"Yang baru saja kau temui adalah penyihir hitam yang melakukan pemberontakan dan menjadi kaki tangan dari Villian" ucap Nyonya Hudston sembari menyiapkan makan malam untuk para penyihir yang sedang berkumpul di rumah. Sup hijau dengan asap yang mengepul dan bau asam tercium darii campuran sup tersebut, steak daging naga yang dibumbui saus berwarna biru yang baunya seperti kaus kaki yang tidak dicuci selama satu bulan "Ewh" Anasthasia menutup hidungnya sembari menarik wajahnya ke belakang menjauhi makanan yang di hadapannya. Hans mengernyit, ia merasakan kesal saat melihat perilaku Anasthasia yang dirasanya tidak sopan
"Mengapa kau menutupi hidungmu?" tanya Hans.
"Kau tidak mencium bau tidak sedap dari masakan itu?" balas Anasthasia dengan suaranya yang parau akibat lubang hidungnya yang tertutup.
Hans langsung meneguk habis sup dan steak yang dibuat oleh Nyonya Hudson, ia menunjukan wajah puas karen telah menyantap makanan yang enak baginya, sedangkan Anasthasia hanya diam dan menatap Hans dengan jijik, ia tidak akan pernah mau menyantap masakan para penyihir yang ia rasa tidak enak tersebut.
"Kau harus makan sesuatu agar memiliki tenaga untuk bertahan" ujar Nyonya Hudson sembari menyodorkan mangkuk sup ke depan Anasthasia.
"TIdak, tidak perlu. Aku masih bisa memakan buah-buahan saja" balas Anasthasia, ia mengambil lalu mengunyah buah-buahan yang ada di hadapannya, buah dengan bentuk segitiga berwarna merah muda dengan kulit yang halus, Anasthasia terbatuk-batuk saat mengunyah buah tersebut akibat rasa asam yang tak bisa ia tolerir, "Kenapa semuanya terasa asam?" tanya Anasthasia.
"Karena asam adalah rasa yang paling enak" ujar Hans sembari memakan buah-buahan yang tadi dimakan oleh Anasthasia, lagi-lagi ia mengunyah buah itu hingga lahap lalu menunjukan perut buncitnya yang sudah kekenyangan.
"Tuan Puteri pasti belum bisa menerima hidangan yang ada disini ya?" ujar Persia, seorang penyihir dengan rambut bergelombang berwarna merah muda, sewarna dengan bola matanya, Persia tersenyum ke arah Anasthasia, senyum ramah yang begitu indah, manis, hingga nampak sebuah cahaya dalam senyumannya.
"Bagaimana kalau aku membuat hidangan di dunia Tuan Puteri dengan sihirku?" ujarnya. Anasthasia tersenyum, merasa bahwa ide yang diutarakan oleh Persia adalah ide yang bagus untuknya "Hm boleh!" balas Anasthasia bersemangat. Persia mengayunkan tangannya lalu cahaya merah muda bercampur dengan ungu pun bermunculan, memutar seperti alur planet yang mengelilingi matahari, cahaya-cahaya kecil berwarna kuning menghiasi di beberapa titik, Persia memusatkan pikirannya dan membayangkan salah satu bentuk makanan yang pernah ia lihat di dunia manusia sebelumnya, pizza berbentuk bundar dengan irisan daging tippis dan saus berwarna merah di atasnya, dan seketika cahaya merah muda yang melayang di antara telapak tangannya yang memutar tersebut pun berubah bentuk menjadi bentuk pizzza sesuai dengan apa yang dipikirkan olehnya.
"WAAAAH!" pekik Anasthasia kegirangan, ia langsung menerima pizza buatan sihir Persia, lalu melahapnya tanpa rasa was-was, baru saja satu gigitan, ia langsung terpaku, bahkan pupil matanya pun tidak bergerak, ia dibuat terkejut bukan main karena rasa pizza yang ia lahap tidak seperti pizzza yang biasa ia lahap, rasa asam lagi-lagi ia rasakan di mulutnya, pizza asam yang membuat perutnya merasa mual.
"Anda baik-baik saja Tuan Puteri?" tanya Persia penuh simpati. Anasthasia tak menanggapi, ia tidak ingin menyinggung Persia dengan mengatakan pizza buatan sihirnya tidaklah enak, terlebih lagi niat penyihir muda sangatlah baik.
