Chereads / My Clowsien / Chapter 14 - Hewan Kesayangan

Chapter 14 - Hewan Kesayangan

Reynald terbangun dengan linglung, matahari belum bersinar sepenuhnya, hawa dingin masih menyusup sampai ke tulang, kepalanya sedikit pusing akibat terbangun dengan tiba-tiba.

Ini adalah rekor baru baginya ketika bangun pagi, biasanya ia akan bangun di saat matahari sudah meninggi. Sudah menjadi kebiasaan bagi Reynald, seorang aktor tidak lah mudah, pekerjaan yang banyak, serta menguras waktu dan tenaga itu sudah ia lakoni selama lima tahun ini, meski sang ayah sudah menentangnya, namun ia tetap menjalani profesi yang sesuai dengan kemauannya.

Bagi Reynald, menjadi seorang aktor adalah keinginannya dari kecil, meski ia harus mengorbankan banyak waktu di lokasi syuting, tapi tak masalah baginya, dari pada harus di rumah, toh tak ada yang menunggunya, selain bibi Maryam dan juga pak Han.

Reynald sedikit menggerutu, merasakan kakinya seperti mati rasa akibat di tindih oleh Tom, kucing besar dengan warna cream terang itu berusaha di dorongnya, kucing itu hanya bergeser sedikit, lalu berguling lagi ke arahnya, mencari kehangatan. Sepertinya kucing itu enggan bangun, karena melihat sang majikan yang masih bermalas-malasan di tempat tidur.

"Hei Tom, bergeserlah sedikit!"

Suara Reynald terdengar serak, seperti suara khas orang baru bangun tidur.

Namun Tom sama sekali tak bergerak, ia masih terus menempel pada sang majikan agar tetap mendapatkan kehangatan, kucing besar itu memang sangat manja, Tom juga sangat lucu, terlebih dengan badannya yang gendut, serta bulunya yang halus dan panjang, membuat siapa pun menjadi gemas saat melihatnya.

Reynald berusaha bangun, meski matanya masih mengantuk, semalam ia kurang tidur, akibat begadang memikirkan Clowsien, apa lagi setelah ia tau siapa wanita itu sebenarnya, tentu saja hal itu semakin mengusik pikirannya, bukan karena tertarik akan pesona Clowsien, namun lebih kepada rasa takut, sebab Clowsien bukan lah wanita biasa, melainkan seekor serigala.

Reynald kembali bergidik kala mengingatnya, apa lagi saat mengingat mata merah dan juga ekor putih itu, membuatnya semakin takut. Seketika Reynald menoleh ke arah Tom, ia meraih kucing itu dan mendekapnya erat.

"Tom mulai sekarang kau harus lebih berhati-hati lagi, jangan berkeliaran sendiri di rumah ini, ok!"

Gumamnya memberi peringatan pada sang kucing, Tom membalasnya dengan mengeong, seolah mengerti dengan ucapan dari sang majikan.

Reynald beranjak dari tempat tidurnya, tak lupa sambil menggendong Tom, ia harus berhati-hati, jangan sampai kucing kesayangannya itu di mangsa oleh Clowsien.

"Tom, apa kau lapar?"

"Meong," balas sang kucing, seakan memberi kode kalau ia sudah lapar.

Reynald segera mengambil whiskas dan menuangkannya ke dalam wadah makanan Tom, kucing itu pun segera mendekat dan memakannya dengan cepat, dalam sehari Tom bisa menghabiskan satu kotak whiskas ukuran besar, hal ini terlihat dari bobot badannya yang sangat gempal dan juga montok.

Selain Tom menyukainya, whiskas juga memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk menjaga kesehatan kulit dan bulu yang indah, wajar saja bulu Tom sangat halus dan juga cantik, membuat Reynald semakin sayang dengan hewan peliharaannya itu.

"Selamat pagi tuan Rey, mau sarapan dengan apa?"

Sapa bi Maryam dengan hangat, saat melihat Reynald sudah bersama Tom.

"Seperti biasa bi, saya mau cuci muka dulu!"

"Baik tuan Rey, segera bibi siapkan,"

Wanita paruh baya itu pun segera bergegas menyiapkan sarapan, sedangkan Reynald menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

Tak lama kemudian Clowsien datang, netranya langsung menangkap Tom yang tengah asik menyantap makanannya, ia segera mendekat dan berjongkok tepat di samping Tom, matanya seketika berbinar kala memandang hewan kecil itu, ia terlihat senang, sama senangnya ketika ia mendapatkan ayam goreng, Clowsien tampak menyukai hewan kecil itu.

