Anasthasia langsung menutup mulutnya dengan rapat tatkala lelaki berambut biru itu mnyuruhnya untuk diam agar tidak memancing kedatanga para monster di sekitar sana. Lantas ia pun menggerakan tubuhnya untuk membuat sebuah isyarat untuk menolongnya.
"Baiklah, baiklah... akuu akan menolongmu tapi, kau harus memberikan kalung merah delima yang kau kenakan dil lehermu itu" ujar lelaki berambut biru dengan suaranya yang pelan, lebih seperti berbisik.
"Tunggu dulu, bukankah seharusnya aku mengetahui namamu terlebih dahulu?""Memangnya itu perlu? Bukankah setelah kau keluar dari sana, kita tidak akan bertemu lagi?"
"Hmm ya, setidaknya aku haus mengetahui namamu agar aku bisa berterimakasih padamu dan menceritakan tentang kebaikan yang telah kau lakukan padaku" balas Anasthasia, mengada-ada, pasalnya ia sudah bertekad untuk membuntuti lelaki berambut biru di hadapannya setelah ia berhasil kluar dari kubangan lumpur.
"Ya, terserahlah, asalkan aku bisa mendapatkan kalung merah delima yang kau keakan" balas lelaki tersebut.
Anasthasia mengangguk, pertanda sudah menyetujui kesepakatan yang dibuat oleh mereka berdua.
"Namaku, Alex. Kau ingatlah baik-baik namaku karena jika ku menanyakannya lagi, aku tidak akan mau menjawabnya, tidak ada pengulangan kata, oke?" ujar lelaki berambut biru bernama Alex
"Baiklah, Alex. SEkarang cepat bantu aku keluar dari sini" pinta Anasthasia tak sabaran
"Oke, oke tenanglah dahulu, sekarang dekatkan tanganmu ke arahku" titah Alex yang langsung dituruti oleh Anasthasia.
BYUUUR
Alex melemparkan semua buah-buahan yang ada di keranjangnya ke arah Anasthasia, buah-buahan tersebut menempel di lumpur bersamanya "Hei! Kau gila ya?! Aku memintamu untuk menyelamatkanku bukan membuang buah-buahan yang nampak lezat ini!" gerutu Anasthasia.
"Huuft" Alex menghela nafasnya dengan pelan. "Tunggu dan lihatlah saja." ujar Alex dengan tenang. Alex mengacungkan tongkat ramping dengan ujung runcing berwarna merah, tatapan dan pikirannya terfokus pada buah-buahan yang menempel di Kubangan lumpur lengket "Expande Orte!" gumam Alex, dan seketika buah-buahan yang ia lemparkan pun mengembung lalu pecah menjadi air yang membuat kubangan lumpur tersebut terbuka, membentuk lubang ata, seperti pori-pori yang terkena air hangat, Tubuh Anasthasia bergerak ke dalam kubangan lumpur tersebut, ia merasa akan terjath ke dalam lumpur itu. Anasthasia melebarkan matanya, kepalanya menengok ke segala arah, terlihat panis "Hei!" pekik gdis itu
Alex tak menanggapi, sekarang pikirannya terfokus pada seutas de daunan yang menjuntai ke arah Ariana sembari membayangkan bentuk dari tali tambang yang panjang dan juga kuat 'Mutatio!" ucap Alex dan seketika daun yang menjuntai tersebut berubah menjadi sebuah tali tambah yang menjulur ke arah Anasthasia persis seperti apa yang ia pikirkan "Cepat berpegnganlah pada tali tersebut!" titah Alex. Anasthasia langsung menuruti perkataan Alex, ia menjangkau tali tambang yng menjulur ke dekatnya, tepatnya di atas kepalanya, ia berpegangan kuat pada tali terebut lalu tali itu langsung mengangkatnya keluar dari kubangan lumpur yang sedang terbuka lebar, bersiap untuk menyerap apapun yang ada di atasnya.
Alex menggerakan tongkatnya ke atas lalu ke depan dan berhenti ke sampingnya, tali yang mengikat Anasthasia pun langsung bergerak mengikuti gerakan dari tongkat yang dipegang oleh Alex hingga berhenti di sisinya. Tali tersebut menurunkan Anasthasia, kaki Anasthasia berhasil memijak tanah dengan baik, ia langsung melepskan pegangannya pada tali tambang dan seketika tali tersebut langsung berubah lagi menjadi daun pohon dan jatuh tepat di samping Anasthasia saat gadis itu melepaskan pegangan tanganya.
"Huuuft" Anasthasiabisa brnapas dengan lega sekarang, namun ia kesal karena seragam sekolahnya menjadi sangat kotor, ia membayangkan betapa akan marahnya paman Gothe jika mlelihat seragam baru yang ia belikan sudah sekotor ini, dan mungkin ia akan menganggap Anasthasia telah dibully di sekolah barunya.
"Haah celakalah aku! Paman pasti akan sangat marah jika tahu seragam ku seperti ini" gumam Anasthasi seorang diri. Alex mengamati seragam adis tersebut, ia menjadi merasa iba saat melihatnya "Kau ikutlah denganku. Aku akan memberikanmu baju untuk mengganti pakaianmu yang kotor itu, lalu cucilah bajumu dan segera pulang ke tempatmu berasal" ujar A;ex dengan suaranya yang terkesan tidak peduli namun sebenarnya ia sangat mempedulikan Anasthasia, entah apa yang membuat lelaki itu menaruh kepedulian terhadap Anasthasia.
