Lilian mengobati luka dan tenaga Anasthasia hingga ia berhasil terbangun dari pingsannya.
"Kalian siapa?' tanya Anasthasia saat melihat sosok Ridle dan Luke, namun saat ia melihat LIlian, ia langsung mengenali gadis itu "Lilian, kenapa kau ada disini?" tanya Anasthasia penasaran, Lilian pun menceritakan semua yang dia alami hingg ia akhirnya ikut bersama dengan Luke dan juga Ridle. Sofia mengangguk pertanda memahami semua ceritanya, ia pun mengemati wajah Luke, ia mengenali lelaki itu secara sekilas, ia melihat sebuah permen berwarna kuning yang besar yag bentuknya seperti peri yang sedang berada di atas sapu terbang "Hmmm apa itu?" taya Anasthasia sembari menunjuk pada patung permen Sofia dan sapu terbang miliknya 'Itu adalah Sofia, peri yang kau tinggalkan karena kau ingin menyelamatkan dirimu sendiri"tukas Luke. Anasthasia mengernyitkan dahinya "Hei! Dia yang meninggalkanku, dia bilang ingin membawaku ke suatu tempat tapi dia malah pergi meninggalkanku dengan sapu terbang yang banyak tingkah itu" celetuk Aathsia.
Aasthasia baru saja akan memulai cemoohoannya terhadap Sofia, namun langsung teringat pada perkataan Hans sebelumnya bahwa hanya ofia yang bisa mengantarkanku kembali ke tempatnya semula, Anasthasia mengamati patung permen Sofia, ia mengetuknya dan jelas ia langsung merasakana tangannya nyeri akibat mengetuk sesuatu yang keras, bau patung permen tersebut tercium manis, membuat Anasthasia memikirkan sebuah ide yang bagus "Apakah ini bisa dimakan?" tanya Anasthasia, "Ya, tentu saja, namun untuk apa memaka sesuatu yang memuakan seperti itu?" ujar rIdel sembari menyilangnkan kedua lengannya di dada, Anasthasia merasa heran dengan cita rasa para penyihir disana, mengapa sesuatu yang manis dibilang memuakkan sedangkan sesuatu yang rasanya masam malah mereka sukai? "Dasar aaneh" gumam Anasthsia.
"Aku suka memakan sesuatu yang memuakan seperti ini" ujar Anasthasia kemuadia, ia mulai menjilati patung permen Sofia tersebut dan untuknya saja ia belum memakan apapun dengan lahap selama iaberada di hutan Valendis ataupun kediaman nyonya Hudton. Rasa manus lagsung menyeruak di dalam mulutnya sata Anasthasia menciipi patung permen tersebut, membuat Anasthasia iangin terus menjilatinya hingga habis, namun sayangnya ia malah kelelahan duluan saat melakukan hal tersebut, lantas ia pun menyerah, mebungkukan tubuhnya karena lelah sembari menjulurkan lidahnya seperti anjing akibat lidahnya yang terlalu sering menyentuh permen tersebut namun usaha Anasthasia tersebut nampakya membuahkan hasil karena rambur Sofia yang bagian atas sudah mulai terlihat. LIlian nampak kegiragan saat melihatnya namun RIdle dan LUke malah tersenyum miring, mencomooh Anasthasia yang kemampuannya tidak mumpuni.
TIba-tiba saja sinar merah muncul dari kalung yang dikenakan oleh Anasthasia, kalung tersebut bersinar dengan maat terang dan snarnya mengarah pada patung permen Sofia dan sapu terbang, perlahan-lahan permen yang melapisi tubuh ofia dengan sapu terbang itu pun melelah an wajah Sofia terlihat lagi, wajah mungilnya bergerak saat permen tersebut sudah dilelehkan sepenuhnya "Hallo akuSofia!" sapaSofia setelah dirinya sudah terepas sepenuhnya dari permen lengket yang menempel pad tubuhnya, Sofia menatap Anasthasia dan kalung merah delima yang dikenakan olehnya "TErimakasish Tuan puteri karena sudah menolongku, dan mengembalikan nyawaku lagi, tapi... kalau boleh tah sejak kapan Tuan Puteri bisa menggunakan kekuatan sihir dari kalung yang kau gunakan itu?' tanya Sofia penasaran. Anasthasia hanya mengangkat kedua bahunya, ia tidka may tahu dan ambil pusing terkait kapan atua berapa kali ia mengguakan kekuatan dari kalung tersebut, yang jelas Anasthasia menjadi tahu kekuatan dari kalung yang ia miliki dan alasan mengapa Betsy sangat ingin kalung itubahkan smapai mengancam untuk memenggal kepalanya.
