Lilian baru saja keluar dari portal magis yang ia ciptakan, suara Betsy langsung menggema dan menerpa telinganya 'Dimana gadis sialan itu?!" pekik Betsy sembri mebangting barang-barang yang ada di ruang tempat mereka akan berkumpul. Janjtung Lilia berdegup dengan kencang, ia takut bahwa dirinyaakan langsung dicurigai telaha membawa kabur Anasthasia dan harus menanggung semua hukuman yang akan diberikan.
Lilian menarik dan menghembuskan napas secara perlahan, ia mencoba menenagkan degup jantungnya, setelah berasa cukup tenang, ia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam tenda mereka. Semua mata langsung mengarah pada Lilian, ada yang menatapnya dengan cemas, ada pula yang menatapnya dengan penuh curiga. Rose berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Lilia, ia menyentuh pundak Lilian sembari mengedus aroma tubuh gadis itu "Katakanlah dengan jujur, apa kau mmbantu gadis itu untuk kabur sebelum kita mendapatkan kalungnya?" tanya Rose dengan sarkkastik. Lilian tersenyum tipis "Kenapa kau menuduhku?" tanya Lilian, mencoba menahan diri agar tidak terlihat sedang berbohong "Katakanlah yang sejujurnya Lilian, bukankah kau yang terakhir kali bersamanya> Oh bukan, lebih tepatnya kau adalah yang selalu bersamanya seharian ini. Jadi dimana kau menyembunyikan gadis itu?" tanya Rose sambil mengarahkan tatapan matanya yangtajam.
Betsy memandang LIlian penuh selidik, ia pun mendekati Lilian, ia berjalan dengan aggun dan tegas, tangannya digunakan untuk mengangkat jubahnya yang panjang ke atashingg menampakan kaki jenjangnya yang mulu. Betsy mendekatkan wajahnya pada wajah Lilian, ia mengamati sorot mata Lilian yang nampak tidak tenang, bergerak kesana kemari.
"Aku mencium bau kebohongan pada gadis ini" ujar Betsy dengan ngeri. Betsy langsung mengalihkan pandangan matanya pada Alex, terlihat sedang menekan saudar kembarnya tersebut "Hukumlah dia Alex! Beri hukuman yang seberat-beratnya karena telah mengkhianati kelompok kita!" pekik Betsy dengan nada memaksa. Alex memandang Lilian dengan iiba, ia tidak ingin mempercayai bahwa Lilian lah yang membantu Anasthasia untuk kabur. Ia tidak ingin Lilian sampai mendapatkan hukuman, pasalnya Lilian adalah kekasihnya sendiri, mana mungkin ia tega untuk menghukum seseorang yang ia cintai?
Pupil mata Alex nampak bergetar, ia tak bisa langsung mengambil keputusam, sedangkan para penyihir lain di kelompoknya menggantungkan harapan dan mempercayai Alex untuk mengambil keputusan demi keuntungan kelompok mereka.
"ALEX!" bentak Betsy, ia mendekati Alex dan menarik kerah jubahnya, mendorong tubuh dari saudara kembarnya tersebut lalu menyudutkanya ke dinding "JANGAN DAM SAJA! LAKUKANLAH SESUATU!" bentak Betsy lagi.
"Dari mana kau tahu bahwa Lilian adalah yang membaw Anasthasia kabur? Bagaimana jika gadis itu hanya sedang berkeliling seorang diri dan Lilian tidak ada hubunganya dengan semua ini? Apakah kau bisa mengambil resiko menghukum rekanmu sendiri demi sesuatu yang belum pasti karea belum terdapat buktinya?" ujar Alx sambil menatap mata Betsy menantangnya.
"ARGH!" Betsy mendengus kesal, ia menghempskan kerah jubah Alex begitu saja, an memandangi Lilian dengan penuh kebencian.
"Kalau begitu, kita harus segera mencari gadis itu, sebelumnya ia pergi terlalu jauh" ujar Betsy dengan penuh tekad. Ia tidak ingin sampai melepaskan Anasthasia, pasalnya ia memiliki kalung yang digdang-dagang sebagai kalung penyimpanan kekuatan Ratu Valencia yang sudah tiada. Seandainya saja kalung tersebut digunakan olehnya, maka ia bisa membuat sebaah jurus yang sangat hebat dan tidak dapat dikalahkan.
