BAB 11
JANGAN PERCAYA PADAKU
[Rahma]
00:00
"Duhh, pakek lampu mati segala lagi!" Teriakku dalam hati.
Sebagai staff yang mengurus berbagai dokumen, tentu saja aku sangat membutuhkan computer.
Jika tidak ada computer bagaimana caraku menginput data? Ditambah lagi staff disebelahku, pak Jefri huhh sangat menyebalkan dia tidak henti hentinya menyombongkan anaknya.
"Besok kalau jabang bayimu lahir, harus seperti anak saya! Smp sampai kuliah luar negeri, jangan disini, pendidikannya jelek! Fasilitas dikit namun bayarnya fantastis!" Aku mendengar itu berulang ulang, sampai aku tidak bisa menghitungnya.
Aku memutuskan beranjak dari kursi yang sudah menemaniku berjam jam.
Aku memegangi calon anakku "kalau sudah lahir, jauhi ya orang yang seperti bapak itu" ucapku sambal mengelus elusnya.
Ku gapai gagang pintu, lalu mendorongnya.
Kurasakan sesuatu melekat di sol sepatu, tapi karena terlalu gelap aku mengabaikannya.
Disini masih hujan, dingin. Sangat gelap dan tenang.
00:05
Listrik menyala, aku melangkah Kembali ke depan pintu itu.
Sialan! Aku menginjak sesuatu lagi! Aku merunduk dan melihatnya, sungguh kaget. Itu.. itu ap aitu gumpalan darah? Aku duduk jongkok memastikannya.
Aku berteriak saat tahu itu adalah janin. Aku menutup mata, memegangi perut besarku, dan menangis.
"Rahma!" dari suarahnya aku tahu itun pasti rizal, dia sangat baik pada semuah orang disini.
"Ada apa?" Tanyanya Kembali.
"J-janin aku menginjaknya"
Aku merasakan banyak orang yang mengerumuniku. Untung ada Rizal, dia membantuku berdiri dan membawaku ke musholla, disana dia meninggalkanku Bersama Putri.
Putri juga baik, dia mengoleskan minyak kayu putih diareah pernapasanku dan kakiku
Disini, hanya mereka berdua yang menghormatiku. Aku yang paling muda di markas ini, memiliki pangkat paling rendah ditambah lagi aku sedang hamil sekarang.
Banyak senior yang memintaku berhenti dari dari pekerjaan ini. Tapi jika berhenti, gaji suamiku tidak cukup untuk kami berdua.
Memangnya orang orang yang menyuruhku berhenti akan membantu jika aku kesusahan? Jika aku tidak punya uang?
[Putri]
Rahma terus menangis, ia melepaskan sepatunya diluar dan berjalan menuju musholla Bersama aku dan Rizal.
Dia terlihat pucat dan syok.
"Rahma, aku pakaikan minyak kayu putih ya?" Dia hanya mengangguk, aku mulai ngeoleskan minyak kayu putih pada badannya.
Dring dring
Ponselku berbunyi, aku meninggalkan Rahma untuk mengangkatnya.
"Ada pesan misterius di dalam janin itu, cepat ke ruangan" perinta pak Krisna
Aku terburu buru pergi ke ruangan, tanpa mengucap pamit ke Rahma.
-di ruangan tim-
Sudah banyak yang berkumpul di sana. Bukan hanya tim kami, tapi tiga kelompok tim criminal berkumpul.
Tim satu atau tim Alpha, tim dua atau tim Hurry dan tim tiga, tim kami, tim bunga matahari.
"Lihat ini" pak Krisna menyodorkan 3 klip bukti.
Pertama foto telingah Wanita, disana ada bekas tembakan seperti punya ibunya Dimas dan Nia.
Kedua foto tulisan didinding 'tolong temukan aku' disebelah kanan tulisan itu ada bu Sari yang berdiri sambal menggenggam seutas tali yang dililitkan di lehernya, seperti posisi ancang ancang orang bunuh diri.
Ketiga hanya foto tulisan di dinding 'atau dia akan mencari pengasuh abel'
"Sebentar sebentar, llihat ini" Bobby dari tim Hurry mendekatkan foto 2 dan 3 "bukankah ini seperti kata kata lanjutan?"
"Artinya dia akan membunuh Wanita lagi?" Zere dari tim Alpha menatapnya.