Mata Anasthasia nampak berbinar, ia senang karena Alex akan membantunya sekali lagi, dan mungkin ia akan membantunya juga dalam mnencari jalan untuk pulang, ya semoga saja.
Alex menengadahkan telapak tangannya ke depan wajah Anasthasia "Berikan kalungmu itu" ujar Alex. Anasthasia langsung teringat denganperjanjian mereka, ia melirik kalung yang dikenakannya di leher, tangannya bergerak ke belakang untuk melepaskan kaitan dari kalung terebut namun ternyata kaitan kalung itu tidak bisa dilepas "Kenapa kalung ini tidak mau lepas?" gumam Anasthasia dengan khawatir.Alex mengernyitkan dahinya dan memicingkan mata, ia sebenarnya sempat mengira-ngira kalung macam apa yang tengah digunakan oleh Ansthasia, bentuknya yang seperti kalung kramat yang sempat dicuri Villyan dari Ratu Valencia yang katanya menyimpan kekuatan tersembunyi di dalamnya. Awalnya Alex tidak mempercayai bahwa kalung yang dikenakan oleh Anasthasia adalah kalung yang ia hilang tersebut, toh dari mana juga gadis itu mendapatkan kalung tersebut padahal ia baru saja tiba di hutan tersebut, menganai lumpur lengket yang memakan energi mahluk hidup saja ia tidak tahu, apalagi dengan kalung yang menyimpan kekuatan besar. Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Alex saat melihat kalung tersebut
"Boleh aku bantu lepaskan?" tanya Alex
"Oh iya, tolong bantu aku melepaskan kalung ini" balas Anasthasia sambil membalikan tubuhnya, nampak leher jenjang indah milik Anasthasia membuat Alex merasa canggung saat melihatnya. Alex memalingkan wajahnya dari leher Anasthasia dan mengacungkan togkatnya ke arah kalung tersebut "Damitastio!" seharusnya kalung tersebut langsung terlepas saat ia mengucapkan matra pelepas itu, namun anehnya kalung yang dikenakan oleh Anasthasia tidak mempan terhadap sihir yang dirapalkan oleh Alex, membuat llaki itu langsung merasa aneh. Ia mendorong Anasthasia menjauhi dirinya "Sebenarnya kau ini siapa?" tanya Alex, menyelidik, pasalnya ia juga tidak pernah mengingat wjaah Anasthasia selama tinggal di Valendis, bahkan jika diperhatikan lebih jauh lagi, pakaian yang dikenakan oleh Anasthasia saja nampak terlihat aneh dan tidak pernah dikenakan oleh siapapun di negeri Valendis.
Anasthasia memandangi Alex dengan ttapannya yang terlihat polos, ia menepuk jidatnya seketika "Oh iya aku lupa belum memperkenalkan diri ya. Namak adalah Anasthasia De Valencia." ujar Anasthasia dengan semangat, ia sudah memiliki semangat bertahan hidup lagi setelah Alex menawarinya untuk ikut bersama.
Alex membelalakan matanya, jantungnya berdegup kencang saat mendnegar nama yang disebutkan oleh Anasthasia "DE Valencia?" tanya Alex, ingin mmastikan apakah yang didengarnya tersebut memang sudah benar
Anasthasia mengangguk sembari menyingungkan senyum simpul "Iya. Indah bukan namaku?" ujar Anasthasia dengan matanya yang nampak berkilau
"Jadi... kau benar anak dari Ratu kami?"
Anasthasia menggelengkan kepala sembari tertawa kecil "Maaf. Maafkan aku, aku tidak bermaksud membohongimu hanya saja aku berpikir bahwa kau akan langsung menolongku jika aku mengaku sebagai Puteri raja" jelas Anasthasia.
Alex mengepalkan tangannya, ia terlihat begitu geram saat mendengar ucapan Anasthasia. "Jadi, kau bukan puteri dari negeri ini? Lalu siapa yang memberikanmu namamu tersebut? Kau tahu bahwa tidak ada yang boleh menggunakan nama Ratu Valends untuk menamai anak mereka di negeri ini" ujar Alex
"Tapi aku kan tidak berasal dari sini, dan yang emmberikanku nama ini ya tentu saja ayah dan ibuku"
"Jadi siapa nama ayah dan ibumu?"
"Grate dan hmmm aku sudah lupa siapa nama ayahku, lagipula ia sudha lama pergi jadi aku tidak perlu mengingatnya lagi"
"Grate? Jadi nama ibumu bukan Valencia?"
"TEntu saja bukan. Orang macam apa yang menami dirinya dengan nama aneh sepperti itu? Aku saja sering diejek karena nama belakangnku, apalagi orang yang menggnakan nama itu sebagai nama depan> Pati mereka sedang kesusah karena telah mendapatkan nama Valenia, benar begitu bukan?" tanya Anasthasia dengan polos.
Alex hanya diam, ia tidak bisa banyak berkata-kata karena ia sendiri belum mengetahui kebenarannya seperti apa. Ia hanya menghela napas lalu meminta Anasthasia untuk menutupi kalung yang ada di lehernya dan tidak menunjukannya pada siapapun jika masih mau hidup. uUcapan Alex yang seperti itu malah membuat Anasthasia semakin takut, baru kali ini hidupnya bergantungan pada sebuah kalung yang ia temukan di bawah kolong tempat tidurnya.
"Jangan-jangan... aku kesini pun karena kalung ini?" batin Anasthasia namun tak ada jawaban yang bisa ia temukkan.