Chereads / pura pura / Chapter 6 - PENGORBANAN atau DIKORBANKAN

Chapter 6 - PENGORBANAN atau DIKORBANKAN

BAB 6

PENGORBANAN ATAU DIKORBANKAN

[Author ver]

Ruang pemeriksaan

"Jadi dia menemuimu saat itu?" ucap petugas polisi berusia sekitar 23-an berkulit sawo matang dan terdapat bordiran didada kanannya terukir nama Rizal.

"iya benar, pak bahkan dia meneraktirku semalam, aku berani jamin, bukan dia pelakunya" Wanita dengan rambut acak acakkan seperti baru saja terbangun terus berkata 'bukan dia pelakunya'.

"Baiklah baiklah, laporan anda sudah saya catat" petugas polisi itu terlihat tidak ingin menulis laporan ini, tentu saja bagaimana tidak, psikopat yang 10 tahun menjalankan aksinya kini tertangkap, bukankah itu perestasi yang sangat bagus untuk polisi di daerah terpencil itu?

"Ada ap aini, bu aku lihat anda dari tadi marah marah, kenapa?" Pak Aldo, polisi yang terlihat sedang hamil menghampiri mereka sembari mengelus elus cabang bayinya.

"Dia bilang, dia bertemu pak Aditama di hari pembunuhan itu, waktunya juga berdekatan" Pak Rizal tidak bisa menyembunyikan wajah kesalnya.

"Hei! Apa kamu tidak mempercayaiku? Pak aku benar benar menghabiskan malam dengannya! Aku serius! Jika kamu masih tidak peercaya periksa saja rumahku, 3 bulan ini dia tinggal di sana bersamaku" Wanita itu berdiri terlihat sangat marah sehingga menjawab dan berteriak.

"Eiii aku percaya aku percaya" pak Rizal mengalihkan pandangan dari Wanita itu.

"Sebentar, bukannya dia dan istrinya sangat harmonis? Dia berselingkuh denganmu?" Pak Aldo bertanya pelan, mengingat ingat sosok aditama yang sangat lembut yang ia kenal.

"Benar, dia bilang ingin punya anak lagi, istrinya itu hiihhhh istrinya penyakitan mana kamu tahu seorang Aditama sama dia lagi, ga massuk akal" Wanita itu berperangai sombong memamerkan hubungan gelapnya dengan Aditama.

"Baguslah, jika kamu mengakuinya, Pasal 418 ayat 1 'setiap orang yang melakukan hidup Bersama sebagai seorang suami istri di luar perkawinan dipidana dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau pidana denda paling banyak kategori II' silahkan cari pengacara atau pembela hukum lainnya" Putri dating dari belakang langsung memasangkan gelang besi pada Wanita itu

"Hei apa maksudnya ini, tidak, aku tidak melakukan kesalahan apapun" Wanita it uterus terusan berteriak seperti itu saat dibawa ke ruang tahanan.

"Putri, kamu baik baik saja?" tanya pak rizal, matanya berbinar binar saat putri datang tadi.

"apa Aditama sudah mengakui kesalahannya?" Putri menghiraukan pertanyaan Rizal, memang sudah biasa seperti itu.

"Mmmmm sudah, saat kesini dia langsung diinterogasi dan mengakui kesalahannya, tapi setelah dipikir pikir…" omongan pak rizal terhenti saat Pak Krisna mendaratkan tinju pada bagian belakangnya.

"Heeiii ini sudah jelas, jangan buang buang waktu untuk berpikir! Wanita itu berkata seperti tadi karena dia sedang hamil, kamu tidak melihat perutnya itu? Tadi aku menyuruh Rendra untuk memeriksa rumahnya, dan yang seperti kita sama sama duga. Tidak ada sehelai rambut pak Aditama di rumah itu. Clear." Jelas pak Krisna dengan serius sampai pak Rizal menutup mata karena air liurnya membasahi wajah tampan Pak Rizal.

"Tapi menurutku bukankah kita harus membuat mereka bertemu? Dengan anak anak itu juga, pasal 418 ayat 1 itu hanya bisa dilakukan jika keluarga mereka menyetujui penangkapan" jelas Putri

"Benarkah? Kamu sangat pintar" ucap Rizal memuji Putri

"Hanya kamu yang bodoh disini" ujar Pak Aldo menggoda Rizal.

[Author ver]

Didalam ruangan 5x5 itu ada dua bangku yang diisi oleh Pak Aditama dan Bu Sari, Wanita yang sedari tadi mengomel pada polisi karena memenjarakan pak Aditama.

