BAB 32
ANEH!!
"Bang Wiliam nggak jadi nginep di rumahnya apa ya?" Hanif bermonolog, masih mencoba untuk berfikir positif, mungkin abangnya itu membatalkan rencana menginap di rumahnya lalu Kembali ke kost.
Namun tiba tiba terdengar suara pulpen yang diketuk ketukkan ke meja, suaranya terdengar sangat jelas karena sepertinya diketukkan dengan cukup kencang, ditambah lagi suasana kost yang sudah semakin sepi karena seluruh penghuninya sudah beristirahat di kamar masing masing.
Tanpa pikir dua kali, Hanif mencoba menelfon Wiliam, ia ingin memastikan bahwa suara suara yang ia dengar dari kamar Wiliam karena sang pemilik sudah pulang ke kamarnya.
"Halo, Nif. Ada apa?" tanya Wiliam begitu mengangkat telfon dari Hanif.
"Bang, lu gak jadi nginep di rumah lu?" Hanif balik tanya.
"Jadi kok, Nif. Ini gue masih di rumah, balik ke kost mungkin baru besok sore." Jawan Wiliam membuat jantung Hanif seerasa merosost sesketika, keheningan sudah dipenuhi dengan keringat dingin.
Suara suara dari kamar Wiliam Kembali terdengar, bahkan kini terdengar suara music yang mengalun dari kamar Wiliam. Sontak saja Hanif langsung mengubah posisinya, yang semula berbaring, kini duduk dengan tegak.
"Lu nggak bohong kan, Bang? Lu beneran di rumah?" suara Hanif terdengar bergetar, ia sangat takut, bahkan sudah hampir menangis.
"Emangnya ada apa, Nif?" Wiliam yang menyadari suara Hanif yang bergetar mulai khawatir.
"Di kamar lu, Bang. Di kamar lu, gue dengar ada suara suara aneg, Bang."
"Hanif, lu coba ke kamar Mahesa, tenangin diri lu ya. Malem ini jangan tidur sendirian dulu." Wiliam pun tidak bisa menyembunyikan ketakutannya, ia mencoba menenangkan Hanif sebisanya.
"Iya, Bang. Nanti Hanif coba ke kamar bang Mahesa."
"Tenangin diri lu ya, Nif. Pokoknya male mini jangan tidur di kamar lu dulu, okey?"
"Iya, Bang. Hanif tutup dulu ya Bang teleponnnya, mau langsung ke bang Mahes."
Setelah sambungan telfon terputus, Hanif langsung lari keluar kamar dan buru buru mengetuk pintu kamar Mahesa.
"Bang Mahes … Tolong bukain pintu!" Hanif makin ketakutan, karena rumah kost semakin terasa sepi.
Untung saja, Mahesa langsung membukakkan pintunya, pemuda berkaca mat aitu sepertinya masih sibuk dengan tugas kuliahnya. Hanif langsung masuk ke dalam kamar Mahesa dan duduk di kasurnya, bahkan sebelum sang pemilik mempersilahkan.
"Lu kenapa, Nif? Kaya ketakutan?" Mahesa heran melihat Hanif yang terlihat sangat panik dan ketakutan.
"Bang, tadi di kamar Bang Wiliam gue denger suara suara aneh." Suara hanif masih terdengar sangat gemetar.
Mahesa yang melihat keadaan Hanif yang sangat kacau, ia pun langsung duduk di sebelah Hanif.
"Suara aneh gimana maksud lu?"
"Gue denger, suara benda bergerak sendiri, terus suara pulpen yang diketuk ketukkan ke meja, abis itu denger suara music dari kamarnya bang Wil, suaranya sangat jelas banget bang, padahal bang Wil lagi pulang ke rumahnya, kamarnya aja dikunci."
"Lu udah nyoba nanya ke bang Wil? Siapa tau bang Wil nggak jadi nginep di rumahnya?"
"Udah, Bang. Gue langsung telepon bang Wil, tapi kata bang Wil dia masih di rumahnya, baru balik ke kost besok sore." Mata Hanif sudah basah, ia sangat takut dengan hal hal mistis, tubuhnya bahkan sudah bergetar.
"Male mini gue numpang tidur di kamar lu ya, Bang." Lanjut Hanif.
