BAB 29
ANAK KOST BARU PART 01
Beberapa hari yang lalu mahesa sudah mengunjungi tempat ini dan bertanya tanya dengan pemilik kost, Mahesa pun memutuskan untuk menyewa satu buah kamar untuk ia tempati selama satu tahun kedepan, atau sampai Mahesa lulus kuliah nanti.
"Bang, makasih banget ya udah bantuin gue," ujar Mahesa setelah seluruh barang barangnya sudah berpindah ke dalam kamarnya.
"Santai aja lah. Ngomong ngomong, nama lu siapa? Gue Jeviro, kamar nomor 02." Pria berlesung pipi itu memperkenalkan dirinya.
"Nama gue Mahesa, Bang."
"Lu kuliah dimana, Hes?" tanya Jeviro berbasa basi, ia masih duduk di kamar Mahesa.
"Di Universitas NT, Bang, baru semester 3."
"Berarti kita sekampus, Hes, gue juga kuliah di NT. Lu ngambil jurusan apa di NT?"
"Gue Teknik Elektro, Bang, kalo lu?" Mahesa mulai merasa tidak canggung lagi dengan Jeviro, sepertinya teman se kost nya ini memang mudah sekali akrab dengan orang orang baru.
"Gue Desain Interior, Hes." Jeviro tersenytum memamerkan lesung pipinya.
"Oh iya, nanti ada anak baru juga, katanya sih baru pindahan besok, kamar sebelah lu. Lu kalo ada apa apa jangan sungkan sungkan buat ngomong ke kit akita, santai aja, Hes." Lanjut Jeviro.
"Iya Bang, nanti Mahes kenalan juga sama Penghuni kost yang lain, mau bersiin kamar dulu."
"Ngomong ngomong yang lain pada kemana, Bang? Kok sepi?" tanya Mahesa yang baru menyadari kalau suasana di Kost yang sangat sepi.
"Masih ada di kampus, kerja kelompok, ada juga yang masih kerja, Hes. Kalo jam segini emang seringnya kost sepi."
"Iya juga ya, Bang. Tadi juga kayanya lu mau pergi ya, Bang?"
"Iya, Hes, rencananya gue mau bikin laporan ama temen temen kelompok gue, di café dekat kampus."
"Okeh deh, gue tinggal ya, Hes. Semoga lu betah dan krasan tinggal di sini." Jeviro sudah berdiri diambang pintu.
"Iya Bang Jev, makasih ya udah bantuin Mahesa."
"Toi." Jeviro tersenyum sebelum melangkahkan kakinya berjalan menjauh dari kamar Mahesa.
Pukul 2 siang, suasana kost memang lebih sering lenggang, karena seluruh penghuninya sibuk dengan kegiatan masing masing, Sebagian besar merupakan mahasiswa dan beberapa merupakan pekerja.
Tidak ada yang special dari rumah kost berlantai 2 ini, Mahesa memilih tinggal disini karena jaraknya yang lumayan dekat dengan kampus, selain itu biayanya perbulan yang terhitung masih terjangkau.
Harapan Mahesa Cuma satu, semoga dirinya betah tinggal di kost baru ini. Sebelumnya, pemuda berkaca mat aitu tinggal di sebuah kost yang letaknya dibelakang kampus, namun karena tidak betah akhirnya Mahesa memutuskan untuk mencari kost yang baru dan pindah dari kost lamanya.
…..
Pukul 5 sore, satu persatu penghuni kost mulai pulang, suasana yang semula sepi pun kini mulai riuh dan berisik.
"Dimas, baju lu udah selesai dicuci nih, cepetan ambil, gue mau nyusi juga," teriak Wiliam, pemuda bermata sipit itu hendak mencuci baju, namun di dalam mesin cuci masih terdapat baju milik Dimas yang sudah selsai proses cucinya.
"Wil, tolong taruh di keranjang ya, gue baru beres mandi, belum pake baju," sahut Dimas yang kepalanya mengintip dari pintuh kamar nomor 07.
"Yeeehh… Elu, Dim. Iya ini gue tatruh di keranjang."
"Thanks Wil." Teriak Dimas dari dalam kamarnya.