"Ada ap aini? Siapa dia?" ucap Pak aditama saat melihat Bu Sari mengambil tempat duduk tepat di hadapannya.

"begini pak, dia mengambil alibi tentang 'kebersamaan' kalian di malam pembunuhan" pak krisna berbicara dengan microphone dari ruang sebelah yang dibatasi dengan cermin 2 sisi.

"Apa? Kebersamaan apa nya, saya jelas berada dirumah, menikmati tiap tetesan darah yang keluar dari tubuh istri tersayang saya." Pak Aditama mengangkat sebelah alisnya, keatas seperti membayangkan yang terjadi malam itu.

"Heii! Apa apaan ini, jelas jelas saat itu kita menghabiskan waktu Bersama, aku kamu dan calon anak kita, apa kamu ingin membuang kami?" Bu Sari terlihat meneteskan air mata tanda putus asa.

"Tidak, Aku mengingatmu kita memang pernah menghabiskan waktu Bersama, tapi itu saat konseling saja diluar itu kita tidak pernah ketemu, hei ap aini sudah selesai? Aku ingin menyelesaikan bacaanku" ia menekankan ucapannya dan memiringkan kepalanya kearah cermin 2 sisi menatap tepat kearah pak Krisna.

-----

Saat pak Aditama Kembali ke sel tahanannya, Dimas dan Nia memeasuki ruang interogasi.

Mereka Nampak biasa saja saat melihat bu sari menangis meraung raung.

"Siapa dia?" Nia melihat kearah Putri yang menenangkan bu Sari.

"Kalian…kalian berdua, ingat aku kan, aku yang pernah melabrak ibu kalian, itu aku, aku selingkuhan ayah kalian hahahahaah kenapa orang orang disini tidak mempercayaiku? Apa aku tidak cantik? Tidak menawan?" Ia terus terusan berkata seperti itu disertai tangis dan tawa.

"Aang, aku takut" Nia memeluk erat tangan Dimas, menyembunyikan wajahnya.

"Tidak, aku tidak pernah melihatnya sekalipun" jawab singkat Dimas sambal menepuk nepuk punggung Nia.

"Coba ingat sekali lagi, ibu kalian berteriak saat aku dating, apa ibu kalian gila? Ah iya dia memang sudah gila, itu sebabnya ayah kalian berselingkuh denganku, kalian tau, ayah kalian.. bisa saja meninggalkan kalian semua jika aku memintanya" Bu Sari berdiri berjalan kearah Dimas, berbicara dipenuhi tekanan disetiap kata katanya dan mendorong dorong bahu Dimas.

Ia terus terusan menyombongkan hubungan gelap yang diklaim sepihak itu.

"CUKUP! CUKUP! Baiklah aku pernah melihatmu saat ke Rumah sakit satria tempat ayah bekerja, tapi anehnya, aku melihatmu menggunakan baju pasien, kamu pasien disana? Kamu menyombongkan diri dan terus berkata ibuku gila, tapi nyatanya? Kamu yang gila, jika jadi kamu aku pasti akan langsung menghilang dari dunia ini" Dimas menepis tangan Bu Sari, menatap mata kaka Putri. Dimas dan Nia sudah terlalu sakit dengan kenyataan ini, namun Wanita itu tiba tiba muncul dan menambah sakit hati.

"Pak Krisna, aku sudah memeriksanya, memang benar bu Sari adalah pasien Pak Aditama, dia menderita Skizofronia" Pak Aldo memberikan berkas berkas penguat klaimnya, mulai dari berkas pendaftaran hingga laporan laporan mengenai perkembangan penyembuhan Bu Sari

"Skizofronia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangkah Panjang. Gangguan I ni menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Gejala dari psikosis, yaitu kondisi di mana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikiranya sendiri' ah mungkinkah ini hanya halusinasinya? Tidak ada buktijika meraka berdua dekat diluar dari sesi konseling itu bukan?" Pak Rizal terlihat sangat serius menanggapi kasus ini.

"Benarkah? Bisa jadi, Dimas juga mengatakan ia pernah melihat bu Sari di rumah sakit sedangkan Nia tidak pernah melihatnya" jelas pak Krisna sambal memicingkan matanya melihat tingkah bu sari yang semakin menjadi jadi memarahi Dimas.

"Putri..Putri bawa anak anak keluar dan 'tutup rapat' pintunya" Pak Krisna mengetuk ngetuk mic bebrapa kali dan berbicara seperti itu.