"Anasthasia, aku harus mendnegar ceritamu tentang Gabriel, saudara ku" ujar lUke dengan srot mata yang penuh emosi, seketika wajah Anasthasia teliat begitu sedih, ada penyeesalan juga yang nampak pada wajah mungilnya itu "Hei! Kau tidak perlu langsung menanyakan hal tersebut padanya bukan? Kau tahu sendiri bahwa ia pun sempat tergnvang akibat kematian Gabriel. Anasthasia langsung berjongkok di tanah sembari menutup wajahnya yang ingin menumpahkan air mata saat itu juga. LIlian memoloti LUke, ia tidak suk apada lelaki yang mebuat seorang wanita menangis, terlebi lagi wanita tersebut adalah pewaris tahta kerajaan di negaranya. lIlian iut berjongkok di samping Anasthasia lalu menepuk pelan punggung Anathasi berusaha untuk menghibur dan menenangkannya "Kau tidak pelru menceritakannya sekarang jika kau tidak bisa melakukannya, aku tahu bahwa kau pun akan terluka saat melihat seseoranng mati di hadapanmu, bukankah begitu?' ujar Lilian.
Anasthasia menggelengkan kepala, ia ssesegukan "Aku hanya tidka bisa menerima, kenapa harus dia? Kenapa bukan aku saja ynang mati?" ujar Anasthasia. LUkemengernyitkan dhainya, ia enyentil dahi Anasthasia pelan dasra bodoh!SEharusnya kau bersyukur karena telah diselamatkan oleh saudaraku! Kenapa sekarang kaua malah seperti ini? Jangan membuat usaha saudaraku itu sai-sia karena kau yang begitu lemah dna cenegeng!" pekik Luke dengan geram, ia memalingkan wajahnya dari Anasthasia. ia mengamati sekitar, Ridle menghampiri LUke untuk menanagkannya, sednagkan Anasthasi dihibur oleh LIlian. Sofia hanya duduk di atas sapu terbang yang tengah melayang di udara dengan sangat baik dan tenang, Sofia sama seklai tidak tahu apa yang telah terjadi dan tidak ada seorang pun yang memberitahukannya hingga Sofia hanya bisa menonton.
"Hmmm jadi kapan kita akan pergi dari sini? BUkankah sekarang kita harus segera bergegas ke kstil?" tanya Sofia, sapu terbang di bawahnya bergerak bertanda ia sendiri setuju dengan Sofia, mereka seharusnya segera pergi ke kastil untuk menobatkan Anasthasia sebagai Ratu baru Valendis karena pasalnya kalung merah delima yang dikenakan oleh Anasthasia sudah bercahaya dan menampakan sesuatu yang baik.
*****
Luke membungkukan badannya, gigi taringnya terlihat dan badannya mulai membesar diiringi dengan bulu-bulu halus yang muncul di seluruh tubuhnya. Wujud Luke sdah berubah menjadi seekor serigala yang besarnya seukuran dengan bus sekolahannya dahulu. Luke menggertakan taringnya sembari mengamati semak-semak belukar yang ada di hadapannya, Anasthasiaa berdiri di belakang Luke sembari memegang batu-batu magis yang diberikan oleh Nyonya Hudston, meskipun ia tidak tahu bagaimana cara kerja dan apa kekuatan dari batu-batu tersebut, namun Anasthasia masih menyimpan harapan besar bahwa batu-batu pemberian Anasthasia akan dapat menolong mereka dalam situasi yang darurat.
