BAB 13
WAKTU YANG DIJANJIKAN
[Putri ver]
"Dia tidak meninggalkan jejak sama sekali. Dia professional" tambah wahyu dari tim Alpha.
"Sebanyak apapun pengalaman yang dimiliiki, dia pasti akan membuat kesalahan. Dan saat itu kita akan segera menangkapnya. Bukankah dia seperti mengejek polisi dengan meninggalkan 'buruannya' di markas kita?" ucap wisnu dari tim Hurry dengan mata terbuka lebar.
"Tidak. Kita tidak akan menunggunya membuat kesalahan. Kita harus membuatnya segera membuat kesalahan" sinis pak Tomy.
"Sekarang hamper jam 6 pagi, apa yang harus kita lakukan pak?" tanya Boby yang sudah terlihat sangat prustasi.
"Kalau ada Dorta pasti akan jauh lebih mudah" keluh Wisnu yang berbuah tamparan.
"Apa kamu anak kecil mengeluh terus? Bahkan Dimas dan Nia tidak mengeluhkan apapun saat ibunya meninggal, ayahnya ditangkap dan kakaknya hilang? Gak malu apa sama mereka?" pak Bagas , ketua tim Hurry menamparnya 3x. pipi kanan wisnu yang semula berwarna sawo matang berubah menjadi merah pekat, darah juga keluar dari mulutnya.
Dia menutupi darah itu dengan tangannya, bersikap seolah baik baik saja.
"Maaf pak" hanya itu kata yang terulang ulang yang keluar dari bibirnya.
Orang orang yang ada diruangan ini hanya melihat. Sebenarnya aku ingin membantu tapi, aku takut masalah ini akan bertambah besar dan berimbas kepada karir kami. Toh kami juga harus segera menemukan Psikopat itu agar tidak ada korban lagi, aku tidak ingin pencarian ini terhenti karena masalah internal seperti sekarang. Aku yakin orang orang disini juga berpikiran yang sama.
[Author ver]
[06:00}
Waktu yang dijanjikan psikopat itu akhirnya datang.
Tim 1 dan 2 bersiaga di jalan sekitar markas 3, tim bersiaga di depan markas (bukan di depan pintu masuk! Mereka malah bersembunyi dibalik rerumputan).
Aldo terrus memegangi klip yang berisi foto bu Sari dan petunjuk 'jam' itu.
"Aneh sepertinya tempat ini tidak asing bagiku" ucapnya memastikan.
"Benarkah? Aku juga merasa akku pernah ketempat itu" sahut pak Krisna.
Mereka terdiam begitu lama. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat.
Pada jam 08:30 semuah tim Kembali berkumpul di ruangan devisi.
"Pak tommy, apakah ruangan ini tidak asing bagi anda?" Tanya pak Krisna. pak Tommy, pak Krisna, pak bagas dan pak Aldo dulunya sahabat karib dan berada di tim yang sama.
Pak Tommy mengambil foto itu, membetulkan kacamata retro emasnya, "Ahhh, setelah dilihat lihat, aku sepertinya mengenali tempat ini, Bagas coba kamu lihat" ia menyerahkan foto itu kepada pak Bagas.
Ia melihat dengan seksama "Benar, tapi tidak mungkin tempat itu!" Ia berdiri dan berteriak, menolak kebenaran yang ia lihat.
Ia keluar ruangan dan berlari, melewati pintu belakang. Terus berlari menyusuri gang gang dan pertokoan itu.
Para anggota divisi criminal juga berlari dibelakangnya.
Iang berhenti di depan warung nasi padang yang tutup.
Sangat berdebu, sekitar temboknya dipenuhi tanaman liar, pintu besi itu keliatan berkarat dan sedikit terbuka.
Dan yang pertama kali tercium saat memasuki tempat itu adalah bau amis yang bercampur bau busuk makanan.
"Disini!" Zere berteriak dari arah suatu ruangan.
Putri segera menghampiri Zere. Betapa terkejutnya Putri denga napa yang ia lihat.
Bu sari, orang yang sedang mereka cari sedang duduk, dadanya terbelah rapi, tangan kirinya memegang hati dan tangan kanannya memegang jantung.
