Chereads / Hidden Valley / Chapter 11 - Rose dan Lilian

Chapter 11 - Rose dan Lilian

Anastasia membentangkan lengannya, ia melihat pakaian yang baru saja ia kenakan d pantulan air sungai tempat dirinya mencuci baju. Jubah hitam yang diberikan oleh Alex nampak kelonggaran di badannya, terlebih lagi jubah tersebut terbuat dari parasut yang panas dan gerah, dengan sebuah tudung kepala yang lebar. "Huuuft" Anasthasia menghela napasnya, ia tidak suka dengan pakaian yang dipinjamkan padanyaitu. "Kau sudah selesai?" tanya seorang perempuan berambut keriting dengan warna kuning menyala, bola matanya yang berwarna merah menatap Anasthasia dengan ngeri, seperti para detektif yang sedang menginterogasi para penjahat yang telah ditangkap. "O-oh iya, aku baru saja selesai, tapi aku masih bingung dimana aku bisa menjemur pakaianku" balas Anasthasia dengan caggung, ia meneguk ludah dengan susah payah akibat rasa takut yang terus hadir berbarengan dengna kemunculan gadis berambut keriting tersebut yang bernama Lilian. "Butuh waktu lama untuk mengeringkan bajumu dalam cuaa gelap seperti ini. Kemarikan bjum, biar aku yang bantu keringkan" ucap Lilian dengan suaranya yang agak berat, ia tidak biasa membantu yang lain, itulah mengapa ia merasa malu dan menyembunyikan rasa malunya melalui sikap dingin tiap kali ia akan membantu seseorang. Anasthasia melangkah dengan hati-hati, jubahnya yang menjuntai panjang ke tanah membuatnya bisa dengan mudah menginjang bagian bawah jubah tersebut hingga terjatuh. "Sepertinya kau tidak nyaman dengan pakaia barumu" ujar Lilian yang langsung dibalas dengan senyuman simpul oleh Anasthasia, ternyata sosok cuek seperti Lilian bisa pekajuga terhadap perasaan seseorang. Anasthasia memberikan seragam sekolahnya yang masiih basah. tangan Lilian memegang seragam basah tersebut sambil berkomat-kamait merapalkan mantra yag tidak dimengerti oleh Anasthasia, yang jelas mantra yang diucapkan oleh Lilian membuat asap bermunculan berbarengan dengan ahaya putih di sekitar seragamnya, perlahan-lahan tetesan air dari seragam tersebut berkurang, seragamnya perlahan-lahan menjadi kering lagi. Anasthasia menatapnya dengan takjub, ia jadi ingin mempelajari mantar tersebut dan menggunakannya untuk mengeringkan baju pamannya karena selama beberapa hari di Desa, ia belum empat melihat matahari bertrik dengan terangnya hingga tiap kali Anasthasia mencuci baju, pasti bajunya tidak akan kering alhasil baju tersebut berbau apek. "Mantra apa yang kau ucapkan? Kenapa Alex tidak melakukan hal itu untuk membantuku di hutan?" tanya Anasthasia penasaran. "Alex adalah penyihir tipe petarung, ia hanya bisa menguasai ilmu dan mantra sihir untuk melawan atau menyelamatkan diri, tidak bisa jika disuruh untuk melakukan hal-hal sederhana seperti ini" ujar Lilian. "Aku tiak tahu bahwa penyihir memiliki tipe-tipe tertentu. Tapi, jika aku adalah seorang penyihir, maka aku akan memilih untuk menjadi penyihir sepertimu, aku tidak akan mau menjadi penyihir tipe pertarung seperti Alex, pertarungan itu sangat menyeramkan." balas Anasthasia sembari bergidik ngeri, ia memang selalu merasa takut dan ngeri pada setiap pertarungan yang sering iatonton di film, dan ia pun selalu merasa bersalah tiap kali menyakiti seseorang terlebih lagi jika seseorang tesebut tidak melakukan sesuatu yang menyebalkan kepadanya. Lilian mengembalikan seragam tesebut pada Anasthasia lalu ia tersenyum miris "Sebenarnya dari mana kau berasal? Kenapa kau begitu polos? Para penyihir tidak pernah bisa memilih akan menjadi tipe apa dirinya. Ini semua sudah ditakdirkan" ujar Lilian dengan pandangan matanya yang terlihat sayu akibat sedang menahan sedih. Anasthasia seakan bisa merasakan perasaan sedih Lilian, sebuah rasa sedih akibat kehilangan dan ditinggalkan, ia penasaran akan apa yang terjadi pada kehidupan gadis itu, namun rasanya tidak sopan jika menanyakan hal-hal sensitif di saat dirinya bukanlah siapa-siapa bagi LIlian. "Oh iya, apa aku harus