Chereads / pura pura / Chapter 5 - BERSAMA KABAR BURUK

Chapter 5 - BERSAMA KABAR BURUK

BAB 5

BERSAMA KABAR BURUK

[Putri ver]

"Lalu siapa yang harus disalahkan, kak, apa yang sebenarnya menimpah ibu" dari suara Dimas aku merasa ia sangat sakit hati atas perbuatan orang itu.

Baiklah, aku harus mengatakan ini walaupun pahit untuk didengar

"Kak Putri, umm kakak sebenarnya…" dering telepon genggamku menghentikan percakapan kami.

"halo, jika dating kemari bawa mereka juga, ada yang ingin aku pastikan" perintah Pak Krisna, atasan yang sangat kaku dalam tim ku.

"Baiklah saya akan membawa mereka juga" aku melihat kasian pada mereka, pasti sangat berat menerima kenyataan ini.

"Siap siap, kita akan pergi sekarang" aku pergi terlebih dahulu aku terlalu sakit hati saat melihat mata memelas mereka.

Bukankah dunia telalu kejam pada mereka?

-----

Markas polisi 114

"Putri cepat kemari!" Aku tidak menduga Pak Krisna menunggu kami di pintu depan markas, bukankah dia sangat kolot? Ia memanggilku begitu keras, hingga kami menjadi pusat perhatian disana

Ia sering kali memanggil baahannya dengan berteriak, tak urus itu di dalam markas ataupun di lapangan ia sangat mementingkan hierarki. Sebenarnya kami menjadikannya ketua tim karena dia yang paling tua dan masih punya hubungan keluarga dengan atasan kami.

Aku akui itu salah, seharusnya kepemimpinan tidak terlilhat dari usia tubuh tapi dari usia mental. Lihat saja Pak Krisna, saat dijadikan ketua tim kerjanya hanya duduk makan di kantin hingga perutnya membesar seperti mengandung anak, apa dia tidak malu memakan gaji buta seperti itu?

"Lapor pak! Nama Putri Ratu dari tim investigasi 3, membawa Dimas dan Nia ke Markas 114 seperti perinta bapak!"Aku memasang sikap hormat dan berbicara formal penuh penekanan pada setiap kalimat layaknya polisis polisi di serial drama.

"Laporan saya terima, Putri kamu silahkan Kembali menjalankan tugas, biarkan anak anak ini saya yang bawa" Pak krisna berusaha melepaskan tangan kedua boacah itu, yang sedari tadi menggenggam terusan baju dinasku.

Tapi tanganku refleks membuang tangan pak Krisna. Pak Krisna tidak hany berusaha melepaskan tangan kedua bocah itu tapi ia lebih tepatnya seperti ingin menjauhkanku dengan mereka ini dibuktikan dengan adanya luka karena kukunya pak Krisna yang terukir di tangan Nia , dan Dimas terjatuh dengan keras mencium dinginnya lantai lobby.

Pak Krisna sangat tidak sopan banhkan pada anka kecil,

"HEI APA YANG ANDA LAKUKAN!" Aku memeluk Nia dan Dimas, menenangkan merekan yang kesakitan karena ulah bejat pak Krisna itu.

"KENAPA KAMU BERTERIAK KEPADAKU! SAYA ATASANMU! JANGAN MEMBANTAH" teriakan pak krisna menggema di lobby itu menarik perhatian para pegawai dan teman teman polisi di sana.

"DIA ANAK PSIKOPAT YANG MEMBUNUH YULI! ISTRI SAYA! MEREKA JUGA HARUS DIINVESTIGASI LEBIH LANJUT! BUAH JATUH TIDAK JAUH DARI POHONNYA! MEREKA JUGA HARUS MELEWATI TES KEBOHONGAN DAHULU BISA JADI SAAT ITU MEREKA MEMBANTUH AYAHNYA UNTUK MEMBUNUH IBU MEREKA!"

Teriakan yang keras itu membuat Nia dan Dimas semakin terhanyut dalam tangis, disaat yang bersamaan mereka mengetahui Ayah mereka yang membunuh sang ibunda dan mereka pula dituduh membantu melakukan Tindakan seperti hewan itu.