"Iya, Nif, lu disini aja, tapi sorry kalo sempit."
"Gapapa, Bang. Gue takut tidur sendirian di kamar."
Hanif dan Mahesa mulai menyadari kalau rumor tentang hantu yang sering mengganggu para penghuni kost 205 ini memang benar.
Tanpa Hanif dan Mahesa sadari, di jenddela kamar Mahesa terdapat sosok seram yang tengah mengintip dengan wajah mengerikan.
…..
Suasana pagi di kost nomor 205 mulai ramai, hari ini adalah hari Minggu, dimana seluruh penghuni kost banyak yang menghabiskan Minggu pagi dengan berolah raga atau sekedar berjalan santai di area sekitar kost yang ramai dengan banyaknya pedagang.
Sementara Tian dan Dimas sedang sibuk di dapur, dua pemuda itu sedang memasak untuk seluruh penghuni kost.
"Wiliam belum balik ke kost ya, Bang?" Tanya Dimas disela acara memasaknya.
"Katanya sih nanti sore baru balik, Dim." Tangan Tian sedang sibuk mencincang daun Bawang.
"Waaahhhh … kayaknya enak nih, masa kapa?" Yusuf yang baru saja pulang dari lari pagi langsung menuju dapur untuk mengambil air minum.
"Capcay sama telur dadar, Cup." Tian menjawab pertanyaan Yusuf.
"Wanginya ampe kecium pas baru masuk kost." Kepala Yusuf menengok melihat wajan yang sedang menumis capcay.
"Yang lain udah pada pulang juga, Bang?" Dimas bertanya kepada Yusuf.
"Tinggal Jeviro sama Tara yang belum balik, Dim. Tadi katanya mau mampir ke minimarket depan dulu."
"Oh gitu. Kalo udah balik semua kan kitab isa makan bareng nih." Tian menimpali.
Tak berapa lama kemudian, Jeviro dan Tara pun pulang ke kost. Penghuni kost yang lain pun mulai menyantap sarapan pagi mereka, Sembilan pemuda itu duduk melingkar di ruang utama, menikmati sarapan pagi yang meski menunya sederhana namun terasa sangat nikmat.
"Bang, tadi malem Hanif denger suara aneh dari kamar bang wiliam," ucap Hanif membuat seluruh abangnya menatap ke arahnya.
"suara aneh gimana maksud lu, Nif?" Johan mengernyitkan dahinya.
"pertamanya tuh kedengeran suara kaya perabotan yang dipindah pindah gitu bang," tutur Hanif, suasana pun menjadi hening, karena semua yang hadir disitu mendengarkan si paling muda dengan seksama.
"Terus abis itu?" Tara pun ikut penasaran, meski hal yang seperti ini bukan lah hal yang aneh yang terjadi di kost nomor 205 ini.
"Terus abis itu kaya ada suara pulpen yang diketuk ketukkan di meja gitu Bang, lumayan kenceng suaranya." Bulu kuduk Hanif bahkan sudah meremang, ia masih ingat bagaimana menyeramkannya kejadian tadi malam.
"Semalem Wiliam kaga tidur di kost an kan? Dia lagi pulang ke rumahnya kan?" Jeviro pun menimpali.
"Nah itu dia, Bang, awalnya Hanif pikir bang Wil udah balik lagi ke kost, terus kan Hanif telfon bang Wil, langsung diangkat tuh Bang, ternyata bang Wil masih di rumahnya."
"Terus pas Hanif masih ngobrol ama bang Wil, kedengeran suara music dari kamarnya bang Wil, jelas banget Bang suaranya," lanjut Hanif.
"Tapi semalem lu tidur di kamar lu?" tanya Dimas.
"Engga, Bang, semalem Hanif ke kamar Mahes," sahut Mahesa.
"Kalian hati hati ya, kejadian kaya gini bukan satu dua kali kejadian di kost ini, kita semua udah pernah ditunjukin wujud nya mereka," ucap Tian si paling tua.
"Tapi kok kalian ga pindah dari sini, Bang? Kenapa betah?" Jujur saja Mahesa sangat heran dengan para abangnya disini yang sepertinya sudah kebal dengan gangguan para makhluk halus.