Anasthasia melangkahkan kakinya, ia berjalan tanpa arah, meskipun tampilan hutan tersebut berubah menjadi lebih cerah dan menarik, namun tetap saja tidak mampu menghilangkan kekhawatiran yang ada pada dirinya.
SRIIIING
Sebuah suara yang nyaring terdengar, mengharuskan Anasthasia untuk menutup telinga dan menyipitkan matanya.
Tak lama kemudian suara tersebut, menghilang dan sesosok manusia kerdil dengan sayap dipunggung muncul di hadapannya.
"Hallo" sapa mahluk kerdil tersebut dengan suara yang tidak terdengar dengan jelas oleh Anasthasia. Anasthasia tampak kebingungan.
Mahluk kerdil bersayap itu berdeham beberapa kali, ia terbang mendekati telinga Anasthasia dan kembali menyapa "Hallo"
Kali ini suaranya terdengar jelas oleh Anasthasia, itulah mengapa Anasthasia terlonjak kaget dan buru-buru mengambil langkah untuk menjauhi mahluk kerdil yang ukurannya hanya setelapak tangannya.
"SIAPA KAU?!" tanya Anasthasia dengan suara yang tinggi. Suara bergema ke penjuru hutan, dan Anasthasia bisa mendengar gema suaranya tersebut yang semakin kesini semakin memudar
"SSSST" mahluk kecil itu berdesis. Entah sejak kapan ia sudah ada di pundak Anasthasia lagi.
Dan lagi-lagi Anasthasia terlonjak kaget dengan kemunculan tiba-tiba dari mahluk kerdil bersayap itu.
"Tidak perlu takut, aku peri baik hati di hutan ini. Kau aman bersamaku, Puteri. Percayalah," ujar mahluk kerdil tersebut
"PERI?! PUTERI?" tanya Anasthasia, terkejut, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
Anasthasia memukul wajahnya beberapa kali, terasa pipinya berdenyar, nyeri, pertanda ia sedang tidak bermimpi.
"Hei! Hei! Hei! kau tidak perlu menyakiti dirimu seperti itu! aku ini sungguhan! begitupun dengan hutan ini, dan keberadaanmu disini," ujar peri itu sambil menarik tangan Anasthasia dengan susah payah, sebuah upaya untuk menghentikan kegiatan Anasthasia yang menyakiti dirinya sendiri.
Sosok Peri dan tampilan hutan yang berubah secara tiba-tiba sangatlah berada di luar nalar, dirinya yang terlalu terkejut dengan keberadaannya di tempat asing bersama dengan mahluk asing pun akhirnya membuat Anasthasia limbung tak sadarkan diri. Untungnya peri hutan segera memunculkan gumpalan kapuk yang empuk untuk menahan tubuh Anasthasia yang terjatuh ke tanah. Hingga Anasthasia pun terhindar dari benturan yang keras dan menyakitkan.
"Hm...hm... aku tidak mengerti mengapa manusia selalu syok dengan keberadaanku," gumam peri hutan itu sambil menggelengkan kepalanya.
*****
Mata Anasthasia mengerjap beberapa kali hingga akhirnya terbuka.
Saat ia berhasil sadar kembali, ia mendapati sebuah ruangan berlapis kaca dengan warna-warna yang cerah dan cantik, seperti sebuah pelangi yang terbuat dari kaca, namun bagian atapnya pecah hingga semilir angin dapat terasa di tempatnya berada.
Anasthasia menepuk-nepuk sekitar dengan tangannya. Ia berbaring di gumpalan bulu lembut berwarna coklat tua. Lagi-lagi ucapan yang keluar dari mulut Anasthasia adalah pertanyaan 'Dimana ini?' seolah ia tidak bosan untuk mengucapkan satu kalimat itu.
Anasthasia merasakan tubuhnya berguncang, seperti sedang di landa gempa. Ia segera turun dari tempatnya berbaring, dan saat ia turun, Anasthasia bisa melihat dengan jelas mahluk berbulu coklat seperti kucing yang ukurannya sebesar mobil sedan milik paman Gothe, adalah mahluk yang menjadi tempatnya berbaring. Baru saja Anasthasia terkejut dengan sosok mahluk besar berbulu coklat tersebut, ia sudah mendapatkan kejutan lainnya.
POOOF!