"Dari mana kamu tahu dia mencari Wanita?" Rizal mengangkat sebelah alisnya.
"Abel, abel nama perempuan kan?" Jawab Boby singkat.
"Benar, kemungkinan besar korbannya Wanita lagi, lihat ini, telinganya terluka akibat peluru, sama seperti bu Sarah, ibunya Dimas dan Nia kan" pak Krisna menatapku.
Aku melihatnya, bagaimanapun. Pembunuhan ini mengingatkanku akan kejadia itu. Mulai dari telinga, simpul di tali itu dan seakan akan dia memamerkan 'hasil kerjanya' seperti menantang polisi.
"Kita harus menemukan bu Sari sebelum matahari terbit" Dorta dari tim Alpha menghela napasnya.
"Maksudmu?" Dani dari tim Hurry menyenggol tangan Dorta
"Lihat jam itu, bu Sari melihat kea rah jam yang menunjukkan pukul 6 pagi sedangkan waktu foto ini diambil jam 10 malam" ia menunjuk nunjuk foto itu.
"Baiklah tim Alpha kalian cari lingkungan di foto ini, tim beta kalian, kalian bantu tim Alpha dam tim BM kalian telusuri CCTV di markas dan sekitarnya, baiklah semuah sudah tahu tugas masing masing!" Pak Tomy ketua tim Alpha sekaligus ketua tim devisi criminal berteriak.
"Sudah pak!"
Kami memberi hormat dan keluar dari ruangan itu.
"Apa apaan sih nyingkat nama tim kita kayak gitu, sekarang juga, kita selalu ditugasin di markas, apa mereka berpikir kita sangat lemah" Rizal mendumel di soga yang empuk itu.
Aku tidak ingin mengingat hari pemilihan nama tim pada saat itu, eeiihh sangat memalukan bukan?.
Rizal bangkit dari zona nyamannya, pelan pelan menghampiri pak Krisna yang sibuk melihat rekaman CCTV "tapi beneran keren kan pak Kris" dia mengatakan itu dengan berbisik di telinga pak Krisna.
"ALLAHU AKBAR!" pak Krisna berteriak kencang, mendorong muka Rizal menjauh dari dirinya.
"Anak aneh! Lebih baik kamu mengerjakan sesuatu yang lebih berguna! Cepat tonton ini" pak Krisna menyerahkan kaset CCTV pada Rizal. Sebenarnya pak Krisna tidak merasa kaget atau terganggu dengan keberadaan Rizal, tapia da rahasia kecil yang tidak diketahui oleh Rizal.
Semuah orang tahu nama tim bunga matahari diganti oleh kapten mereka yaitu, pak Krisna. Namun si Rizal tidak menyadari itu, dia bahkan selalu menyalahkan pak Tomy.
"pak, ada yang aneh" pak Aldo yang sedari tadi membatu, mulai mengeluarkan kata kata.
"Tanggal 15 mei, pukul 20.30 sampai 16 Mei 00:45 tadi, CCTV sama sekali tidak merekam apapun" lanjutnya, yang lain hanya memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama.
"Bukan CCTV kitab isa merekam tanpa listrik? Dan juga sudah ada infra merahnya kan?" tanya pak Aldo Kembali.
"Ini sengaja dimatikan. Kenapa bisa CCTV pada jam 20:30 tidak merekam apapun? Padahal saat itu listruk belum padam? Dan baru menyala saat 00:45? Itu waktu kita berkumpul diruangan divisi kan?" Rizal berusaha memastikan pikirannya sama dengan teman temannya satu tim.
"Apa artinya semuah ini? Siapa yang piket tanggal segitu dan siapa saja yang masuk ruangan CCTV ini! Cepat cari tahu!" perintah pak Krisna, aku dengan sigap memeriksa buku kunjungan di meja kecil dekat pintu masuk.
"Yang piket tanggal 15, pak Joni dan Pak Bagas, setelah itu ada pergantian pada jam 23:00, dan yang piket ada bu Erna dan pak Bambang, sedangkan yang masuk…" Putri membolak balikkan buku halaman tamu "yang masuk kesini, Dorta dari divisi criminal tim Alpha, pak Jefri staff dan Rizal divisi criminal tim BM" saat membacakan nama Rizal, suaraku mengecil dan melirik ke arahnya. Tidak hanya aku, pak Aldo dan pak Krisna juga.