"Sebaiknya kau pastikan kalung yang kau kenakan itu bisa dilepaskan, karena jika tidak maka kepalamu yang akan dipenggal" ujar Betsy ketika dirinya melewati Anasthasia yang sedang berdiri di ujung meja, dekat jendela dengan beberapa tanaman beracum menghiasi. Ular milik Betsy pun keluar dari tudung dan mendesis lagi, terus memperhatikan Anasthasia seolah ia sedang mengamati mangsanya. Jantung Anasthasia tak henti-hentinya bergedup dengan kencang seolah sekelompok kuda sedang berpacu di dalamnya, Lilian memang benar bahwa Betsy terlihat sangat menyeramkan apalagi jika dilihat dari dekat, terlebih lagi ketika Anasthasia menyadari bahwa rambut Betsy yang ditutupi oleh tudung adalah sekelompok ular berbisa seperti rambut medusa di dalam buku sejarah mitologi yang pernah dibaca olehnya. "Apa maksud perkataannya? Dipenggal? kenapa aku harus dipenggal karena kalung ini?" tanya Anasthasia, heran. Lilian hanya terdiam, ia tidak tega untuk mengatakan keenarannya pada Anasthsia, terlebih lagi ketika lilian tahu bahwa Anasthasia adalah sosok gadis polos yang tidak memiliki iat buruk dan aura negatif dalam dirinya. Sedangkan Rose sebaliknya, ia yang memang tidak ingin menyembunyikan apapun dan selalu berkata secara gamblang tanpa memikirkan dampak dari ucapannya itu langsung mengatakan ebenarannya pada Anasthasia "Tentu saja dipenggal, dipotong kepalamu llalu kau pun akan mati. Maka dari itu sebaiknya kau pastikan bahwa kalung itu bisa kau lepaskan! seperti apa yang Betsy katakan" jelas Rose. "Tapi kenapa haruskepalaku? TIdak bisakah menggunakan cara yang lain yang lebih baik?" tanya Anasthasia dengan wajahnya yang terlihat takut. Rose tertawa dengn keras "Kau ini bodoh ya? Sejak kapan kelompo penyihir kita menggunakan cara-cara yang baik? Tentu saja kami lebih suka menggunakan cara-ara yang bisa menyiksa para kaum lemah sepertimu" balas Rose sambil menatap Anasthasia dengan sinia. Ia berjalan menjauhi Anasthasia dan Lilian sembari mengelus lembut bulu hitam dari gagak peliharaannya. Lilian menyambet tangan Anasthasia, ia mengajaknya ke luar dari tenda, berjalan ke arah sungai yang tadi dipakai untuk mencuci seragam sekolah Anasthasia. Lilian menyentuh batang pohon yang ada di pinggir sungai menggunakan tongkat sihirnya, ia menengok ke segala arah untuk memstikan bahwa tidak akakn yang mengikuti dan melihat mereka "Apperium Ianum!" gumam Lilian. Seketika sebuah lubang kecil terbentuk dengan kilauan cahaya putih terentuk begitu saja di batang pohong, lubang tersebut berputar lallu menjadi kian membesar hingga besarannya mampu dimasuki oleh manusia dewasa. "Ikut aku" titah Lilian sembari menggandeng Anasthasia, menuntunnya memasuki lubang dengan cahaya puti tersebut. Di dalam lubang tersebut terasa sepi dan hampa hanyaada warna putih saja, udaranya pun terasamenekan hingga Anasthasia kesulitan untuk bernapas, badanyya serasa dietkan oleh buldoser, namun untungya badannya tidak remuka akibat tekanan yang ia rasakan, dan untungnya lagi hanya beada sebentar di dalam lubang dengan caaya putih tersebut. TAP Kaki Lilian dan Ansthasia menjajaki sebuah bangunan rumah tua dengan lantai kayu yag mengkilap, LIlian menarik Anasthasia dari dalam lubang lalu segera menjentikkan jarinya dan secara langsung lubang tersebut pun segera menghilang dari hadapan mereka. Raut wajah LIlian berubah menjadi lebih serius bercampur dengan panik, Anasthasia menadari ada sesuatu yang tidak beres telah terjadi "Ada apa? Kenapa kau nampak gelisah seperti itu?" tanya Anasthasia. Lilian mengeluarkan sebuah botol berisikan pil berwarna gold, ia mengenggam botol berisikan pil tersebut sambil menatap Anasthasia, ia