BAB 27
FESTIVAL DARAH
Di layar lebar belakang pak Presiden terpampang foto dirinya yang ikut serta dalam berbagai kegiatan kemanusiaan. Sampai tiba saatnya mengakhiri sesi pidato.
"Semuanya! Apa kalian percaya pada janji manisnya?" Suara dari antah berrantah, menggunakan efek khusus yang menyamarkan suaranya tiba tiba terdengar "Jangan, jangan percaya padanya"
Layar lebar tadi yang mengagungkan foto pak Presiden dengan aksi kemanusiaannya berubah Haluan. Kini menayangkan seberapa bejat perbuatannya. Mulai dari kehidupan serba mewah, Wanita wanitanya dan sikap anti kritiknya yang tak segan dengan menghukum 'berat' masyarakat.
"Presiden? Bagaimana pendapat anda?" suara itu muncul lagi "Aku tidak melakukan ini untuk kesenangan belaka, aku ingin memberitahu masyarakat luas bagaimana kamu bertindak sebagai presiden, apa aku kelewatan? Apa kamu juga akan menembakku seeprti video tadi?"
"Dan, aku, aku rasa kita harus pergi sekarang" ajak Jani yang merasa tidak enak disini.
"Kita harus merekam ini, dia hanya menggertak jangan khawatir" Ucap Yordan mengeluarkan kamera dari tas besarnya.
"AARRRGGHHH" Iblis tadi berbiisk di telinga Jani, Rantai di kakinya terlepas, memudahkannya menghampiri Jani dan Yordan.
Ia mengayunkan tongkat yang dibawanya, tubuh Jani di elus kasar oleh ujung tongkat itu.
Membuatnya berlari histeris.
DUARRR
Suara pistol berbunyi, darah mengalir deras dari kepalanya.
Suara erangan itu berrhenti digantikan teriakan dari para tamu festival.
"Hei, hei tenanglah, aku akan membuat festival ini tidak terlupakan hingga 50 tahun kedepan hahahah" Suara itu mengaung diantara suara teriakan massa "Aapa ini? Kalian masih tidak mau menurutiku? Tidak ada cukup tempat untuk berlari tidak tempat aman untuk bersembunyi, kalian akan berakhir disini"
Suara ledakan pistol silih berganti menerjang tubuh tubuh malang itu.
Baik naka anak, remaja, dewasa, orang tua, semua. Tangisan, rintihan, raungan terdengar seperti alunan music difilm horror.
Ditambah asap berwarna merah yang menghalangi pandangan mereka menyebabkan banyak orang yang tidak bisa melihat dengan jelas sehingga banyak yang terhimpit bahkan terinjak.
Awan gelap tapi tak kunjung hujan.
Suasana suram yang mungkin tidak akan berhenti dengan cepat.
Tangisan itu, adalah melodi karya psikopat yang dibantu oleh Presiden.
Jika saja antek antek dan presidden itu benar benar bersikap baik.
Jika saja semua 'tamu' Festival ini benar benar bersikap baik.
Hal ini tentu tidak akan terjadi.
-----
20 Mei 2022
Tempat Festival Bulan berlangsung
21:00
Tabuhan gendang saling beradu.
Tarianj para penari yang menghipnotis.
Tawa suka cita para penduduk mewarnai gelapnya festival bulan yang di adakan empat tahun sekali.
Pada malam hari, festival bulan hanya akan dihadiri oleh penduduk sekitar. Dan acara yang diadakan pada malam hari sangat berbanding terbalik dengan acara di pagi sampai sore itu. Pada pagi sampai sore yang dihadiri oleh pejabat tinggi dan saidagar saidagar kaya.
Biasanya diisi oleh pesta makanan yang disiapkan langsung oleh juru masak istana sebagai jamuan bagi mereka yang 'bekerja keras' untuk Presidennya dan diisi dengan tujuan yang akan mereka sepakati kedepannya sedangkan pada malam hari hanya akan seperti pasar raya.
"Selamat datang para hadirin! Saudagar dan saudara! Selamat menikmati Festival ini! Apa kalian sudah menikmatinya?" tanya seorang Wanita yang keluar dari balik tirai berrwarna merah yang memakai kebaya kartini berwarna pink dipadukan dengan rok batik lilit.
"Iyaaa!" Teriak mereka dengan semangat.
