semua bohong.

Waktu terus berjalan. Hingga dia memasuki semester akhir kuliah. Orang tuanya yang mendaftarkan ia di Progam studi Hukum di salah satu universitas terbaik di Indonesia merasa sangat kecewa karena Anggito terus mengulang semester.

Ayah Anggito terpilih menjadi Presiden tentunya sangat malu jika ada yang mengetahui Anggito tidak wisuda pada waktunya.

Anggito merasa sangat frustasi dengan tekanan orang tuanya itu. Ia Kembali ke kota kecil tempatnya menghabiskan masa kecil dahulu, disana ia melihat perempuan yang sangat cantik, beberapa kali ia merayunya.

Namun perempuan itu menolak dengan alasan dia sudah punya anak dan suaminya baru saja meninggal.

Anggito semakin tertarik dengan perempuan ini. Akhirnya mereka menjalin hhubungan terlarang, banyak warga yang telah melihat mereka melakukan hubungan itu, namun tidak ada yang berani melapor.

Beberapa bulan kemudian perempuan itu dinyatakan hamil oleh dokter, dia sangat terkejut entah apa yang harus ia katakana pada Anggito. Ia membuat biscuit kesukaan Anggito dan mengundangnya ke rumahnya itu.

Anggito sudah tahu apa yang akan perempuan itu katakana, ia membawa pisau yang ia beli di warung, tak lupa juga tali. Ia melakukan perbuatan bejat lagi pada perempuan itu sambil menusuk nusuk tubuh perempuan tersebut.

Sayangnya teriakan itu tidak terdengar oleh para tetangga karena mulut Wanita itu ditutupi kain bajunya. Anggito mendengar suara gerbang dibuka, bergegas ia keluar dari pintu belakang.

Tapi dia melihat perempuan itu masih bernapas dan berusaha mengatakan siapa pelakunya kepada gadis yang memakai seragam SMA bertuliskan nama Putri.

Ia juga masih disana saat Rizal dan Pak Broto tiba disana untuk membawa perempuan it uke rumah sakit.

Ia menyusul ke rumah sakit dan menyuap dokter disana, tak hanya itu ia juga menyuap pak Hamid yang saat itu masih menjadi dokter Forensik magang, ia melenyapkan semuah barang bukti.

Kemudian di malam harinya, ia meminta bantuan pak Roni yang masih menjadi ketua gugus untuk mematikan listrik di daerah rumah sakit tempat perempuan itu dirawat.

Ia membunuh perempuan itu dengan pisau dari rumah perempuan itu sendiri.

Kejahatan bersih karena uang yang ia miliki.

Sejak saat itu dia sangat menikmati sensasi membunuh. Sang Ayah tahu, ia meminta Universitas tempat Anggito menuntut ilmu untuk segera meluluskannya tanpa tugas akhir dan tugas tugas lainnya.

Mereka melakukan itu, Anggito lulus setelah 6 tahun Anggito kuliah di sana.

Ia juga harus menyalonkan diri sebagai walikota, pak Faizal, walikota sebelumnya mendukungnya itu sebabnya para penduduk mengiyakan.

Anggito maju sebagai walikota dan Heru, anak pak Faizal maju menjadi wakil walikota.

Setelah terpilih rasa ingin memburu manusia makin menjadi jadi, ia menjadikan tempat disana untuk membunuh dan mengubur korban korbannya.

Wakil walikota yang tau seolah menutup mata denga napa yang terjadi dan cenderung menutupi semua kejadian itu.

Tiba saat Putri protes karena polisi lama menemukan pelaku semakin banyak warga yang berani bicara tentang anggota keluarganya yang hilang.

Menjadikan nilai investasi di kota itu anjlok di titik terendah.

Pak Heru, wakil walikota tidak kepemimpinannya berakhir. Ia berusaha menutupi kasus itu dengan membangun berbagai sarana public diatas kuburan para korban.

Ia juga menarik para investor dari luar untuk membeli tanah dengan harga murah di kota ini.

