BAB 10
PENCARIAN
Putri mencari informasi lebih tentang bu sari.
Seperti restoran mana tempatnya sering menghabiskan waktu luang, teman terdekatnya, hal hal seperti itu akan berguna nantinya.
Foto itu! Putri teringat foto itu
Putri mencari tempat yang ada di foto itu.
Menelpon teman teman bu Sari, menanyakan siapa yang pergi Bersama bu Sari dalam jangka waktu 13 Februari sampai 15 April 2008.
Namun nihil, tidak ada teman bersamanya saat itu karena mereka diberitau bu Sari menjalani isolasi di rumah sakit jiwa, Kesehatan mentalnya memburuk dan kerap menyakiti dirinya dan bahkan para petugas di sana.
Putri juga memeriksa lokasi foto itu.
Pertama di taman, disini banyak sekali orang busa saja bu sari meminta pengunjung lain memotretnya. Putri menanyakan satu persatu kepada para pengunjung.
Tidak ada yang pernah melihat bu Sari ataupun lelaki 'penguntit' itu.
Putri merasakan tepukan di bahu sebelah kanannya.
"Nak, boleh ibu lihat fotonya?" ucap ibu ibu penyapu jalanan, tersenyum padanya.
"Oh iya bu, apakah ibu pernah melihat Wanita atau laki laki di foto ini? Dia berfoto disebelah air mancur itu" Putri menunduk, ibu itu melihat dengan cermat
"Ahh, di aini aku yang memotretnya" ibu itu tersenyum, memejamkan matanya kea rah putri.
-----
Putri meninggalkan lokasi pertama, dan pergi ke lokasi kedua.
Kafe lili merah. Hanya 500 meter dari taman tadi.
Putri langsung menanyakan pada pelayan disana.
"Permisi mba, apa pernah ngelihat Wanita dan pria yang ada di foto ini?" ia meletakkan foto itu di atas meja kasir.
"Ap aini mba yang waktu itu?" ia mengambil foto itu dan mengarahkan pada pada rekan disampingnya.
"Ahh benar! Dia yang memarahi pak bos! Wah Wanita gila!" Jawab rekannya menurunkan foto itu.
"Memarahi bos kalian karena apa?" tanya putri memincingkan mata.
"Dia hamil kan? Terlihat seperti 6 bulan" kasir itu, imas, berambut ikal warna coklat yang serasi dengan matanya melihat rekannya Tere yang memakai ikat rambut model sanggul memastikan apa yang ia katakana benar. Tere pun mengangguk merespon tatapan Imas "Dia bilang, dia sedang mengandung anak pak Boas, eiii melihat wajahnya saja aku sudah jijik" Umpat Imas.
"Benar! Kepala pak Bos bocor karena dilempar vas kaca kan? Sejak saat itu pak Bos tidak pernah memeriksa Outlet ini" Tere menunduk.
"Lalu, siapa yang memotret meeka?" Putri Kembali bertanya.
"Eum, aku tidak melihat wajahnya, tapi jelas dia Wanita, sudah tua, mungkin itu ibunya" jelas Tere.
-----
Lokasi ketiga.
Rumah sakit jiwa tempat bu Sari di rawat.
"Permisi, apakah mba tahu siapa orang yang sering mengunjungi bu Sari?" ucapnya sopan pada petugas Administrasi.
"Bu Sari Dayana?" respon Wanita yang memiliki bros pink bertuliskan Dayu Tania, Putri hanya mengangguk" Sari Dayana, ahh ibunya, ibunya terakhir tanggal 15 April" Lanjutnya, tepat tanggal foto ini diambil.
"Kalau lelaki ini? Anda tahu ini siapa?" Putri akhirnya mengeluarkan foto itu, foto tanggal 15 April 20018.
"Aku masih baru disini, aku tidak tahu. Rumah sakit ini rutin mengganti tenaga medis sesuai performanya sealama 3 tahun bekerja, dan tanggal 13 kemarin, baru saja kami datang kesini, dan aku rasa kita tidak punya CCTV dibagian taman samping, karena itu untuk privasi" jelasnya.
Putri pergi ke lokasi foto itu diambil, mengecek ada tidaknya CCTV dan menanyakan pada orang orang disana, apa mereka pernah melihat lelaki itu berada disekitar sini.