"Benarkah? Kalau begitu kalian akan tambah menikmati malam ini karena ada saudagar kaya raya yang akan memberikan banyak peti 'berharga' untuk kalian!" Soraknya menyambut peti peti yang digotong oleh para buruh panggul.
Para warga 'aslil' sana yang berpenghasilan pas pasan sangat senang melihat peti peti itu.
Mereka berkumpul di satu titik, menghitung mundur Bersama pemandu acara.
"1 2 3...….! Buka sekarang!" seru pemandu acara disambut sorak sorai para penduduk.
Mereka kaget saat membuka peti peti itu. Bahkan ada yang pingsan. Darah mengalir seperti air dihulu sungai, deras.
Bau yang membuat mual.
Jasad jasad terrjatuh dari peti berukuran 170x360 cm itu. Di setiap peti diisi oleh 1 keluarga. Di dalam peti itu juga ditulis kesalahan yang pernah mereka perbuat selama hidup.
Puncaknya saat tirai berwarna merah tepat dibelakang pemandu acar di buka.
Terlihat 5 jenazah digantung.
Dari sebelah kiri ada pak Roni, wakil Presiden, presiden, pak Hamid (ketua forensic), dan seseorang lagi belum diketahui identitasnya.
Mereka digantung sejajar, tangannya memegang secerca tulisan dosa dosa yang mereka lakukan.
Video bahkan foto foto bukti mereka melakukan hal itu terpampang nyata di layer lebar sebelah timur panggung.
Mereka tidak menyangka presiden yang mereka agung agungkan adalah seorang psikopat yang membuat Kawasan ini bangkrut 10 tahun yang lalu.
Mereka tidak menyangka donasi donasi yang diberikan orang orang baik dilaur sana untuk membangun Kembali Kawasan ini digunakan untuk memuaskan nafsu bejat mereka yang berrkuasa.
Mereka tidak menyangka rangakian tragedy sebelumnya dibuat untuk menakut nakuti penduduk 'asli' agar pindah dari kota ini.
Segala perbuatan bejat, manipulative, dan arogan tertulis beserta tanggal kejadiannya terlihat jelas disana pelaku seakan akan telah memperhatikan Gerakan para orang penting ini.
'Aku bukan pelaku, aku juga korban, kita semua adalah korban dari kebiadaban komplotan inI!" seru seseorang yang suaranya telah diedit itu.
"Sekarang, kalian bebas menentukan apapun pilihan kalian, took took dan tempat usaha yang mereka dirikan disini, itu adalah hak kalian sekarang! Mulai sekarang kalian harus hidup berbahagia!" ucapnya Kembali.
Tanpa disangka para penduduk yang tadi ketakutan malah merasa sangat Bahagia.
"Hidup! Hidup! Hidup!" sorak mereka sambil mengepalkan tangan kanan.
Adapula yang melempari jenazah orang orang itu denngan benda tumpul bahkan ada yang tak segan memukulinya dengan tangan kosong.
Mulai hari itu, tidak ada lagi ketimpangan ekonomi di kota kecil itu. Mereka hidup damai tidak ada yang menyelidiki tragedy festival itu, seakan akan rangkaian tragedy itu tidak pernah terjadi sebelumnya.
EPILOG
Presiden Anggito Rajasa terlahir dari pasangan suami-istri Kevin Rajasa dan Sri Tritura. Karena sangat manja dan tidak suka bergaul saat kecil dia menjadi bahan olok olokan teman temannya sejak saat itu dia malas pergi ke sekolah dan akhirnya melakukan berbagai tindak criminal.
Tak butuh waktu lama Kevin Rajasa. Sang ayah yang kebetulan adalah walikota saat itu mengetahui Tindakan anaknya itu segera melindunginya dari segala jerat hukum.
Kemuadian ia memulai sekolah rumahnya. Segalanya aktifitas diluar rumah dibatasi, tapi bukannya menuruti perinta orang tuanya, dia malah kerap curi curi kesempatan untuk pergi dari rumah.
Bukan rahasia umum lagi dikalangan masyarakat kala itu jika si Anggito suka melecehkan anak gadis di kota itu bahkan ada yang sampai mengandung. Dia merayu orang tua korban dengan diiming iming balasan uang, dinikahkan sampai menjadi pemerintah dikota itu agar tidak laporkan kepada ayahnya. Namun tentu saja itu semua bohong.