Chereads / pura pura / Chapter 30 - ANAK KOST BARU PART 02

Chapter 30 - ANAK KOST BARU PART 02

BAB 30

ANAK KOST BARU PART 02

Esok harinya, anak baru yang merupakan penghuni di kamar nomor 09 pun sedang memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam lemari. Pemuda yang merupakan mahasiswa baru Bernama Hanif itu baru saja menginjakkan kakinya di kost nomor 205 ini. Sebelumnya Hanif sudah berrbincang dan berkenalan dengan Wiliam, Juna dan Dimas, Hanif juga sempat bertemu dengan Johan yang akan berangkat ke coffe shop karena mendapatkan gilliran bekerja shift sore.

Kini Hanif sedang sendirian, ia mendengarkan music melalui airpods yang terpasang di telinganya. Sesekali pemuda asal Bandung itu bersenandung pelan mengikuti irama lagu yang sedang ia dengarkan.

Tiba tiba pintu kamarnya di ketuk perlahan, Hanif melepas airpodsnya dan berjalan untuk membuka pintu.

"Bang Dimas, ada apa Bang?" Tanya Hanif Ketika membuka pintu, orang yang tadi mengetuk pintu adalah Dimas.

"Ini Nif, gue ada kopi, tadinya beli dua buat Jeviro, tapi anaknya bilang asam lambungnya lagi naik. Jadi gue kasih aja ke lu." Dimas membawa dua cup kopi di tangannya.

"Wah, makasih Bang, kebetulan gue juga lagi haus nih." Hanif tersenyum lebar, pemuda bertubuh mungil itu Nampak sangat menggemaskan.

"Lu masih beres berres ya?" Dimas masuk ke dalam kamar Hanif.

"Udah kelar Bang, barang barang gue dikit sih."

"Nig, kenapa lu milih ngekost disini?" tanya Dimas sembari meminum es kopinya.

"Soalnya gak jauh dari kampus, Bang. Terus pas Hanif tanya tanya ternyata masih ada kamar kosong, kost yang lain kebanyakan udah penuh." Hanif yang memang mudah berbaur dengan orang baru pun merasa tidak canggung berbincang dengan Dimas.

"Semoga lu betah ya Nif tinggal disini."

"Soalnya disini rada angkerr Nif," lanjut Dimas. Ucapan Dimas barusan membuat Hanif langsung menaruh atensi penuh ke dalam topik yang sepertinya menarik untuk dicari tau.

"Angker gimana Bang maksudnya?"

"Ya gitu Nif, seringa da penampakan. Semua penghuni disini udah pernah diliatin ama yang gitu gituan Nif." Hanif tertegun mendengar penuturan Dimas, ia merasa bulu kuduknya meremang. Hanif tidak banyak bertanya Ketika survei kost, ia hanya menanyakan hal hal dasar saja, tidak terrfikirkan sedikitpun tentang kondisi tempatnya yang angker atau tidak.

"Jangan nakutin gue deh, Bang."

"Gue kagak nakut nakutin elu Hanif, gue Cuma mau ngasih tau aja, disini angker, seringa da penampakan. Tapi orang orang disini sih baik baik, kita udah kayak keluarga."

"Sering muncuk kagak Bang makhluk halusnya?"

"Lumayan sering Nif. Lu kan udah tau nih, kalo Mahesa udah ada yang ngasih tau ke dia apa belum ya?" Dimas mengusap tengkuknya.

"Bang Mahesa yang katanya penghuni baru juga?"

"Iya, di kamar samping elu nih, kamar 08."

"Nanti Hanif coba ngomong ke bang Mahesa deh, Bnag, sekalian kenalan ama semua penghuni kost."

Hanif mulai merasa ciut, pasalnya ia sangat takut dengan hal hal mistis. Hanif sedikit menyesal masuk ke dalam kost nomor 205 ini, semoga para makhluk halus itu tak berminat untuk menganggu diirnya.

…..

Seluruh penghuni kost nomor 205 sedang berkumpul di area ruang utama, Tara yang baru saja pulang dari kerjanya membawa 3 kotak pizza yang langsung disambut dengan suka hati oleh seluruh penghuni kost yang lain.

"Gue abis tanda tangan kontrak ama agency baru," jawab Tara Ketika ditanya perihal hadiah pizza.

