Chereads / Hidden Valley / Chapter 18 - Pohon Lavina

Chapter 18 - Pohon Lavina

Hans membelalakan matanya, ia terlihat begitu terkejut sekaligus tidak percaya akan ada sosok Gabriel di hadapannya padahal menurut Ntonya Hudston sendiri, Gabriel tidak akan datang untuk menjenguk mereka selagi mereka sedang berlatih.

"Dimana dia?" tanya Gabriel dengan suaranya yang bass, peluh keringat terlihat di tubuhnya.

"Si-siapa maksudu?" tanya Hans terlihat ggup. Gabriel memutar ke dua bola matanya "Ya, wanita muda bernama Anasthasia itu" ujar Gabriel kemudian, Hans baru mengerti, lalu ia pun menunjukan tempat berlatih Anasthasia yang letanya berbatasan dengan hutan Valendis.

Gabriel berlari mennghampiri Anasthasia, dilihatnya dia sedang mengayunkan tongkat sihirnya berkali-kali namun tidak ada sihir yang keluar dari tongkat yang dipegangnya.

"Siapa yang mengajari da semua dasar ilmu sihir yang harus dihadapi?" tanya Lukke dengan geram, saat ituloh Nyonya Hudston menunjukan dirinya melalui penampilan palsunya melalui latihan yang harus dilakukan oleh Anasthasia.

"Aku tidak mengakui anak itu, kau sendiri tidak suka ditahan-tahan bukan?" ujar Gabriel secara langsung, menarik emosi Nyonya Hudston untuk tetap melindungi Anassthasia nanti "Ya, anggaplah begitu tapi sekarang semua hal tentangnya bukanlah urusanmu lagi" balas Nyonya Hudston sembari mengalihkan pandangannnya ke arah Anasthasia.

"Tuan Puteri Anasthasia" panggilnya dan Anasthasia pun langsung menengok dengan perasaan yang bercmpur aduk, napasnyanaik turun dengan rime yang tidak seimbang "Kau harus makan dulu baru bisa melanjutkan latihan" ujar Nyonya Hudston kemudian, Anasthasia teringat akan makanan yang nampak tidak enak tersebut "Hmmm aku lebih ska belajar sihir disini lebih lama lagi Nyonya" ujar Anasthasia

"Hm tidak, tidak boleh begitu, jiika tetap diteruskan lagi makatubuhmu tidak akan sanggup menahannya lalu ambruk" uja Nyonya Hudston lagi "Dan lagi... kau harus menemui orang itu, dia menunggumu semnjak tadi" lanjutnya sembari menunjuk ke arah Gabriel yang sedang bersender pada pepohonan dan tiba-tiba saja pohon yang iagunakkan untuk berteduh itu malah akan lari, ttidak tahu harus meminta maaf kepada siapa lagi, bahkan orang yang ada di sampingnya itu hanya menanyakan keadaannya beerapa kali saja seelumnya.

Mata Anasthasia menyipit, ia mengamati orang yang ditunjuk oleh Anasthasia , ia tidak bisa melihat orang itu dengan jelas, namun wajahnya ternyata tidak bisa terlihat "Aku rasa dia harus mengobati orang itu" ujar Anasthasia. Nyonya Hudston nampak sedang berpikir pasalnya ia tidak pernah menolong yang bukan merupakan penyihir dan bagitupun dengan yang lama. Nyonya Hudston mengacak-ngacak rambutnya.

"Hm sayang sekali, tapi dia tidak terluka jadi aku tidak prlu mengobatinya" ujar Nyonya Hudston, Anasthasia mengelus lehernya yang tidak terasa gatal, ia merasa malu karena telah salah lihat" pikir Anasthasia, dan pikiran tersebut bisa dibaca oleh Gabriel seorang hingga membuat lelaki itu merasa terpanggil dirinya.

Gabriel menghampiri Anasthasia "Hei" sapanya. Anasthasia mengamati wajah Gabriel dan sangat terkejut saat melihat wajah ketua kelas jutek ada di hadapannya

"Kau! SEdang apa kau disini? Apakah kau terjebak juga disini?" tanya Anasthasia dengan heboh, Gabriel menggelengkan kepalanya "Aku tidak tahu bahwa kau bisa seheboh ini padahal saat kau datang ke sekolahan itu kau terlihat seperti orag yang sangat pendiam" ujar Gabriel

"Dan kau sejak kapan menyapaku begitu? Disini? Kau sebenarnya apa?" balas Anasthasia, tak menanggapi ucapan Gabriel sebelumnya.

