BAB 16
KUDA YANG RAKUS 2
-----
Di TKP awal, ruko bekas rumah makan padang.
"Kak Putri, sebenarnya" Arya menghampiri Putri yang sedang melihat TKP kamar 1.
"Sebenarnya, tadi bang Dorta sms aku, dia mengirimkan beberapa foto dan juga pesan" Arya menyerahkan ponsel itu pada Putri.
Dia mengirim 5 foto. Foto pertama terlihat seorang lelaki yang memakai jas hitam Panjang yang menutupi sampai lututnya disertai pesan 'aku mencurigainya, aku akan menguntitnya tolong yang beri tahu Zere dan yang lainnya' Arya membalas 'tapi abang sedang bebas tugas, jangan melakukan Tindakan aneh'
Di foto kedua berjarak 15 menit dari foto pertama, terlihat ada seorang memakai jaket tebal dan topi pollisi menghampiri pria itu, mereka tampaknya sedang membicarakan hal penting.
Difoto ketiga, kedua orang itu menatap kearah kamera yang artinya Dorta ketahuan memata matai mereka. Dikirim dari 5 menit yang lalu.
Difoto keempat, terlihat banyak darah di lantai. Dikirim 1 menit yang lalu.
Difoto kelima terlihat Dorta yang sudah lemas tak berdaya. Dikirim 1 menit yang lalu.
"Artinya, pelaku masih memegang ponsel dorta?" Putri mengernyitkan dahinya.
Ia berlari dan membawa ponsel itu, memperlihatkannya pada pak krisna. Pak Krisna terkejut pelaku ini benar benar menantang polisi.
"Cepat serahkan semuah bukti ini kepada tim forensic" ucap pak Krisna yang masih terkaget dengan tingkah pelaku.
Putri bergegas menemui pak Marco, ketua tim forensic yang berada di lantai 1. Ia menceritakan semuahnya kepada pak marco, pria berumur akhir 30an, berkulit gelap dan rambut botak itu juga terkaget.
Ding
Notifikasipun muncul, pelaku ini masih menggunakan ponsel Dorta, ia mengirim 3 foto baru.
Foto pertama adalah foto jazad Dorta yang masih ditutupi plastic jenazah.
Foto kedua adalah foto ambulance yang terbakar. Tapi hanya jenazah Dorta yang ada di luar ambulance itu. Terlihat dari jendela kecil di mobil ambulance itu para tenaga medis sedang meronta ronta dari dalam.
Foro ketiga adalah, foto Putri dan pak marco. Iya, mereka ada di sekitar TKP itu sekarang.
Putri dan pak Marco terlihat satu sama lain dan berlari keluar. Tak seorang pun disana, sepi. Dan telepon genggam milik Dorta ada di jalanan itu. Sepucuk suratpun ada disana. Berisi.
Dari: Dorta
Untuk: teman teman
Bersama kalian aku merasa baik baik saja, selama ini aku minta maaf, selama ini egois yakinlah, selama ini kalian tidak menyerah. Selama ini, aku senang bersamamu. Tolong.
Dorta menulis dengan tergesa gesa hampir tidak bisa dibaca. Diamplop itu ada surat lagi, bertuliskan.
Aku pikir kalian sangat cepat kali ini, untung saja teman kalian itu sangat lemah hanya sedikit dipukuli sudah mati. Oh ya jangan lupa bereskan mobil ambulance itu. Jika tidak akan terjadi kemacetan parah saat jam pulang nanti hahhaha.
Jangan salah paham, aku tidak bersalah, aku hanya ingin membersihkan bumi dari orang orang kotor seperti mereka.
Dia mengetik itu dengan papan ketik, dan ada beberapa foto juga, yang menunjukkan siksaan yang dialami oleh dorta.
Putri mual melihat itu.
Foto pertama Dorta dipecut dengan pecut juda dan foto kedua mereka memasukkan banyak benda ke dalam mulut Dorta mulai dari lumut di toilet itu, kresek plastic dan botol kaca yang pecah.