"Lancar banget ya Banng kerjaan lu." Jeviro mengunyah pizzanya.

"Iya Jev, Alhamdulillah, agency yang sekarang tuh beneran impian gue dari dulu." Tara adalah seorang model yang cukup terkenal, tak heran kalau penampulan dan fisiknya terlihat paling menarik dibandingkan para penghuni kost yang lain.

"Gue seneng banget Ra lu akhirnya bisa masuk agency itu." Johan yang merupakan teman seumuran dengan Tara, sekaligus yang sama sama penghuni lama kost nomor 205, merasa senang dengan pencapaian temannya itu.

"Makasih banget loh kalian udah sering dengerin ocehan gue tantangan impian gue masuk agency JHE." Tara memandangi teman teman kost nya satu persatu.

"MAhesa sama Hanif, salam kenal ya. Kalian yang betah betah ya tinggal disini." Tara tersenyum kepada kedua penghuni baru.

"Pasti betah, Bang." Hanif balas tersenyum menjawab ucapan Tara, meski hati kecilnya terasa ciut setelah mengetahui fakta tentang tempat kkost nya ini.

"Nggak ada alasan buat nggak betah tinggal disini Bang." Mahesa menimpali, pemuda berkaca mat aitu belum ada yang memberitahu tentang keangkeran kost nomor 205.

"Kalian berdua, jangan sungkan sungkan buat ngasih tau ke kita semua kalo ada apa apay a, missal perrlu apapun, ngomong aja, jangan malu malu." Tara melanjutkan.

"Siap Bang Tara." Hanif memperagakan Gerakan hormat, yang disambut kekehan oelh seluruh anggota.

…..

Hanif merasa masih memiliki hutang kepada Mahesa, pasalnya ia belum memberitahu Mahesa tentang fakta kkost nomor 205 ini.

"Bang Mahes," Panggil Hanif sembari mengetuk pelan pintu kamar Mahesa. Tadi setelah acara makan pizza selesai, satu per satu penghuni kost mulai balik ke kamarnya masing masing, karena malam semakin larut.

Mahesa membukakan pintu, pemuda berkaca mat aitu sedang mengerjakan laporan, laptopnya pun masih menyala dan layarnya terpampang hasil kerrja Mahesa.

"Ohh Hanif. Ada apa, Nif?"

"Hanif boleh masuk ke kamar Bang Mahes nggak? Ada yang mau Hanif omongin nih ke Abang."

"Boleh Nif, masuk aja sini." Mahesa membuka pintu lebih lebar lagi ke untuk mempersilahkan Hanif masuk ke dalam kamarnya.

"Hanif ganggu ya, Bang?" tanya Hanif begitu matanya melirik kea rah laptop Mahesa.

"Nggak kok, Nif. Ada apa nih?"

"Gini Bang, ada yang mau Hanif omongin." Suara Hanif semakin terdengar pelan, sejujurnya Hanif sangat takut untuk mengatakannya sekarang, namun ia merasa tidak enak hati karena sudah berjanji akan mengatakannya kepada Mahesa.

"Mau ngomongin apa emangnya?" Mahesa menaruh perhatian penuh kepada pemuda yang bertubuh lebih mungil darinya itu, sepertinya ada hal serius yang akan dikatakan Hanif.

"Tadi diang Bang Dimas ngomong ke Hanif pas Hanif baru selesai beres beres kamar. Kata Bang Dimas, kost disini angker, Bang." Tanpa disadari mata Hanif sudah berkaca kaca.

"Yang bener, Nif?" MAhesa mengerut mendengar penuturan Hanif.

"Katanya sih gitu, Bang. Kata Bang Dimas juga, disini seringa da penampakan, Bang." Mata Hanif terlilhat semakin basah, Hanif memang sangat penakut.

"Gue pindah kesini tuh karena kost gue yang sebelumnya juga angker parah, Nif. Gue liat penampakkan kost gue yang dulu. Pindah kesini, kenapa malah sama aja angkernya." Mahesa memijat pelipisnya, kepalanya tiba tiba saja pusing.

"Gimana dong, Bang? Hanif takut tinggal disini."

"Kalo pindah sekarang sekarang berasa rugi, soalnya gue udah bayar ampe tiga bulan kedepan." Mahesa ikut merasa menyesal dengan keputusannya pindah di kost nomor 205.