Ada satu orang, perawat laki laki yang pernah melihat nya.
"Tanggal 13 kemarin, aku melihatnya dia bolak balik kamar bu Sari, saat itu kami baru sadar bu sari menghilang." Jelasnya.
"Siapa?" Rekannya datang, kali ini Wanita. Memakai setelan yang sama.
"Orang yang kemarin itu? Kamu juga melihatnya kan?" Perawat laki laki itu menunjukkan foto 'penguntit' itu.
"Ahh benar, aku juga melihat sepulang kerja! Disebelah kosku, dia bertengkar dengan seseorang yang menyebabkan dia, mengalami pendarahan yang sangat hebat, aku membawanya ke rumah sakit satya, didepan sini, apa mau aku antarkan?" jawab perawat Wanita itu.
Putri hanya mengiyakan.
-----
Putri membuka tirai, terlihat 'penguntit' itu sedang duduk dan menulis.
Saat ia menyadari ada orang lain dikamarnya, ia membuang buku itu kedalam selimut yang menutupi kakinya.
"Siapa kamu? Apa hubunganmu dengan bu Sari" Putri langsung to the point. Ia menyadari waktunya semakin menipis.
"Sari, sari adalah cinta pertamaku" ia mulai menangis. "Aku harus melindunginya! Dia tidak gila! Aku mempercayainya"
Saat itu Putri tersadar dia bukanlah penguntit. Dia sangat tuklus sekarang.
"Dimana bu Sari? Kamu yang terakhir bersamanya kemarin" Putri berusaha tegas, dan tidak sedikitpun menampakkan wajah iba.
"Mereka, mereka membawanya, aku lupa! Aku sudah menghafalkan Namanya saat itu, aku tahu orangnya, tapi mereka memukul kepalaku dengan sangat keras, aku tidak bisa mengingatnya" ia memegang kepalanya yang dilingkari dengan perban putih.
"Mereka? Merka siapa? Kenapa tidak melapor polisi?"
"Arrrgghh untuk apa melapor polisi? Sudah sering kali aku melaporkan, dan mereka malah menuduhku penguntit! Tukang lapor! Aku mengingat itu hahaha toh jika aku melapor sekarang apa polisis tidak akan menangkapku karena bersaksi palsu dan menghalangi investigasi?" ia menatap Putri heran "dan jika aku ditangkap apa mereka akan benar benar mencari Sari?" Ia menegaskan kata katanya itu.
"Bekerjasama lah, nyawa bu Sari sedang dalam bahaya sekarang, kita harus segera menemukannya."
Mereka memutuskan Kembali ke markas.
-----
[Putri ver]
23:30 Markas Polisi
"Putri!" Rizal berlari kearahku "Kamu marah? Maaf aku hanya terbawa emosi tadi, aku tidak ingin kamu terjerumus lagi seperti saat itu"
"Ini? Kamu pengin…." Putri menginjak kaki Rizal.
"Dia pak Dony, bu Sari adalah cinta pertamanya" aku memperkenalkannya pada Rizal, pak Dony hanya memasang wajah ketus.
-----
Karena pak Dony belum bisa mengingat kejadian runtutnya, kami memberikan beberapa kertas untuk ditulis.
Sementara itu aku memeriksa hasil interogasi pak Samsul, mantan suami bu Sari. Tidak ada yang aneh dari introgasi tersebut,
-----
00:00
Hujan diiringi gemueuh petir datang dengan bergantian.
Listrik markas polisi dan sekitarnya mati total.
00:05
Listrik menyala serempak diiringi dengan teriakan dari lobby depan. Diteras itu ada janin.
[Rahma]
00:00
"Duhh, pakek lampu mati segala lagi!" Teriakku dalam hati.
Sebagai staff yang mengurus berbagai dokumen, tentu saja aku sangat membutuhkan computer.
Jika tidak ada computer bagaimana caraku menginput data? Ditambah lagi staff disebelahku, pak Jefri huhh sangat menyebalkan dia tidak henti hentinya menyombongkan anaknya.
"Besok kalau jabang bayimu lahir, harus seperti anak saya! Smp sampai kuliah luar negeri, jangan disini, pendidikannya jelek! Fasilitas dikit namun bayarnya fantastis!" Aku mendengar itu berulang ulang, sampai aku tidak bisa menghitungnya.