"hentikan pak! Apa yang dilakukan anak 10 tahun? Melihat darah saja mereka akan merasa mual, aku tahu yang bapak rasakan, tapi tidak semuah yang dipikirkan bapak itu benar benar terjadi, apa bapak mempunyai bukti valid? Semuah anak yang terlahir dari orang tua psikopat adalah psikopat juga? Bapak sudah sangat tidak sopan dan mencampur adukkan pekerjaan dan perasaan pribadi" aku berusaha tenang dan menenangkan Nia dan Dimas, anak anak imut ini membunuh orang? Siapa yang percaya lelucon aneh itu.

"Sudah Put biarkan saja dia melakukan apa yang diam au, toh jika benar tidak terbukti dia juga yang malu" dari kerumunan itu terdengar suara sayu merayuku meng-iya-kan perintah pak krisna, eung dia Ali, salah satu haters pak Krisna, awalnya kami satu tim tapi dia tidak suka dengan aturan pak Krisna yang terkesan kuno dan kolot akhirnya dia dipromosikan dan bergabung dengan tim investigasi 2, masuk akal dia sangat pintar membaca situasi juga merayu,

"Ini yang kamu mau? Baiklah ayo kita lakukan, sekarang kamu mempertaruhkan seluruh harga dirimu" aku berdiri tegap menghadapnya, anak anak bersembunyi di belakangku, mereka pasti sangat cemas.

-----

Kami pun menunggu hasil yang keluar dari lie detector (alat pendekteksi kebohongan) dan yapp, mereka tidak terbukti berbohong atas apapun yang dituduhkan.

Alhasil pak Krisna menjadi tertawaan dan cacian seluruh polisi di sana selama berhari hari.

"Kak Putri, akum au bertemu ayah" Dimas menarik narik bajuku mata memelasnya membuatkumenggila.

"mau ketemu ayah? Nia juga mau ketemu ayah?" Mereka mengangguk tanda iya

"Baik kayo kita ke ayah" aku rangkul belakang punggung mereka mengarahkan ke ruang tahanan 777 ruang isolasi pak Aditama, ayah mereka

Pak Aditama baru saja ditahan, aku belum mengetahui ia akan ditahan/ mendapat hukuman mati, karena psikopat dengan jargon 'Nomor 1' ini telah melakukan 10x pembunuhan selama kurun waktu 1 tahun belum lagi pembunuhan yang tidak diketahui.

Kami harus melakukan penyidikan lebih lanjut.

-----

"Ayahhh…..!" Seru mereka bersamaan saat melihat pak aditama duduk membaca buku diranjangnya.

-----

[Author ver]

"Ayaahh…!" Seru mereka bersamaan saat melihat lelaki yang memakai setelan baju dokter dengan rambut lurus yang ia bebaskan bergelantung di bahunya terbaring sambal membaca buku.

"Nia, Dimas" ia memutarkan kepalanya kearah suara itu, berdiri dan melangkah pelan menuju jeruji yang memisahkan mereka.

"Kangen Ayah" Dimas langsung saja menangis saat tangan itu menyentuh hangat rambut mereka.

"Suuuutttttt, anak laki laki tidak boleh menangis" lelaki itu menatap dingin kearah Dimas, kini mereka beradu pandang dan sama sama tertawa.

"Ayah kenapa di sini" ucap Nia yang sontak membubarkan tawa ayah dan anak laki laki itu.

"Bisakah aku hanya berbicara pada anak anakku? Atau kamu akan tetap mengawasi kami"

Lelaki itu menatap kearah Nia mengelus lembut pipinya yang merah.

"Aahh tidak tidak begitu, silahkan jika ingin berbicara, aku pergi, maaf" napas Putri yang sedari tadi tidak beraturan, memutuskan meninggalkan kedua anak itu. Lagi pula diseberang sana ada 2 polisi yang berpatroli.

-----

[Putri ver]

Aku berjalan keluar ruang tahanan, sekarang berlari menuju toilet.

"Hueekk huekk huekk aarrgghh" aku mengusir segala rasa mualku yang tertahan.

"Jadi dia Aditama, sudah pasti diakan"

-----

[Author ver]

Ruang pemeriksaan

"Jadi dia menemuimu saat itu?" ucap petugas polisi berusia sekitar 23-an berkulit sawo matang dan terdapat bordiran di dada kanannya terukir nama Rizal.

"Iya benar, pak, bahkan dia meneraktirku semalam, aku berani jamin, bukan dia pelakunya" Wanita dengan rambut acak acakan seperti baru saja terbangun terus berkata 'bukan dia pelakunya'.