mengganti pakaianku lagi?" tanya Anasthasia "Sebaiknya jangan, karea pakaianmu sungguh menarik perhatian, dan ketua pasti akan mempertanyakan identitasmu jika kau mengenakan pakaian itu" balas Lilian ***** Anasthasia dan Lilian memasuki tenda yang sebleumya sempat mereka datangi, Kondisi di dalam tend atersebut sudah berubah. Meja panjang terbentang horizontal membelah ruangan di dalam tenda yang luas, beberapa kursi beludru berwarna merah maroon berjejer mengelilingi meja tersebut, beberapa kursi sudah diisi oleh para penyihir dengan tuduh jubah berwarna merah darah, nampak Alex sedang berbicara dengan penyihir wanita yang bentuk matanya sipit dengan kepala yang ditutupi oleh tudung, Anasthasia tersontak kaget saat matanya bertemu dengan mata ular yang keluar dari balik tudung wanita yang sedang berbicara dengan Alex, ular tersebut tidak melepaskan pandangannya dari Anasthasia sambil menjulurkan lidahnya, berdesis. "Siapa wanita yang sedang berbicara dengan Alex?" tanya Anasthasia pada LIlian. Lilian melihat wanita tersebut "Dia adalah saudara kembar Alex, namanya Betsy. Sebaknya kau jauh-jauh drainya, karena dia sangat mudah marah" ujar Lilian lalu mengalihkan wajahnya dan menyapa para penyihir lain yang mengenakan jubah dengan tudung berwarna biru tua. "Kenalkan ini adalah Sam, ia penyihir tipe peyembuh seertiku," Llian mengenalkan Anasthasia pada penyihir lelaki yanng tinggi dengan badan yang kurus dan mengenakan kaca mata berwarna orange seperti warna rambut dan bibirnya. Sam menyodorkan lengannya, berniat untuk menjabat tangan Anasthasia, ia tertawa hingga menunjukkan deretan giginya yang menghitam "Hallo, aku Sam. Kau adalha gadis yang dibawa oleh Alex bukan? Aku rasa dia membawamu karena kau begitu cantik" ujar Sam lagi-lagi sambil tertawa PLETAK Lilian memukul kepala Sam hingga ia mengaduh kesakitan dan memelototi Lilian. "Kau selalu saja memukulku Lilian! Padahal Pedro sudah memberitahukan kita semua untuk tidak menyakiti dan memulai perkelahian dengan sekutu!" gerutu Sam. Lilian mendelikan maanya, ia terlanjur kesal dengan Sam yang memang selalu menggoda para wanita, hingga Lilian tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya. "Abaikan dia, biar aku kenalkan dengan temanku liannya yang lebih waras" ujar Lilian. Ia pun membawa Anasthasia pada salah seorang penyihir yang sedang mengelus seekor gagak di lengannya, seorang penyihir wanita yang sedikit tomboy dengan gayanya yang seperti seorang metalis, baik bibir dan matanya berwarna hitam gelap. Ia terlihat tidak peduli dengan kehadiran Anasthasia "Rose!" panggil Lilian kemudian. Yang dipanggil menolehhh sedikit pada Lilian lalu kembali melihat gagaknya. "Ini adalah gadis yang dibawa oleh Alex, namanyaAnasthasia" ujar Lilian. Rose memutar bola matanya "Aku tidak peduli siapa namanya, yang jelas dia harus menyerahkan kalung yang ia kenakan hari ini juga lalu pergi dan tidak menampakan diri lagi di hadapan kita semua" ujar Rose dengan ketus. Anasthasia dan Lilian saling bertatapan, "Aku pikir Lilian adalah yang paling cuek, ternyata masih ada lagi yang lebih parah darinya, tapi bisakah ia berubah menjadi lebih ramah lagi seperti Lilian?" batin Aasthasia. lilian menengok kearah Anasthasia, ia mengamati kalung yang dikenakan oleh Anasthasia, ia jug cukup penasaran mengeai kalung tersebut, pasalnya par penyihir dengan kedudukan tinggi di kelompoknya sangat heboh membicarakan kaung tersebut. "Kalau boleh tahu, aku mendapatkan kalung itu dimana?" tanya LIlian dengan penasaran. Anasthasia mengusap permata delima di kalungnya sambil melihatinya sekilas Aku menemukannya di kolong kasurku, aku tidak tahu apa yang istimewa dari kalung ini hingga Alex menginginkannya. Sebenarnya jika saja pengaitnya bisa dilepas dengan mudah, aku pasti akan langsung memberikannya," jelas Anasthasia. Rose mengernyitkan dahinya,ia terlihat bingung, "Kau sungguh akan memberikannya begitu saja?" tanya Rose dengan sorot matanya yang terasa mengintimidasi.