"Ah aku selalu menyapa mereka yang tiba di negeri ini" ujar Valendiis sambil tersenyum palsu.

"Kalau memang kau selalu menyaa mereka yang datang ke negeri ini, maka seharusnya yang ku temui adalah kau, bukan Sofia" ujar Anasthasia sambil tertawa sinis.

"Sofia... oh iya peri penjaga itu, jadi dimana Sofia sekarang?" tanya Gabriel, "Pantas saja para monster bermunculan di dunia manusia ternyaa karena portalnya tidak ada yang menjaga ya" lanjut Gabriel lagi, wajahnya sekarang brubah menjadi kalut seolah ia sedang memikirkan sesuatu.

"Kau sudah mencarinya?" tanya Gabriel lagi

"Aku berniat untuk mencarinya, itulah mengapa aku menjalani latihan har ini' balas Anasthasia, Gabriel mengangguk mengerti, "Undur latihanmu lalu kita segerakan mencari Sofia" ujar Gabriel lagi

"Apa maksdumu, kenapa harus secepat itu?" tanya Anasthasia penasaran

"Karena dunimu sekarang sedang hancur, tidak karuan akibat para monster yang terus berdatangan, kita harus segera menemukan Anasthasia agar bisa menuup portal penghubung dan mencegah kerusaka parah lebih lanjut" jelas Gabriel.

Anasthasia penasara seperti apa dunianya saat ini terlebih lagi ketika Gabriel mengatakan bahwa dunianya hancur.

"Nyonya, bagaimana menurutmu?" tanya Anasthasia pda nyonya Hudston. Wanita paruh bayaitu menghela napasnya dengan berat lalu ia memberikan anasthasia sekantong kecil bebatuan dengan warna dan corak yang berbeda, "Pergilah dan lindungilah dirimu dengan batu-batu itu, mereka memiliki kekuatan yang berbeda namun kesemuanya adalh kekuatan untuk melindungi, prgunakanlah dengan baik" ujar Nyonya Hudston. Anasthasia terlihat sedikit kesal, pasalnya Anasthasia sama sekali tidak ingin Nyonya Hudston mengizinkannya untuk pergi dan mencari Sofia. Anathasa mengerucutkan bibirnya, ia kesal, namun dia bisa menerimanya dengan lapang dada, Anasthasia memeluk Nyonya Hudston lalu memaksakan diri untuk tersenyum di tengah perpisahan yang mereka hadapi.

"Do'akan aku agar selamat Nyonya" ujar Anasthasia dengan raut wajah yang sedih, Nyonya HUdston tersenyum dengan lebar "Percayalah bahwa kau akan selamat karena kau memiliki Gabriel di sampingmu" ujar Nyonya Hudston. Anasthasia lagi-lagi hanya tersenyum kecil lalu melamabaikan tangan seirama dengan langkah kaki yang semakin menjauh dari Nyonya HUdston.

*****

Gabriel dan Anasthasia pergi ke arah Barat laut hutan, sudah setengah hari mereka berjalan dan Anasthasia tidak menemukan apapun yang membahayakan "SEpertinya perjalanan ini akan mudah karena tidak ada monster yang muncul" ujar Anasthasia sambil tersenyum seorang diri

"Itu artinya keadaan duniamu semakin gawat karena para monster di hutan ini tidak ada bukan karena mereka musnah dari hutan ini, mlainkan mereka bergerak membuat kekacauan di daerahmu.

Mata Anasthasia membelalak, ia jadi merasa takut akan ucapan dari Gabriel

"Kalau begitu lebih baik kita menghabisi para monster itu." ujar Anasthasia, Gabriel meringis "KIta? Mungkin yang kau maksud adalah aku sendiri karena kau kan sedang tidak bisa menggunakan kemampuan sihirmu" balas Gabriel. "Kau hanya akan menjadi beban dalam pertarungan, untuk itu lebih baik jika kita mencari Sofia llau memintnya untuk langsung menutup portal" lanjut Gabriel.

Anasthasia menghela napas, ia tak mampu memberontak, semua perkataan Gabriel terdengar benar dan membuat perasaannya tidak tenang

"SSSST" Tiba-tiba saja Gabriel menghentikan langkah kakinya dan membuat Anasthasia berdesis penuh dengan tanda tanya di dalamnya "ADa apa? Apa kau merasakna hal buruk akan terjadi?" tanya Anasthasia kemudian, Gabriel menggelengkan kepanya "Tidak ada siapapun, hanya saja hawa ini terasa dingin seperti seseorang yang jahat ada di depan sana" balas Gabriel.