Terlihat di dinding krem itu ada tulisan yang menggunakan darah berbunyi 'jika sudah diberi hati, mengapa orang tamak juga meminta jantung?'
"Hoii kalian cepat kemari!" Tak lama kemudian, terdengar lagi suara. Putri dan Zere perrgi kearah suara itu.
Disana ada seorang Wanita, yang sudah meninggal. Di sekelilingnya berceceran kotoran manusia, bahkan kotoran hewan.
Tubuhnya sangat kurus seperti sudah berhari hari tidak makan.
"Tempat ap aini!" pak kita harus segera lapor segera lapor atasan dan panggil tim forensic" Zere tidak bisa menyembunyikan wajah paniknya.
"Cepat panggil mereka"
Pak Tommy mengangguk, matanya terbelalak namun kosong.
Jarak TKP dan Markas tidak jauh, Tim forensic pun cepat sampai.
Pak Roni, atasan kami juga datang melihat kondisi di TKP.
Matanya juga terbelalak "manusia macam apa yang bisa berbuat seperti ini!" ucapnya sembari menutupi hidung mancungnya.
"Eii ini sudah pasti Psikopat!" tambah pak Krisna yang terlihat seperti sedang menjilat atasannya itu.
Pak Roni mengusap mata cokelatnya dan pergi tanpa peduli dengan keberadaan pak Krisna.
"Baru jadi atasan di polres kecil aja sudah belagu" bisiknya pelan dan berjalan kea rah berlawanan dengan pak Roni.
Pergi memeriksa lantai 2.
Di lantai 2 terdapat 4 ruangan. 3 ruang tidur pemilik usaha dan 1 kamar mandi.
Di kamar tidur pertama, ditemukan 1 rangkah yang sudah mulai berdebu.
Di kamar tidur kedua, mereka dapati patung. Yang setelah diperiksa tim forensic, diketahui itu sebenarnya mayat yang dibaluri semen, tak hanya 1 dan 3 seperti itu yang ditemui. Mereka terlihat seperti saling membunuh. Denngan saling mencekik.
Kamar tidur ketiga, kamar tidur yang paling besar. Terdapat 2 mayat disana. Mereka juga saling membunuh. Mayat A menggunakan pisau daging dan mayat B dengan gunting.
Dan di bawah tangga, ada kamar mandi.
Saat pak Krisna datang kesana, tim forensic sedang berusaha membukanya. Namun seperti ada benda keras yang menahan pintu itu, sehingga mereka harus merusaknya.
Saat terbuka mereka sangat terkejut. Di dalam kamar mandi yang berukuran 1 x 1 itu terdapat 11 mayat saling bertumpuk.
Buk!
Terdengar suara benda jatuh dari lantai 3.
Saat rumah makan padang ini masih beroperasi lantai 3 hanya digunakan untuk menjemur ikan asin bahkan kerupuk.
Itu satu satunya tempat yang belum mereka periksa sehingga mereka bergegas naik kesana.
Pintunya tidak terkunci.
Mereka melihat Rahma, salah satu staff dimarkas mereka diikat dikursi. Suara jatuh itu bersumber darinya.
Darah yang masih segar menerobos kain putih yang digunakan untuk menyumpal mulut Wanita itu.
Darah juga mengalir derras dari tubuh bagian bawahnya merubah warna gaun yang digunakan.
[Author ver]
Pintu lantai tig aitu terbuka lebar.
Terlihat seorang Wanita yang didandani bak pengantin dan menggunakan gaun putih yang menutupi mata kakinya dengan rambut hitam terurai kusut.
Tangannya diikat dibelakang kursi besar itu. Tak hanya tangan, mulutnya pun disumpal dan diikat mengelilingi senderan kursi.
Darah darah darah gaun putihnya dan sumpalan dimulutnya itu dihiasi dengan darah segar.
Pipi merahnnya menyentuh lantai semen yang dibanjiri darah.
"RAHMA!" teriak pak Krisna yang bergegas kesana.
Namun Zere dengan otot kekarnya berhasil mencegah pak Krisna.
"Lihat itu, anda akan merusak barang buktinya" ucapnya sinis mendorong pak Krisna kedekat pintu itu.