Tanah di sekitar merea bergetar, bahkan tubuh Anasthasia hmpir terjatuh ke tanah akibat getaran tersebut, Anasthasia langsung menyadari bahwa mahluk yang akan mereka hadapi adalah raksasa yang ukurannya melebihi Lukke, apa mungkin laba-laba raksasa seperti sebelumnya?
Anasthasia bersembunyi di balik pepohonan, sedangkan Luke tetap di tempatnya dalam posisi siaga, tanah yang mereka pijak semakin bergetar dengan kuat hingga Anasthasia harus memegang erat batang pohon yang ada di hadapannya
HOOOOAM
Sebuah suara kantuk terdengar, suara kantuk yang begitu keras hingga telinga Anasthasia terasa akan tuli saat itu juga, Anasthasia menutup telinganya rapat-rapat, begitupula dengan Luke yang menjatuhkan kepalanya ket tanah lalu menutup telinganya dengan kedua kaki depannya. Anasthasia membuka sebalah matanya dan melihat ke langit, nampak sebuah kepala batu berwarna abu gelap sedang mengua dan memandang sekitar dengan bosan "TROLL?" gumam Anasthasia tak percaya, setahunya bahwa para troll hanya akan berada di daerah pegunungan dan dekat air terjun, mengapa ada troll di hutan itu? Anasthasia jadi meragukan akan kebenaran dari buku mitologi yang ia baca di ruangan baca pamannya dahulu.
"PSSST... PSSST" Anasthasia berdesis mencoba untuk memberikan kode pada Luke, baru saja luke akan menengok ke arahnya, wajah troll tersebut malah lebih cepat mendhahului Luke.
Troll memicingkan matanya sembari memiringkan kepalanya, mengamati Anasthasia "Si-apa-ka-u?" ujar troll tersebut dengan suaranya yang memikikan telinga. Anasthasia hanya bediam diri, tidak bergerak ataupun mmenjawab meskipun ia sendiri tahu bahwa pertanyaan tersebut ditujukan padanya.
Luke mencoba untuk mengangkat tubuhnya selagi troll tersebut hanya berdiam diri di tempat dan tidak membuat tanah di sekitar bergetar. Luke menghampiri Anasthasia, lalu menggertakan tring-taringnya ke arah troll di hadapannya seolah ia ingin menunjukan bahwa ia akan melindungi Anasthasia dengan baik.
"Aku rasa troll tersebut tidaklah jahat" ujar Anasthasia, asal menebak.
Luke mengedarkan pandangan kesal pada Anasthasia, pasalnya gadis di hadapannya itu sama sekali tidak tahu bahwa troll adalah mahluk yang ambisius dan tidak akan melepaskan mangsanya begitu saja.
Luke menggerakan kepalanya ke belakang, matanya mengarah ke punggungnya, ia membungkukan tubuh, meminta Anasthasia untuk naik punggungnya yang berbulu lebat, ia pun menuruti, jika rencana lUke adalah untuk membawa dirinyakabur menjauhi troll secepat kilat maka Anasthasia akan sangat setuju.
"Kau siapa?' tanya troll itu lagi sembari mengernyitkan dahinya. Luke berdiri, ia melompat dan berlari menjauhi troll tersebut, berlari tanpa arah, yang jelas ia sudah bertekad untuk mencari dan membawa Sofia kembali.
"Apa tidak masalah jika kita meninggalkan troll itu disana sendirian?" tanya Anasthasia.
Anasthasia memukul kepalanya beberapa kali, ia merasa bodoh karena telah mengajak serigala berbicara.
Luke akhirnya berhenti saat ia melihat sebuah pemukiman di sekitar hutan yang mereka datangi, rumput ilalang berwarna emas dengan daun lily puti yang nampak indah membuat desa kecil tersebut terlihat megah, beberapa penghuni berumur tujuh tahun sedang berlatih untuk menembakan anak panah tepat sasaran, dan beberapa penduduk dewasa pria sedang memotong kayu bakar, sedangkan dewasa wanita menyiapkan makan malam untuk kelompok kecil mereka.