"Mau nyuci baju Wil?" tanya seorang pemuda yang hendak mengangkat jemuran miliknya. Tempat jemur pakaian dan mesin cuci terletak di area belakang lantai dua. Tempat jemur pakaian dan balkkon menjadi tempat favorit para penghuni kost, mereka sering berkumpul atau mabar game di dua area tersebut.
"Iya Bang Yan. Baru pulang kerja, Bang?" tanya Wiliam karena melihat Tian masih memakai seragam kerjanya.
"Iya nih, baru banget. Denger denger katanya di kamar 08 udah ada yang nempatin ya Wil?" Tanya Tian masih sibuk mengambil pakaiannya yang menggantung di jemuran.
"Kata Jeviro baru banget pindahan tadi siang Bang." Tiang mengangguk mendengar jawaban Wiliam.
"Katanya besok juga bakalan ada yang pindah kesini lagi ya?" tanya Tian.
"Iya katanya, Bang. Tapi gue gak tau sih siang apa sore pindahannya."
"Semoga anak anak baru itu betah ya tinggal disini." Tian terkekeh dan dibalas anggukan oleh Wiliam, kemudian Tian pun berlalu pergi meninggalkan Wiliam, pria tertua itu menuju kamarnya yang berada di lantai satu, membawa setumpuk pakaiannya yang sudah kering.
"Bang Yusuf, ini mie rebus ayam bawang punya lu bukan di rak dapur?" terdengar suara Juna yang berteriak dari area dapur.
"Iya Jun, itu punya gue," sahut Yusuf dari area ruang tamu, pemuda berambut gondrong itu baru saja menerima paket.
"Juna masak ya Bang mie nya, nanti Juna ganti."
"Iya lu masak aja, gue masih ada banyak." Yusuf masih sibuk membuka paket miliknya, yang isinya adalah sepatu kets.
"Weittsss, sepatu baru nih," ujar Johan yang melihat isi paket Yusuf, pria bertubuh jangkung itu baru saja pulang dari coffe shop tempatnya bekerja sebagai barista.
"Kata lu cakep gak Jo?" Yusuf memperlihatkan sepasang sepatu miliknya kehadapan Johan.
"Bagus Cup, berapaan nih?"
"Murah Jo, dua ratus ribuan aja kok."
"Boleh lah kapan kapan gue pinjem." Johan tertawa.
"Biasanta juga lu asal pakek kagak ngomong dulu."
"Kagak ya Cup." Johan memukul pelan Pundak Yusuf, Yusuf pun ikut tertawa.
Mendengar kerriuhan, Mahesa pun keluar dari dalam kamarnya, sepertinya penghuni kost yang lain sudah banyak yang pulang, Mahesa bermaksud berkenalan dengan penghuni lain.
"Ehh, anak baru ya?" tanya Juna sembari membawa mie rebusnya, Juna melihat Mahesa yang baru saja turun tangga.
"Iya, Bang, baru banget pindahan tadi siang." Mahesa tersenyum kearah Juna.
"Gue Juna, kamar nomor 05." Juna menunjuk arah kamarnya dengan dagu, kamar miliknya berada di lantai satu, sebelah area dapur dan ruang utama.
"Ini ya yang baru pindah tadi siang?" Yusuf yang masih berada di area ruang utama pun ikut menimpali.
"Iya Bang, gue Mahesa."
"Gue Yusuf, kamar nomor 06. Lu masih kuliah, Hes?"
"Masih Bang, baru semester tiga."
"Semoga lu betah ya Hes tinggal disini bareng kita." Yusuf menghampiri Juna dan menyeruput kuah mie rebus milik Juna,
"Kayaknya sih bakalan betah Bang, orang orangnya baik baik sih."
"Disini emang udah kayak keluarga sendiri Hes," sahut Juna.
"Makannya kalo misalkan lu ada apa apa, jangan sungkan sungkan buat ngomong ke yang lain ya." Yusuf menepuk Pundak Mahesa.
"Siap, Bang."
…..
Esok harinya, anak baru yang merupakan penghuni di kamar nomor 09 pun sedang memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam lemari. Pemuda yang merupakan mahasiswa baru Bernama Hanif itu baru saja menginjakkan kakinya di kost nomor 205 ini