Dibelakang foto pertama bertuliskan 'lihat dia, yang dulunya memaksa manusia lain bekerja layaknya kuda'
Dibelakang foto kedua bertuliskan 'tak hanya orang tuanya, anaknya juga sangat rakus'
Putri menangis, rasa sakit yang dialami Dorta mendadak juga terjadi padanya.
Dia kehilangan kendali atas dirinya, mendadak ia tumbang.
"Hei hei, tolong ini" pak Marco panik, ia kehilangan kata kata saat melihat foto foto itu.
Mereka mengangkat Putri dan membawahnya ke rumah sakit untuk Tindakan yang lebih lanjuut.
-----
Di ruang Tim divisi criminal
12:00
"Tidak bisa begini terus!" Wahyu berteriak frustasi "ini Dorta? Dorta yang tadi kita angkat menuju ambulance sekarang entah keberadaannya dimana" Wahyu membesarkan matanya tidak percaya apa yang ia lihat di foto itu.
"Dia benar benar menantang polisi! Komandan, kita harus benar benar bertindak tak lama lagi media pasti meliput ini" protes Dani seraya melihat pak Tommy diujung meja rapat itu.
"Benar, kita harus mengeluarkan kode hitam" kode hitam; adalah kodde pertanda bahaya, tidak boleh ada yang sendirian dan harus sedia senjata. "Kita akan mencari pelaku itu, sekarang kita susuri pasar" terus pak Tommy.
Mereka dibagi menjadi 3 mobil. Karena kekuranagn pasukan di tim 3 Rizal juga ikut bergabung.
Sesampainya di TKP, mereka melihat alat berat seperti bulldozer, crane, excavator dan lain lain terpajang di depan pintu masuk pasar itu.
Dan terlihat tim forensic yang berada di rumah makan itu sudah diluar semua.
"Ada apa ini!" pak tommy berteriak, menghentikan jalannya crane yang akan menghancurkan ruko nasi padang itu (TKP ditemukannya pembantaian dan Rahma).
Seluruh tim divisi criminal berupaya menghentikan para pekerja itu.
"Kamu tidak tau y aini adalah TKP penting" timpal Wisnu.
"Kamu tidak tau ini adalah perintah wali kota?" tanya seorang yang memakai jas hitam dengan rambut klimis tersisir rapi kebelakang.
"Bahkan ketua kalian, pak Roni menyetujui hal ini, jadi untuk apa aku harus mendengarkan perinta bawahannya?" ucapnya Kembali.
Mereka teerdiam tidak percaya, ada apa ini.
Bahkan saat jazad anaknya hilang, pak Roni hanya peduli pada uang? Ia adalah salah satu pemegang proyek ini, dia menginvestasikan seluruh harta bendanya untuk proyek Apartemen pertama di kota ini. Sangat tamak, tapi kenapa tiba tiba. Bukan kah proyek ini direncanakan akan dibangun mulai bulan depan?
-----
Dirumah sakit.
[Jauh di alam bawah sadar Putri]
Pak Broto membawaku, ibuku dan Rizal ke rumah sakit.
Kata dokter ibuku masih bisa diselamatkan, aku menangis dan Rizal juga ikut menangis.
Pak Broto harus pulang karena anaknya sakit dan sendiri di rumah. Dia ikut menemaniku di rumah sakit "Apa kamu tidak punya rumah? Kenapa kamu tetap disini?" Tanyaku yang rishi dengan keberadaannya.
"Tidak" dia tersenyum kerahaku "Aku sudah lama tidak tau apa arti rumah, aku adalah anak dari istri kedua, aku dibenci seluruh keluarga ayahku, dan keluarga ibuku? Mereka menerimaku tapi tidak perna menganggapku keluarga mereka, mereka terlihat sangat malu dengan adanya keberadaanku, kamu juga begitu?" tanyanya yang masih tersenyum, aku merasa bersalah mendengar hal itu.
"Jangan mengkhawatirkanku, abangku, abang tiriku, dia sangat menyayangiku walaupun ibunya meninggal karena ibuku" dia menceritakan hal itu tanpa rasanya penyesalan.
Jam 20:00
Aku dan Rizal dikirimi nasi oleh pak Broto, tapi pak Broto segera pergi setelah memberikan nasi itu.