BAB 21
DIA PELAKUNYA PART 2
Putri melangkah perlahan mendekatinya.
Didalam peti itu, ada jasad Dorta, yang lengkap dengan pakaian dinasnya.
"Apa yang terjadi?" Putri terkaget jemarinya bergetar bukan main, berusaha tidak panik didepan gadis kecil itu dan menelpon Rizal.
"Rizal, Pak Tommy sudah tidak bernyawa, cepat kerumahnya" ucap Putri.
Tak lama, ambulance, tim forensic serta tim 1 dan 3 datang ke rumah pak Tommy.
Saat diperiksa, Gudang bawah tanah juga ada 2 jasad pembantu yang bekerja dirumah pak tommy.
"Sepertinya pak Tommy yang membunuh mereka semua" ucap Desta pada Wahyu.
"Bagaimana jasad Dorta bisa ada di sini?" Tanya Wahyu menyilangkan tangan diatas dadanya.
"Sepertinya itu juga ulah pak Tommy. Oh ya ada tulisan di jasad Dorta, dan gaya penulisannya sama persis dengan tulisan di surat kemarin" ucap Desta menyerahkan beberapa hasil jebretannya.
" 'Ditutupi orang berkuasa' apa maksudnya?" Wahyu terheran.
"Ntah kamu detekrifnya kamu yang harus mencari tau, yang jelas tulisan ini dibuat dengan terburu buru dan di dalam perut Dorta tandanya dia menulis diam diam dan tau dia akan 'tidak ada lagi' setelah hari itu" ucap Desta sambal melihat mayat Dorta Kembali "kasihan"
Mereka berdua menatap jasad itu.
"Desta! Sudah tau penyebab meninggalnya pak Tommy?" tanya pak Aldi.
"Sudah pak, awalnya dia menulis surat permintaan maaf ini" Dorta menyentuh surat di atas meja pak Tommy tentu saja menggunakan sarung tangan lateks "Lalu meminum obat serangga itu" menunjuk botol semprot anti serangga yang ada di bawah meja kerja pak Tommy "Kemudian dia memaku tangannya pada peti ini, dan memakan sisah paku itu sampai pada akhirnya dia meninggal dunia, dan kemungkinan dia meninggal 2 jam setelah meminum obat anti serangga dan memakan paku paku itu" jelas Derta.
"Tapi kita harus mengautopsi dia agar semuah jelas" ucap Desta Kembali.
Mereka terkaget, pelaku yang di maksud itu ternyata pak Tommy.
Mereka satu persatu Kembali ke markas.
17:00
Hasil autopsy jeasad keluarga pak Tommy keluar.
Pada pukul 03:00 Yani, pembantuh yang pertama kali dibunuh menggunakan pisau buah yang berkarat.
Pada pukul 03:30 Hana, pembantu yang kedua kali dibunuh dengan cara yang sama namun goresan di leher Hana sangat dalam, hampir menyentuh tulang lehernya.
Pada pukul 04:00 pak Tommy membunuh istrinya dengan pisau daging namun tidak sampai meninggal. Diperkirakan istrinya menghembuskan napas terakhir pada pukul 04:10 karena serangan jantung.
Pada pukul 04:15 anak perempuannya, Lusi juga dibunuh dengan cara yang sama. Lusi meninggal, lehernya ditebas kepalanya hampir putus.
Pisau pisau di TKP semua hanya terdapat sidik jari pak Tommy.
"Ini membuktikan pak Tommy dalang semuanya, termasuk pembunuhan di pasar itu?" tanya Wahyu taka da yang menjawabnya.
Mereka masih tidak percaya kalau pak Tommy pelaku dan dalang dibalik semua ini.
"Tidak mungkin! Pak Tommy tidak mungkin seperti itu. Bisa saja pelakunya yang mengancam pak Tommy melakukan pembunuhan ini?" Rizal dengan tegas mengatakan ketidakmungkinan itu.
"Benar! Saat pembunuhan Dorta, pak Tommy ada Bersama kita kan?" pak Bagas juga tidak percaya.
"Bisa saja dia menyewa orang yang memakai jaket hitam itu untuk membunuh Dorta karena ketahuan memata matainya? Dorta sudah lama tidak men yukai pak Tommy dan kerap memata matainya. Kalian tidak tau apa apa tentang Dorta. Dan kalian ingat? Dia terus mengatakan, 'jangan percaya! Itu hanya alibi mereka!' hanya alibi! Itu hanya alibi pak Tommy 'komandan' kalian yang brengsek itu! Dia pelakunya! Bahkan jasad Dorta memberitau kita!" Zere berteriak lepas kendali dan keluar dari ruangan ini.
