Chereads / pura pura / Chapter 18 - CURIGA 2

Chapter 18 - CURIGA 2

BAB 18

CURIGA 2

Pak Riki, Riki Yudistira dengan kepercayaan dirinya maju kepodium, taka da masyarakat yang mempercayai pidato kampanye saat itu. Mereka tidak ingin mendengarkan kata kata manis lagi. Sudah bosan. Yang mereka butuhkan hanyalah makanan. Sudah itu lebih dari cukup bagi mereka.

Namun siapa sangka, disekitar tahun 3 jabatannya atau tahun terakhir di periode ini, dia berhasil memajukan sector pertanian, perternakan dan sector ekonomi lainnya.

Dia juga banyak membuka kelas wirausaha untuk tunawisma. Tak heran seluruh warga kota ini sangat mencintai pak Riki. Disepanjang jalan bahkan ditembok tembok rumah warga sering dijumpai selogan selogan untuk mendukung dan mengapresiasi kinerja pak Riki.

"Baiklah, aku mengerti" Pasarah pak Tommy, seraya mematikan telepon genggamnya.

"Sudah semua, ini perintah atasannya, Kembali ke markas kita teruskan memeriksa barang bukti yang kita temukan tadi" ajak pak Tommy sembari melerai pertikaian salah satu anggota timnya dengan para pekerja itu.

"Hah? Maksudnya? Apa maksud bapak? Pasti pelaku meninggalkan bukti lainnya disini!" protes Rizal menghampiri pak Tommy.

"Kamu, menolak perintah atasan?" pak Tommy meninggikan suaranya, menatap sinis Rizal.

Seketika semua anggota tim itu terdiam, tidak lagi beradu jotos dengan para pekerja itu.

Pak Krisna menarik tangan Rizal menghindari kontak mata dengan pak Tommy. Membawahnya Kembali ke belakang.

Sekarang mereka melihat para pekerja itu merobohkan satu demi satu bangunan disana.

Tiba saatnya merubuhkan TKP rumah makan padang itu, terlihat Rizal duduk terpaku mengeluarkan air mata.

"Sudah, kita pasti akan menemukan pelakunya" pak Aldo menepuk nepuk Pundak Rizal. Rizal Kembali tersenyum.

18:00

Karena tidak ada yang mereka lakukan di sana, pak Tommy memerintahkan mereka untuk Kembali ke markas.

Mereka berkumpul lagi di ruanga divisi itu.

"Apa saja yang kita punya sekarang?" buka Wisnu menggerakkan tubuhnya yang terasa pegal.

"Foto, surat dan apa ini?" ucap Arya terkaget "Bukankah ini topi polisi"

Wahyu merebut kertas print itu "Benar, benar, ini topi polisi, kenapa dia Bersama orang yang dicurigai mendiang Dorta?"

"Dia, terlihat tidak asing" timpal Rizal

"Bagaimana? Kalian menemukan sesuatu?" Ujar pak Tommy setelah membuka pintu ruangan itu.

"Ini, topi polisi pak, dia Bersama orang yang dicurigai Dorta" Wahyu menunjuk sesosok lelaki yang memakai topi polisi dan jaket mantel itu.

"Iya, saya sudah tau. Mungkin itu alibi agar kita terpecah belah" pak Tommy duduk, sangat santai tidak seperti biasanya "Dikota ini, hanya ada satu kantor polisi dan polisi yang memiliki topi resmi seperti itu hanyalah 1,2,3,4,5…. Emmm 50 orang?" Dia meletakkan tangannya diatas meja yang kini menopang dagunya.

"Benar pak, heii apa inijangan terlalu diperdulikan, itu pasti alibi mereka, mana mungkin polisi ingin membunuh polisis lainnya? Tidak masuk akal, apa dia akan senang mendapat banyak tugas? Hahahh" pak Krisna membenarkan ucapan pak Tommy dan tertawa melihat kearah Rizal.

Mereka focus menganalisis bukti yang ada di tanagn mereka saat ini.

22:57

Dring dring dring dring

Salah satu ponsel mereka berdering.

Pak Bagas, lelaki berumur 33 dan lumayan atletis berdiri, meminta izin menjawab telepon yang kelihatannya penting.