"Hallo kucing manis, apa makanan mu enak?"

Clowsien menyapa dengan hangat, Tom menoleh sekilas, lalu mengeong, keduanya seolah sedang berkenalan satu sama lain. Setelah itu Tom kembali melanjutkan makanannya, ia makan dengan sangat lahap, sampai-sampai Clowsien menelan air liur saat melihatnya.

Reynald yang baru saja tiba, langsung melihat ekspresi Clowsien yang sedang menelan air liur saat menatap Tom, terbesit di pikirannya, jangan-jangan Clowsien sedang mengincar Tom untuk menjadi mangsanya, tanpa pikir panjang Reynald segera berlari ke arah Tom, secepat kilat ia meraih Tom dan mendekapnya, Tom tampak mengeong dengan perlakuan majikannya yang secara tiba-tiba menghentikan aktifitas makannya itu.

Sedangkan Clowsien terlihat kaget, namun ia masih tersenyum saat melihat Tom, sepertinya Clowsien juga ingin menggendong kucing lucu itu.

"Apa yang kau lakukan?

Apa kau menginginkan Tom?"

Tanya Reynald penuh selidik, sambil terus mendekap Tom, kucing itu terdengar mengeong, sepertinya ia masih ingin melanjutkan sarapan paginya.

"Apa aku boleh menggendongnya?"

Clowsien menyodorkan kedua tangannya, bermaksud untuk menggendong, namun buru-buru Reynald mengatakan tidak.

"Kucingnya sangat lucu, gendut lagi,"

Ucap Clowsien lagi dengan mata berbinar.

Tom terdengar mengeong, sepertinya ia juga menyukai Clowsien. Namun berbeda dengan Reynald, ia memandang Clowsien penuh curiga, keningnya terlihat mengkerut saat Clowsien mengatakan Tom gendut, membuat ia semakin berfikir yang aneh-aneh.

"Lebih baik kau makan saja, itu di sana bi Maryam sudah menyiapkan semuanya," sahut Reynald cepat seraya menunjuk ke arah meja makan, di sana sudah tersedia beberapa menu sarapan, mulai dari roti, susu, beberapa cemilan, ada juga nasi goreng dan juga ayam goreng di sana, Clowsien seketika tersenyum saat melihat sepiring penuh ayam goreng, ia segera berlari menuju meja makan, melupakan Tom yang dari tadi sudah mencuri perhatiannya.

Happp...

Satu paha ayam goreng berhasil meluncur masuk ke dalam mulutnya, ia tampak kesusahan mengunyah, sebab mulutnya terisi penuh dengan satu paha ayam goreng, hanya dalam hitungan detik, beberapa potong ayam sudah berhasil ia habiskan, piring yang tadinya terisi penuh, sekarang hanya tinggal menyisakan beberapa potong saja.

Sedangkan Reynald hanya menyaksikan dari jauh, ia terlihat menggeleng tak percaya, 'bagaimana tubuhnya bisa tetap langsing, sedangkan ia makan seperti orang kesurupan,' gumamnya tak percaya.

"Apa kau tidak makan?"

Clowsien berteriak dengan mulut yang masih mengunyah, sambil memegang satu buah paha ayam di tangannya, lagi-lagi Reynald menggeleng, meski perutnya lapar, tapi sepertinya ia sudah tak berselera.

"Benar kau tidak mau?"

"Tidak! Kau habiskan saja semuanya, sekalian dengan piringnya!"

Sahut Reynald dengan kesal.

Tak lama kemudian pak Han datang, ia tersenyum ringan ke arah Clowsien, ia sedikit aneh dengan cara makan Clowsien, yang di anggapnya tidak seperti wanita kebanyakan pada umumnya.

"Selamat pagi tuan Rey, apa anda sudah sarapan?"

Reynald menggeleng, tatapannya masih tertuju pada Clowsien yang masih sibuk menyantap makanannya.

"Hari ini jadwal anda free tuan Rey!"

Ucap pak Han lagi, namun Reynald tetap diam, tapi sedetik kemudian ia mengingat sesuatu.

"Terima kasih pak Han, kebetulan sekali, hari ini saya ada misi penting!"

Sahutnya sambil melihat Clowsien dengan tatapan penuh arti.