Mahluk besar bebulu coklat itu pun berubah menjadi peri hutan yang sempat ia jumpai sebelumnya. Kali ini Anasthasia tak pingsan, ia hanya mematung, tak dapat berkata maupun melakukan apapun.
Peri mungil itu lagi-lagi menggelengkan kepala sambil menepuk jidatnya
"Haaaah, kalau kau begini terus, kapan aku bisa memperkenalkan diri dengan baik," gerutu peri mungil itu.
Peri itu menaburkan serbuk kerlap kerlip berwarna merah muda pada Anasthasia
"Aku ingin dia menjadi lebih tenang," ujar peri mungil itu.
Seketika perasaan Anasthasia pun berubah menjadi lebih tenang sesuai dengan apa yang diucapkan oleh peri mungil itu. Tidak ada lagi perasaan takut, gelisah dan terkejut.
"Hallo, aku Sofia! Peri hutan Negeri Valendis. Suatu kehormatan bisa berjumpa denganmu, Puteri Anathasia yang Agung!" Ujar peri mungil yang ternyata bernama Sofia.
"Bagaimana kau tahu namaku?" Balas Anasthasia.
"Semuanya tertulis di buku sihir kerajaan ini," balas Sofia.
"Kau pasti sudah gila, kan?" ujar Anasthasia.
"Hei! Aku sama sekali tidak gila!" gerutu Sofia
"Kalau begitu, kau pasti sangat gila!" balas Anasthasia tak mau kalah.
Sofia mengerecutkan bibirnya sambil berkacak pinggang. "Aku ini sangat normal tahu!"
"Dengan tubuh sekecil itu dan sayap di punggung itu, kau bilang bahwa kau sangat normal?" tanya Anasthasia sembari menunjuk Sofia yang besarnya setelapak tangan Anasthasia. Sofia melihat dirinya sendiri "Aku sangat normal untuk ukuran peri," balas Sofia tak mau kalah.
Anasthasia tertawa kecil "Haha, senang bertemu denganmu peri Sofia," ujar Anasthasia memberikan sambutan yang sepertinya sudah telat untuk diucapkan, pasalnya Sofia sudah tak lagi senang bertemu dengan Anasthasia yang sikapnya dirasa menyebalkan.
"Huft..." Sofia menghela nafasnya "Terserahlah. Aku hanya bertugas mengantarmu ke suatu tempat jadi ikuti saja aku!" pinta Sofia sambil menjentikan jarinya, seketika sebuah sapu dengan gagang kayu yang cukup panjang pun muncul di hadapan Anasthasia, sapu itu melayang dengan tenang.
"Naiklah!" titah Sofia lagi.
"Sapu terbang? Wah aku paling benci kendaraan satu itu. Bukankah sapu terbang nampak tidak nyaman untuk digunakan terbang? Terlebih lagi tidak ada pengamannya," gerutu Anasthasia sambil bergidik ngeri memandangi sapu terbang di hadapannya.
"Huft. Kau sangat tidak sopan!" celetuk Sofia sambil mengernyitkan dahinya. Sofia menjentikkan jarinya lagi dan seketika tubuh Anasthasia dengan sendirinya bergerak menaiki sapu terbang di hadapannya. Anasthasia sempat memberontak, menahan dirinya untuk bergerak, namun sayang sekali, ia tidak bisa melawan kekuatan magis dari jentikkan jari Sofia.
"Kalau kau tetap tenang saat mengendarainya, kita pasti akan cepat sampai ke tempat itu!" ujar Sofia dengan penuh semangat. Sofia mengepakkan sayapnya dan terbang dengan kecepatan tinggi, begitupula sapu terbang yang ditumpangi oleh Anasthasia. Namun sayangnya, sapu terbang itu tak terbang dengan mulus, beberapa kali sapu terbang itu berputar-putar dengan kencang hingga Anasthasia harus mengeratkan pegangan tangannya sambil beberapa kali memekik "Hei berhenti! Berhenti!!!!" namun sapu terbang yang ditumpanginya tak menuruti perkataan Anasthasia, ia tetap saja bergerak secara acak, naik turun seperti roller coaster, dan berputar lagi, hingga membuat Anasthasia merasa pusing dan perutnya mual. Sofia hanya tertawa melihatnya, ia nampak senang karena Anasthasia mendapatkan hukuman karena telah mengejek sapu terbang itu sebelumnya.
BRUUUUUUK
Anasthasia akhirnya terjatuh bersama dengan sapu terbang yang tersangkut di ranting pohon yang rimbun.