Betsy menjulurkan tangannya sembari berkomat-kamit, dan sekelompok ular langsung keluar dari lengannya itu. Ular-ular kecil dan ramping namun nampak berbisa dan jahat jika dilihat dari soort mata mereka, terlebih lagi ular tersebut tak henti-hentinya berdesis, nampak senang karena telah terpanggil untuk melakukan perintah dari TUannya. para ular tersebut langsung berbaris di depan Betsy, ia siap untuk mendengar perintah dari Nyonya pemiliknya "Kalian segeralah cari keberadaan dari seorang gadis persis seperi apa yang terekam melalui pikiran yang telah aku bagikan pada kalian" titah Betsy. Ular tersebut langsung bergerak ke segala arah, keluar tenda menembus bebatuan dan dinidng dan semak-semak untuk mencari keberadaan Anasthasia di sekitar sana.
*****
Anasthasia menyibakan gorden rumah tua yang ia tempati, ia mengintip dari balik jendela, nampak banyak orang sedang berlalu lalang di luar rumahnya, Sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, menjual barang, makanan, memarkirkan sapu terbang yang menjadi kendaraan mereka, berbelanja jubah baru yang kesemuanya berwarna hitam pkat.
"Sebenarnya aku berada dimana sekarang? Nampaknya keadaan di luar sana bukanlah keadaan di tengah huta" batin Anasthasia.
Ia jadi snagat merindukan pamannya Gothe, saat ia melihat foto keluarga tergantung pada dinding rumah yang ia tempati, kobaran api di perapian terasa sangat hangat ya meskipun stok kayu bakar di perapian tersebut hanya tersisa beberapa biji saja, dan jika habis maka ia akan langsung merasa kedinginan.
Gothe mengeluarkan ponselnya, mencoba memerika keadaan sinyal idsana namun sayangnya tidak ada satu garis pun siinyal yang nampak pda handphonenya, padahal ia sendiri ingin memperlihatkan kondisinya yang baik-baik saja pada pihak keluarga.
*****
"Hei Luke! Sebenarnya kau ingin membawa kami kemana?" tanya Ridle dengan suara yang lantang, pasalnya Anthonio kini telah berubah menjadi seekor serigala hingga kemampuan mendengarnya berkurang sedangkan kemampuan menciumnya begitu tajam. Luke terus-terusan mengendus bau tanah yang terasa berbeda, seolah ada byak aroma orang lain disana, emmbuat Luke menjadi yakin bahwa ada banya penyihir seperti dirinya yang melewati darah ttersebut.
"Hei! setidaknya kau harus menyimpan permen peri dan sapu terbang itu di bawah matahari yang bersinar malu-malu" titah Lilian, "Kau tahu kan bahwa permen akan tetap luntur atau mencair sama terkena hawa panas, dan aku harap hawaku di rumah ini tidak akan sepanas daya ukur saudara kembar Betsy.
Alih-alih melakukan apa yang diminta oleh Luke malah sibuk menjual barangnya pada para orang yang lewat lalu membelikan perhiasan untuk diri sendiri.
"Bantu aku mengurus perihal permen ini, sedangkan aku akan mengawasi dan mencari jejak dari bau yang bisa aku ingat dan kenal."
Ridle mengikuti arahan Alex, ia menggenggam permen yang menutupi tubuh kedua anak Ridle. Ia nangis tersedu-sedu saat mengingat bahwa usianya sudah tua tetapi tingkahnya masih seperti anak kecil.
"Luke... Bagaimana jika kita menunggu gadis itu sebentar lagi?" Tanya Ridle.
"Tidak Red. Kita tidak bisa menunggu sampai besok karena bisa saja sekarang dia sedang kesulitan. Baru bau yang aku dapat, ada banyak penyihir yang bergerak kesana kemari untuk mendapatkan Anasthasia kembali. Bagaimana jika Anasthasia sampai tertangkap dan tidak diberi ampun?" Tanya Luke.
"Iya kau harus segeraengampuni mereka karena mendapatkan kebencian akan menyinggung perasaannya.
"Red apa kau memiliki uang? Tanya Luke
"Uang manusia? Tentu saja tidak, bagaimana bisa aku membawa uang di saat situasi sedang seperti ini?"