*****

Gabriel menebas semak belukar yang menghalangi jalan dengan pedang berwarna merah terang dengna bintik-bintik biru serupa kristal. Suasana pedesaan tempat Nyonya Hudston sudah terlewati, tidak nampak lagi para penyihir yang hidup damai di desa kecil layaknya dunia manusia tesebut, karena para penyihir dsana sudah memutuskan untuk tidak lagi menggunakan sihir dan hidup bahagia seperti manusia biasa. Baru saja Anasthasia meninggalkan rumah Nyonya Hudston, ia sudah merindukan lagi kenyamanan yang ada disana

HOSH HOS HOS

"Tunggu sebentar" ujar Anastasia sembari mengatur nafasnya yang memburu "Aku lelah, bisakah kita istirahat sebentar?" tanya Anasthasia.

gabiriella mengamati Anasthasia, matanya melihat juntaian pohon lavina yang bergerak di belakang Anasthasia, pohon lavina yang di dalamnya berisi roh-roh jahat yang senang memangsa manusia itu adalah monster tersembunyi yang sulit untuk dikalahkan dan ditebas akibat bagian tubuhnya yang sangat keras.

PAAAATS

Gabriel mengayunkan pedangnya,memotong akar pohon Lavina dan akar tersebut pun terputus namun akar pohonnya yang lain mulai bermunculan, menyeang Gabriel dengan cara membabi butanya dari segala arah, Anasthasia mundur ke dekat Gabriel, ia gugup, ketakutan, terkejut akibat kemunculan akar pohon yang panjang dan bisa ergerak dengan lincah.

"Anasthasia cepat lakukan sesuatu!" pekik Gabriel sembari terus menepis akar pohon yang menyerang dirinya.

"Apa yang harus aku lakukan Gabriel! Aku tidak bisa melakukan apapun!" teriak Anasthasia, ia hanya bisa menepuk nepuk tagannya berusaha untuk menenangkan diri terhadap situasi yang ada, sedangkan di sisi lain Gabriel tengah berhasil terpojok, di belaknagnya berderat pohon besar lain yang membuat Gabriel tak bisa lagi mundur, sedangkan akar-akar tanaman tesebut terus bergerak dan melayang-layang di udara dengn ujungnya yang runcing siap untuk menusuk atau membelit tubuh Gabriel.

"Argh sialan!" gerutu Gabriel di tengah situasi yang mencekik dirinya "Anasthasia!" panggil Gabriel lagi, Anasthasia menengok ke arahnya sedangkan Gabriel sendiri tidak melepaskan pandangannya dari akar-akar pohon Lavina yang ada di hadapannya.

"Jangan selalu menganggap dirimu lemah! ASal kau tahu saja, semenjak ke datanganmu ke sekolah, auramu sudah terpancar dengan kuat dan berhasil membuat beberapa monster muncul. Beranilah Anasthasia! Percayalah pada kekuatan dirimu sendiri!" teriak Gabriel, ucapan terakhir yang bisa dikeluarkan dari Gabriel sebelum akar dari pohon Lavia tersebut memisahkan tubuh Gabriel dengan kepalanya, seketika darah segar menyembur, Gabriel batuk darah, tenaganya sudah habis dan ia tak bisa bergerak lagi.

Darah. Kalung merah delima yang dikenakan oleh Anasthasia bercahaya saat darah segar Gabriel keluar.

"Spectrum opium!" suara seorang wanita terdengar dengar jelas, menggema di sekitar, dan seketika aliran listrik dengan daya yang kuat dan bentuk yang lebar mengarah ke arah pohon Lavina

PAAAATS

Pohon berbatang lebar dengan akar-akar yang melilit dirinya itu seketika tumbang terbelah menjadi dua saat aliran listrik yang muncul entah dari mana itu menghantam dirinya, beberapa pohon tak berdosa di sekitarnya pun ikut tumbang hanya meninggalkan debu-debu halus.

Anasthasia menengok ke sekitarnya, ia mencoba mencari keberadaan dari suara wanita yang sempat ia dengar, namun yang ia lihat hanya deretan pohonn yang membuat dirinya terasa pusing.

Kabut putih tiba-tiba muncul ke area tempat Gabriel meninggal, Anasthasia baru tersadar akan kondisi Gabriel yang tubuhnya terbelah dua, jantung Anasthasia terasa berdegup dengan kencang, kepalanya terasa pusing dan pandangannya menjadi buram, ia mengalami sok berat atas kematian Gabriel yang diharapkannya bisa melindunginya.