"Halo? Iya? Sudah keluar hasilnya? Baiklah. Terimaksih" ia menelpon dengan cepat.

"Pak, hasil forensiknya sudah keluar" ia berbisik pada pak Tommy.

"Rizal, Arya tolong pergi ke bagian forensic untuk mengambil berkas mereka" pak Tommy menunjuk Rizal dan Arya yang terlihat sudah bosan dan mengantuk.

Tanpa ba bi bu mereka segera meningalkan ruangan divisi untuk mengambil berkas itu.

"Bang, abang percaya pelakunya polisi?" tanya Arya ke Rizal.

"Pak Tommy bilang jangan pikirkan itu, bisa saja itu hanya jebakan dari sang pelaku, topi seperti itu juga banyak dijual di took seragam kan?" jawab Rizal, Arya sepertinya tidak puas dengan jawaban itu.

"Tapi bamg, bang Dorta bilang…"

"Bang Dorta bilang mereka didekat kita kan?" Rizal menyela ucapan Arya "Kamu tau berapa banyak pelaku kejahatan yang belum tertangkap yang sedang bebas berkeliaran di luar sana sering datang ke sekitar kantor polisi hanya untuk mengejek polisi yang belum berhasil memborgol pergelangan tangannya" jelas Rizal yang kini terdengar sangat dewasa.

Arya mengangguk tanda mengerti, mereka akhirnya sampai di ruang forensic.

"Rizal, berkasnya ada di meja itu" seorang Wanita berumur 25 tahunan dengan rambut sebahu itu menunjuk meja yang ada di pojok.

"Oohhh, terimakasih Weni" Rizal tersenyum pada Weni, salah satu anggota tim forensic itu.

Rizal membolak balikkan halam demi halaman.

"Ada apa Rizal?" Tanya Weni yang kini ada di sebelah Rizal.

"Apa maksudnya ini? Dibunuh sekitar 10 tahun yang lalu?" Ia menunjuk hasil analisis TKP rumah makan padang itu.

"Iya awalnya aku juga tidak percaya! Kenapa tidak ada yang melaporkan kejadian itu? Dan yang lebih gilanya, coba kamu buka halaman selanjutnya!" seru Weni yang bersemangat memecahkan kasus ini

"Tertulis, mereka seperti memainkan permainan demi bertahan hidup di temboknya ruangan dua, tempat 3 orang anak yang berkisar 7-12 tahun yang saling mencekek ada tulisan 'apa semuah manusia rela membunuh saudaranya demi bertahan hidup?' di ruang ketiga diduga pasangan suami istri yang saling menusuk dengan gunting dan pisau daging ada tulisannya 'cinta, kelak saat melihat ini apa kalian masih percaya dengan cinta?' di kamar pertama, seorang yang terbaring sendiri berumur sekitar 60 tahunan' aku akan membersihkan mererka yang tamak' dan yang paling membuatku merinding, kamar mandi 1x1 yang diisi 13 mayat, awalnya kami mengira hanya 11 tapi saat membongkarnya ada 1 orang Wanita yang mengandung saat itu dan diduga bayinya lahir disana, juga ada seorang anak kecil berumur 8 tahunan yang dihimpit di paling bawah, tulang tulangnya patah akibat tertimpa orang dewasa di sana ada tulisan 'mereka yang hidup untuk harta akan mati demi harta' Weni terlihat sangat takut menceritakan ulang kejadian di sana.

"Bagaimana mereka yang di lantai bawah? Ada dua orang di sana" tanya Arya penasaran.

"Bu Sari, meninggal jam 6 pagi tadi, darahnya masih terlihat segar di sana ada tulisan eummm ah 'jika sudah diberi hati, mengapa orang tamak juga meminta jantung?' dan satu lagi" Weni menjentikkan jari lentiknya "Disana juga ada jazad Wanita berumur 40 tahunan diperkirakan meninggal 3 bulan yang lalu, meninggal karena diberikan makanan yang tidak layak, dia sering diberi makan dengan hewan yang masih hidup, dia juga memakan kotorannya sendiri dan kotoran hewan itu, ada tulisan 'aku hampir tertipu' dan ada buku catatannya juga, tapi sedang kami teliti karena tulisannya tidak bisa terbaca jika sudah kami akan berikan laporannya" jelas Weni mengangguk.