"A-aku baik-baik saja" balas Anasthasia kemudian, ia meletakkan pizza tersebut di meja makan, dan pamit untuk pergi ke toilet, memuntahkan semua isi perutnya.
"Ah, aku merindukan masakan Paman Gothe sekarang" batin Anasthasia.
*****
"Aku rasa Villian sedang merencanakan sesuatu, karena jika tidak, maka tidak mungkin ia berbuat kekacauan hingga mencuri Zorgon" ujar Hans dengan suaranya yang serius.
"Ya, aku setuju dengan itu. Aku rasa Puteri Anasthasia akan segera ia temukan, dan jika pertemuan itu terjadi maka Puteri Anasthasia akan dihadapkan pada situasi yang berbahaya" balas Nyonya Hudson
"Bukankah Tuan Puteri seharusnya mempelajari ilmu sihir mulai dari sekarang?" timpal Persia.
Nyonya Hudson mengangguk "Ya, kau benar Persia, tapi tubuh Tuan Puteri masih kekurangan energi untuk mempelajari ilmu sihir, ia juga belum mempunyai tekad untuk melakukannya" balas Nyonya Hudston kemudian.
"Mudah saja, aku akan memancingnya agar ia memiliki tekad untuk mempelajari ilmu sihir tersebut" timpal Hans dengan penuh percaya diri.
Anasthasia keluar dari toilet lalu berjalan dengan gontai menghampiri para penyihir yang aa di meja makan. Persia menyapa Anasthasia dengan senyumannya "Anda baik-baik saja Tuan Puteri?" tanya penyihir muda tersebut
"Mana mungkin dia baik-baik saja jika ia tidak ingin makan sedikitpun? TIdak usah lagi memperdulikan orang keras kepala sepertinya Persi... Kau akan terluka jika terus mengkhawatirkannya, lihatlah Sofia sekarang, ia menghilang karena siapa jika bukn karena Tuan Putrinya yang begitu lemah?" timpal Hans dengan dingin, ia menyandarkan punggungnya ke kursi, menyilangkan lengan di dada dan memandang Anasthasia penuh dengan penghukuman, Anasthasia tidak suka itu, meskipun memang ia merasakan bahwa yang dicapkan oleh Hans adalah benar, namun perkataannya terlalu menusuk hingga membuat Anasthasia merasa sedih "Memangnya apa yang bisa aku lakukan? Aku baru saja tiba di tempat ini, aku bahkan tidak tahu apa yang sebelumnya terjadi, jadi apa yang bisa ku lakukan?" balas Ansthasia.
"Berhentilah merengek dan terlihat lemah seperti anak kecil! Selamatkan Sofia jika ka memang peduli padanya, selepas itu, kau kembali ke duniamu pun tidak akan masalah bagiku" ujar Hans lagi-lagi dengan pandangannya yang dingin, membuat Anasthasia membeku seketika.
"Memangnya apa yang bisa ku lakukan untuk menyelamatkannya Hans?" tanya Anasthasia. Hans mengangkat kedua bahunya "Ya... kau bisa kan mempelajari ilmu sihir untuk menyelamatkannya? TIdak mungkin kau akan menyelamatkannya tanpa kekuatan dan keahlian apapun, benar bukan?" balas Hans
"Sihir?" tanya Anasthasia, sampai saat Hans mengucapkan kalimat tesebut,Anasthasia masih belum mempercayai bahwa dirinya adalah seoang Ratu penyihir, ia tidak percaya dengan semua yang terjadi dalam hidupnya "Bagaimana aku bisa Hans? Aku hanyalah manusia" ujar Anasthasia.
Nyonya Hudston menepuk pundak Anasthasia dengan hangat "Aku akan membantumu mempelajari sihir jika kau inginkan Tuan Puteri" ujar Nyonya HUdston
"Tidak Nyonya Hudston" Hans menyelak ucapan penyihir paruh baya berambut coklat tersebut "BUkan jika kau mau, tapi ia haruslah mau, setidaknya pelajari sihir demi memenuhi tanggung jawabmu dalam menyelamatkan Sofia, karena asal kau tahu saja, kau bisa keluar dari Valendis jika Sofia membukakakn portal untukmu" ujar Hans dengan angkuh.
Hans berjalan dekat jendela, ia memandangi ke arah luar lalu berbalik memandangi Anasthasia "Belajarlah sihir untuk menghancurkan batu di luar sana" ujar Hans sembari menunjuk ke arah sebuah batu besar yang ada di padang rumput depan rumah Nyonya Hudston