BRUUUUUK

Tubuh Anasrhasia pun ambruk dan tergeletak di tanah, di samping Gabriel, yang tanahnya terbasahi oleh darah lelaki bertubuh tegap dengan wajah tegas yang selalu nampak dingin dan serius.

Bayangan hitam muncul dari balik kabut, bayangan dengan bentuk seorang wanita berambut lurus panjang dengan jubah hitam dikenakanannya itu berjalan mendekati Ansthasia dan mayat Gabriel, bayangan itu mengelus rambut Anasthasia dengn lembut lalu memandangi mayat Gabriel yang terlihat menyedihkan, bayangan hitam itu mengusap wajah Gabriel "Kau sengaja tidak mengubah bentuk menjadi serigala agar bisa terus berbicara padanya ya? Terimakasih atas apa yang kau lakukan" ujar bayangan hitam itu yang kemudian segera menghilang bersamaan dengan hilangnya kabut putih di sekitar.

*****

"Gabriel!" panggil Luke yang baru saja tiba ke daerah tempat Anasthasia pingsan di samping Gabriel, Ridle dan LIlian ikut tercengang saat melihat kondisi Gabriel yang terbelah menjadi dua dan keadaan sekitar di penuhi oleh pohon-pohon yang tumbang.

Luke terus menggoyang-goyangkan tubuh Gabriel sembari terus memanggil namanya, pasalnya Gabriel adalah kakak Luke yang menghilang, tidak pernah lagi ia jumpai setelah peperangan antara Ratu Valencia dengan Villian, ia mengira bahwa kakaknya sudah lama mati di tangan Villian, namun ia tahu sekarang bahwa ia belum mati selama ini dan baru mati sekarang saat iaberhasil menemukan Gabriel.

Ridle berjalan ke sekeliling untuk mencari tahu apa yang terjadi, ia mengamati pohon-pohon yang tumbang hingga menemukan bagian batang pohon yang nampak lebih besar dari yang lain dengan darah hijau memancar dari daam batangnya, batang pohon itu berwarna glap namun kemudian berubah warnanya menjadi putiih secara perlahan "Kakakmu diserang oleh monster pohon ini,, Luke" ujar Ridle sembari memandang nnar ke arah Luke yang sedang menangisi kemaatian dari Gabriel.

LIlian masih terkejut dengan keadaan sekita, namun ia lebih terkejut lagi dengan keberadaan Anasthasia disana "Kenapa dia bisa ada disini?" gumam Lilian seorang diri, Luke melirik ke arah LIlian yang berdiri mematung dengan arah tatapan yang ditujukan pada seorang gadis yang tidak sadarkan diri di samping Gabriel, Luke memutarkan badan gadis itu dan nampak wajah Anasthasia yang ia kenal sebentar, gadis yang lari untuk menyelamatkannya sediri, yang diduga adalah Puteri dari Ratu Valencia namun kekuatanya begitu lemah dan nampak pengecut.

"Sialan! Apakah saudaraku mneinggal karena gadis ini?" ujar Luke, kuku tangan Luke tiba-tiba memancang dan terlihat tajam dengan bagian ujung yang runcing, kuku-kuku berwarna hitam gelap menandakan bahwa emosi yang dimiliki oleh Luke berada di puncang tertinggi

GRRRR

luke menunjukkan taring-taring giginya yang runcing, menatap Ansthasia seperti seorang pemangsa.

"Luke! TEnanglah! Bukan gadis itu yang membunuh kakakmu!" teriak Ridle dari kejauhan. Luke melihat ke arah Ridle, "Aku tahu! Aku sangat tahu bahwa gadis lemah tersebut tidak mungkin bisa membunuh kakaku, namun yang pasti, kakakku terbunuh saat melindungi gadis lemah ini!" jawab Luke terdengar kesal.

"Dia tidak lemah LUke!" balas Ridle sembari menunjukkan aliran listrik yang masih terlihat di bagian tubuh phon Lavina yang tumbang.

"Dia berhasil mengalahkan monster ini dengan sengatan listrik yang sangat besar, dia bukanlah penyihir biasa" ujar Ridle. Ia berjalan mendekati tubuh Anasthasia lalu memeriksa keadaannya "KIta harus membawa gadis ini dan bertanya padanya apa yang telah terjadi, namun sebelumnya, kita bakar terlebih dahulu tubuh Gabriel agar jasadnya tidak menjadi makanan roh jahat yang ada di hutan ini" ujar Ridle dengan tegas