Mereka terdiam. Disatu sisi mereka memang tidak percaya pak Tommy yang membunuh keluarganya dan orang orang di pasar itu tapi disis lain, akhir akhir ini pak Tommy bertindak seperti orang yang menyembunyikan sesuatu yang besar dan sangat rahasia.
20:00
Mereka masih mempelajari berkas berkas kasus ini.
Drinng dring dring.
Telepon kantor berbunyi
"Halo? Apa maksudmu? Tidak, tidak terjadi apa apa hari ini" ucap Rizal menjawab panggilan telepon itu.
"Halo? Tidak tidak? Dorta? Apa?" suara Arya terdengar heran berbicara dengan ponsel genggamnya seraya melangkahkan kaki memasuki ruangan divisi itu.
Satu persatu anggota yang ada di ruangan itu mendapat telepon dari para reporter yang menanyakan tentang kematian Dorta dan pembunuhan keluarga pak Tommy.
"Aku bilang tidak ada yang terjadi hari ini!" teriak Dani tanpa memperhatikan nama yang tercantum di telepon genggamnya.
"Dani! Seperti inikah cara berbicara pada atasan?!" teriak orang itu lebih keras dari suara Dani.
Dani melihat nama kontaknya "Astaga, maaf pak Roni, saya pikir reporter tadi ad aba…" ucap Dani berusaha menjelaskan keadaan di ruangan divisi hari ini.
"Saya tau! Dan kenapa Zere muncul di acara TV sekarang! Saya sudah bilang tutupi saja kasus ini! Anggap kasus ini tidak pernah terjadi! Di mana sib agas? Kenapa nomornya tidak bisa dihubungi!" suara pak Roni terdengar semakin keras hingga dapat didengar oleh anggota lainnya.
"I-ini pak" Dani menyerahkan ponsel miliknya kepada pak Bagas.
"Halo? Maaf pak ponsel saya, tadi banyak sekali yang…"
"Saya tau! Saya tau kalian sangat sibuk hari ini! Si Zere kenapa dia membocorkan ini pada media? Kita menjadi sorotan sekarang! Cari si Zere itu untuk pergi keruangan saya segera! Dan buat konfrensi pers!" perrintah pak Roni.
Wisnu yang penasaran mulai menyalakan TV.
"Pak Tommy pelakunya, sudah pasti dia pelakunya" Zere berbicara pada wartawan itu.
"Menurut kepolisian apa motif pak Tommy menghabisi nyawa mendiang Dorta? Apakah dia membencinya atau…" wartawan perempuan yang berambut pendek sebahu itu seperti ingin memprovokasi Zere.
"Iya dia membencinya, karena Dorta, tau kebusukan yang ada pada diri Pak Tommy."
"Lalu bagaimana dengan anggota keluarga pak Tommy, pak Tommy membunuh mereka, bahkan pembunuhan pembantunya juga, apa pendapat anda?" tanyanya Kembali.
"Pak Tommy stress, dia banyak minum obat anti stress. Apa yang bisa dikatakan untuk orang seperti itu?" Zere menegaskan itu kepada wartawan disiaran langsung ini,
"Apa? Polisis juga melakukan konfrensi pers? Sambungkan" bisik wartawan itu dengan handphonenya.
"Baiklah pemirsa, nampaknya polisis juga melakukan siaran langsung mengenai kasus ini, bisa dilihat di layer kaca anda" ucap wartawan itu.
"Pak Tommy Susanto, sama sekalil tidak, saya ulangi tidak ada kaitannya dengan pembunuhan di pasar itu. Dan kami meyakini pembunuhan di keddiaman keluarga pak Tommy hanyalah rekayasa semata. Terimakasih" ucap pak Roni mengakhiri konfrensi singkat itu.
" 'Pembunuhan di pasar itu' apa maksudnya ap aini mengarah ke pembunuhan mendiang Dorta? Atau ada hal lain yang disembunyikan pihak polisi?" tanya wartawan itu Kembali, menantikan jawaban Zere.
"Itu maksudnya pembunuhan di pasar belakang markas kami, disana Dorta melihat seorang memakai jaket hitam Panjang yang dicurigai Dorta atau yang Dorta mata matai bertemu dengan seorang bertopi polisis dan bermantel tebal. Itu dasar aku mencurigai pak Tommy terlibat dengan semua ini karena aku melihatnya pergi saat atasan mengumumkan Dorta dan Rizal di bebass tugaskan. Mantel itu juga, aku pernah melihatnya memakai mantel yang persis seperti itu." Jawab Zere Panjang lebar.