Luke merubah wujudnya kembali sebagai manusia, Dadanya telajang dan rambutnya nampak berantakan "Ayo" ajak Luke, Anasthasia langsung mencengkeram tangan Luke agar ia tidak bisa mengambil langkah baru untuk mendekati desa di hadapan mereka dengan keadaan luke yang hanya mengenakan pakaian dalam saja, alih-alih akan diberikan tempat tinggal, para penduduk desa pasti akan langsung mengusir luke karena mengnaggapnya sebagai orang mesum, setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Anasthasia.
"Berhentilah menjadi pengecut Anasthasia. Aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan saat ini, namun asal kau tahu saja ya bahwa datang dan menghampiri mereka yang disana akan jauh lebih bagus dibanding mereka hanya berdiam diri dan mengamati mereka perihal kericuhan yang akan terjadi.
Luke menepiskan cengkeraman tangan Anasthasia lalu ia berjalan menghampiri desa kecil yang sedang dikerumuni oleh para penduduknya yang berjumlah sedikit. Kemunculan Luke dengan mengenakan pakaia dalam saja berhasil menarik perhatian para penduduk disana, mereka terus memandangi Luke sembari bertanya-tanya siapa dia. Penduduk yang masih anak-anak berlarian menjauhi Luke dan menghampiri para ibu, mereka memeluk kaki sang Ibu sembari bergetar ketakutan, sedangkan ibu mereka membalas pelukan tersebut dan menenangkannya dengan usapan lembut.
Sang ketua penduduk yang mengenakan mahkota bundar dengan bulu-bulu hewan menghiasi tersebut mendatangi Luke dengan wajahnya yang garang, bibirnya berwarna hitam dan kering "Siapa kau dan ada keperluan apa datang kemari?" ujar ketua kelompok penduduk tersebut."Aku Luke" balas Luke sembari menyodorkan tangannya, namun uluran tangannya tersebut tidak mendapat sambutan. Luke segera menurunkan kembali tangannya lalu melirik ke arah Anasthasia "Dan dia adalah Anasthasia, anak dari mendiang ratu Valencia" ujar Luke lagi. Mata penduduk itu pun langsung membesar, mengarah pada Anasthasia yang baru saja keluar dari balik semak-semak akibat namanya dipanggil oleh Luke. Riuh suara terdengar dari para penduduk yang mempertanyakan kebenaran dari ucapan Luke.
"Apa ucapanmu itu benar?" tanya si ketua penduduk.
Luke mengangguk dengan yakin, "Au melihat masa lalunya yaang berada dalam pelukan mendiang Ratu Valencia" ujar Luke. Anasthasia memasang senyuman ramahnya yang nampak terpaksa dan membuat para penduduk anak-anak merasa takut.
Luke menggelengkan kepalanya, ia merasa Anashasia tidak akan mampu menarik minat para penduduk terhadapnya, terlebih lagi gadis itu belum menguasai satupun ilmu sihir, jadi akan sulit untuk membuktikan diri bahwa ia adalah anak Puteri Ratu Valencia yang mereka nantikan.
"Aku bisa melihat sosok Ratu Valencia melalui bola matanya" timpal seorang kakek tua yang bergerak maju menghampiri, ia tak melepaskan pandangannya sedikit pun pada Anasthasia "Kau pasti memang benar orang itu, hanya saja aku tidak bisa merasakan aura dari kekuatan yang kau miliki, apakah mungkin... kau tidak mewarisi kekuatan orang tuamu?" ujar lelaki tua yang baru saja datang, Luke mengepal tangannya dengan erat karena kesal atas ucapan yang baru saja ia dengar.
"Bagaimana aku tahu bahwa aku mewarisinya atau tidak, jika aku belum pernah menghabisi monster disini dengan kekuatanku murni" balas Anasthasia dengan wajahnya yang datar.