mempertimbagkan banyak hal untuk melakukan sesuatu yang bisa menyelamatkan Anasthasia dari para anggota kelompok penyihirnya yang kejam. "Apa kau berasal dari dunia manusia?" tanya LIlian dengan penasaran, Anasthasia langsung mengangguk "Tentu saja, bukankah seharunya kau tahu bahwa aku berasal dari dunia manusia dan manusia murni, bukan penyiihir seperti diirmu." balas Anasthasia "Jadi kau adalah manusia yang sudah ditakdirkan untuk menyelamatkan Valendis seperti yang tercata dalam buku sihir negara ini?' tanya Lilian hampr tidak percaya. Anasthasia hanya terdiam, ia sama sekali tidak menghrapkan suatu perkataan seperti yang dikatakan oleh Lilian, ditakdirkan untuk menyelamatkan negeri mereka? Bahkan menyelamatkan diri dari tuntutan Angelic pun ia tidak bisa. "Hufft" Anasthasia menghela napas panjang "Maafkan aku Lilian, namun sepertinya aku hanyalah manusia biasa yang hanya sedang tersesat di negeri ini" jawabnya. Lilian menggelengkan kepala searah dengan gerakan tongkat sihirnya "Kau salah besar. Tidak semua manusia bisa melewati portal pemisah antara duniamanusia dengan duni kami. Asal kau tahu saja. mereka yang bisa memasuki tempat ini hanyalah mereka yang berasal da yang pernah berada di tempat ini sebelumnya. Kau tidak akan mungkin bisa kemari jika tidak ada seseorang ataupun sesuatu yang mendorongmu kemari" ujar Lilian dengan penuh penasaran "Maafkan aku Lilian, tapi aku memang tidak pernah datang kemari sebelumnya, bahkan di album foto masa kecilku saja , aku tetap tidak bisa melihat diriku semasa kecil dahulu" ujar Anasthasia, raut wajahnya nampak sedih dan kesepian. Lilian menghampiri Anasthasia lalu memluk dan mengelus lembut rambut Anasthasia seperti seorang ibu kepadaaaknya sendiri. "Ada banyak hal yang harus kua cari tahu tentang dirimu, untuk itu kau harus berjanji untuk pergi dealam keadaan aman, dan jika kau sudah kembali ke tempat asalmu, jangan pernah lagi datang kemari jika kau sangat saang terhadap nyawamu yang hanya sau itu" celoteh Lilian tanpa jeda. Anasthasia mengaggukan kepalanya seolah ia mengerti dengan semua maksud dari perkataan Lilian, namun sayangnya ia tidak mengerti sama sekali, maksudnya adalah ia tidak mengerti alasan dari LIlian mengajaknya ke sebuah tempat yang nampak asing. terlebih lagi tempat mreka sekarang adalah di sebuah rumah dengan gaya tua yang sudah banyak sarang serangga dan benda-benda yang tidak terawat, hanya bagian lantainy saja yang masih terlihat bagus. "Aku yakin kau pasti tahu maksud dari ucapanku, bukan?" tanya Anasthasia dengan geram. LIlian memegnag kedua pundak Anasthasia dengan kuat sembari memadang mata Anasthasia dengan sedih "Kau jangan pernah menyerahkan diri lagi kepada para anggota di kelompokku, aku sangat mengangumi dirimu yang masih berani melawan musuh" ujar LIlian sembari tersenyum kevut. BRAAAK Anasthasia meletakan buket bunga yang ia susun, ia nampak memiliki keberanian yang mengebu-gebu. "Tenang saja, aku akan tetap berada di rumah ini saat malam." ujar Anasthasia, namun ucapannya itu tetap tidak bisa menghilangkan kegelisahan yang menerpa LIlian. "Pikirannya mu itu memang tidak pernah negatif ya? tanya LIlian sembari tertawa kecil. "Ah bukan seperti itu, aku hanya..." Anasthasia nampak sedang berpikir, namun LIlian yag terlihat semakin geram akhirnya tidak bisa menunggu keputusan diri Anasthasia, ia berjalan ke dapur dan mengambil segelas air lalu memberikannya pada Anasthasia dengan sebuah botol berisikan pil-pil milik Lilian. "Kau hanya perlu meminum obat itu, dan menunggu perkelahian di antara kami berhenti.. Aku akan berusaha untuk melindungi uan Puteri secantik anda" ujar Lilian