Banyak investor yang tergiur dan menanamkan modalnya di kota itu perlahan lahan kota itu maju.

Dipemilihan presiden pak Anggito menyalonkan diri, ditemani Riski menjadi presiden dan wakil presiden.

Dengan bantuan Ayahnya ia mampu terpilih. Namun tindakannya makin menjadi jadi, sudah banyak korban yan g taka da satupun yang berani melapor karena ia adalah presiden.

Ia makin leluasa menja;ankan aksi bejatnya. Tapi semakin hari, ada yang membuat hatinya tidak tenang, muncul berbagai tragedy di kota masa kecilnya.

Seperti mengulang kisahnya dahulu. Karena rasa takut dia Kembali kesana, ia tinggal di dekat rumah perempuan simpanannya, ibu dari Andi, Dimas dan Nia. Ia juga yang membunuhnya.

Ia sengaja menulis angka 1 pada dinding itu agar si penirunya sadar perbuatan mereka tidak ada apa apanya dibandingkan Anggito. Namun Anggito sadar itu hanya tipuan.

Ia membuka lembaran lembaran lama dihidupnya yang sekrang ingin ditutup rapat.

Segala cara dilakukan bahkan membunuh orang orang yang mengetahui seluk beluk hidupnya.

Namun bangkai yang berusaha ditutupi juga akan ketahuan pada saatnya bukan? Sepeti kisah pak Anggito yang perlahan terbongkar, terbunuhnya pak Heru juga membuat pak Anggito semakin takut akan giliran kematiannya.

Namun ia harus tetap menghadiri kegiatan kegiatan agar ia tidak dicurigai. Akhir pelariannya selesai saat peluru ditembakkan tepat di pelipis kepalanya. Ia meninggal dunia dengan keadaan hina.

-----

[Author ver]

08:55

Di sisi lain pada sebuah kos bernomor 205 kedatangan sesorang yaitu penghuni baru.

Mahesa berjalan memasuki sebuah bangunan yang akan menjadi tempat tinggalnya, bangunan rumah bergaya minimalis yang letaknya tidak begitu jauh dengan kampusnya.

Beberapa hari yang lalu mahesa sudah mengunjungi tempat ini dan bertanya tanya dengan pemilik kost, Mahesa pun memutuskan untuk menyewa satu buah kamar untuk ia tempati selama satu tahun kedepan, atau sampai Mahesa lulus kuliah nanti.

Rumah kost bercat Hijau muda dengan nomor bangunan 205. Kost khusus Putra berbentuk rumah dua lantai yang berisikan total 10 kamar, yang setiap kamar berukuran 3x4, satu ruang utama di area lantai bawah yang terdapat televisi, dapur lengkap di area belakang, kamar mandi dalam pada tiap masing masing kamar. Lalu pada bagian lantai dua terdapat balkon di area depan, kemudian di area belakang terdapat mesin cuci Bersama dan area menjemur.

"Wah, penghuni baru ya?" sapa seorang pria berlesung pipi yang baru saja keluar dari kamarnya, ia terkejut melihat wajah baru yang memasuki rumah kost.

"Siang bang, iya nih baru pindahan hari ini." Mahesa tersenyum canggung.

"Lu pasti yang di kamar 8? Sini biar gue bantuin angkat angkat." Pria itu menawarkan bantuan untuk membantu membawa tas tas ransel dan koper milik Mahesa.

"Gak usah, Bang, biar gue sendiri aja yang angkat ke kamar."

"Gak papa, biar cepat kelar, ayok gue bantuin bawa." Mahesa yang merasa tidak enak, akhirnya menyetujui saja tawaran teman barunya itu.

Keduanya berjalan menaiki tangga, kamar tempat Mahesa tinggal terletak di lantai 2. Rumah kost khusus pria yang berukuran tidak terlalu besar ini berisi sepuluh kamar, Sembilan kamar sudah terisi, sementara satu lagi masih menunggu seorang penghuni baru yang kabarnya bari pindah esok hari.