"Kau pasti sangat senang bukan tersangkut di atas sana?" ujar Anasthasia dengan nada meledek saat melihat sapu terbang itu bergerak beberapa kali, berusaha melepaskan diri dari ranting-ranting pohon.
Anasthasia berdiri dan merapihkan pakaiannya, membersihkan tanah halus yang menempel pada rok sekolahnya. Matanya bergerak menelusuri ke sekeliling, di lihatnya pepohonan yang berjejer secara acak dengan daun berwarna warni, tanah yang kering dengan semak belukar di sekitarnya.
"Dimana lagi ini?" tanya Anasthasia dengan penuh nestapa. Belum sempat kekhawatirannya menghilang, ia sudah mendengar sebuah suara aneh muncul dari balik semak-semak, membuat Anasthasia memasang kuda-kuda sambil memegang dahan pohon patah yang ia temukan di tanah. Ia mengacungkan dahan pohon itu ke depan, ujungnya yang tajam bisa menjadi tombak perlindungan diri untuk dirinya.
GRRRRR GRRRRR
Gigi-gigi besar nan kokoh itu bergemelutuk, matanya dengan tajam menatap Anasthasia, tatapan dari mahluk yang sedang kelaparan dan siap memangsa Anasthasia.
Anasthasia mundur beberapa langkah dengan sangat hati-hati. Mahluk yang ada di hadapannya terlihat menyeramkan dan kuat. Sosoknya yang setengah kuda dan setengah manusia itu membuat Anasthasia merinding ketakutan. Ia ingat pernah melihat mahluk itu di buku sejarah "Centaur?" batinnya, namun sosok centaur di buku terlihat baik dan juga bisa diandalkan berbeda dengan apa yang ada di hadapannya.
GRRRRR
Centaur itu bergerak dengan cepat ke arah Anasthasia sembari membawa tombak dengan ujung besi yang runcing, siap untuk menikam Anasthasia saat itu juga. Langkah kakinya sangat kokoh dan bertenaga membuat Anasthasia tak mampu untuk mengelak dengan mudah.
BRUUUUK
Anasthasia terjerambab di tanah, ia memejamkan mata, pasrah jika ia harus mati akibat tikaman tombak dari mahluk aneh di tempat aneh yang tak sengaja di kunjunginya.
BRUUUUK
Kepulan debu-debu halus menyeruak, semak-semak belukar hancur akibat tertindih oleh mahluk di atasnya
KRAUK KRAUK GRRRR
Beberapa menit Anasthasia terdiam, dirinya masih baik-baik saja, hanya suara-suara yang aneh terdengar, Anasthasia perlahan membuka matanya untuk melihat siapa si pemilik suara aneh yang baru saja di dengarnya, apakah mahluk aneh lain muncul?
Dilihatnya seekor serigala dengan ukuran sangat besar berada di dekatnya sedang mengoyak tubuh centaur yang tadi ingin menyerang Anasthasia. Darah berwarna biru bercucuran ke tanah, tetesan darah biru centaur itu membakar habis tanaman yang terkena olehnya. Namun serigala raksasa itu terus saja menggerogoti tubuh centaur tanpa ampun, nampaknya serigala itu sudah sangat kelaparan hingga memangsa centaur dengan rakus. Gigi taringnya dipenuhi oleh darah dan koyakan daging.
NGERI!
BRUUUUK
Anasthasia pun pingsan akibat terlalu takut dengan apa yang dilihatnya. Tubuhnya tergeletak begitu saja di tanah.
Serigala raksasa itu menengok ke arah Anasthasia. Ia menyudahi kegiatan memburunya dan menghampiri Anasthasia yang tengah tak sadarkaan diri, mengelilingi sosok mungil Anasthasia dengan tatapan curiga. Kakinya tak sengaja menyentuh lengan Anasthasia yang terkulai lemas. Seketika serigala itu mampu melihat rentetan kejadian di masa lalu kehidupan Anasthasia. Melihat orang-orang yang terikat dengan gadis yang sedang terkulai di atas tanah itu dan sosok Ratu Valencia muncul di dalam masa lalu Anasthasia. Perlahan sosok serigala raksasa itu mengecil dan kemudian berubah menjadi seorang manusia lelaki tampan berotot dengan dada bidang yang tak terlapisi oleh kain sehelai pun.