Chereads / My Clowsien / Chapter 17 - Selamat Tinggal Clowsien

Chapter 17 - Selamat Tinggal Clowsien

Pandangannya masih terfokus pada sebuah meja besar, di atasnya tersedia berbagai macam jenis daging, tampak beberapa kali ia mengerjapkan matanya, sesekali pula mata itu berbinar, kala mencium aroma daging yang terbawa angin, sambil terus membayangkan lezatnya makanan.

Reynald menangkap pemandangan itu, di lihatnya Clowsien yang tengah melirik daging lezat yang berada tepat di depannya, mulutnya pun terlihat menganga, bahkan tanpa ia sadari tetesan air liur berhasil lolos dari mulut mungilnya.

"Dia sangat memalukan!"

Sambil menggerutu, Reynald segera mengambilkan piring, kemudian memasukkan beberapa potong daging sapi, tak lupa juga ia mengambil beberapa potong ayam goreng, sampai piring terisi penuh baru lah ia memberikannya pada Clowsien.

"Ini makan lah dengan kenyang!"

"Wahh daging banyak sekali, pasti rasanya enak!"

Clowsien berseru, matanya tak berhenti berbinar kala melihat satu piring penuh yang berisikan daging, ia pun mengikuti Reynald.

"Kau duduk saja di sini, nikmati makanan mu, jangan"...

Belum selesai Reynald melanjutkan kalimatnya, mulut Clowsien telah terisi penuh dengan daging, ia terlihat kesulitan dalam mengunyah.

"Hei kau, bukan kah sudah ku bilang kalau makan itu perlahan saja, kau bisa tersedak lagi kalau makan mu tetap seperti itu!"

Reynald mengoceh panjang lebar, namun Clowsien seolah tak mendengar, ia terus saja mengunyah, bahkan ia terus memasukkan daging ke mulutnya, di saat mulutnya masih terisi penuh, melihat hal itu membuat Reynald semakin ilfeel, dia sudah tak sabar menunggu kapal itu berangkat.

"Apa kau tidak makan?"

Clowsien terlihat kesusahan dalam bicara, banyaknya makanan di mulutnya, membuat ucapannya terdengar kurang jelas, beruntung Reynald masih mengerti dengan ucapannya.

"Kau saja yang makan, aku sudah tak berselera!"

Reynald mendengus kesal, sedangkan Clowsien terlihat begitu bahagia, meski mulutnya penuh daging, namun ia masih tersenyum, wajahnya seketika bersinar, pipinya merona, dengan mata indah yang tak henti-hentinya berbinar, ia terlihat sangat cantik, Reynald sejenak memandang Clowsien, dalam hatinya berkata, andai saja Clowsien bukanlah serigala, mungkin dia tidak akan berniat meninggalkan Clowsien di sini.

Suasana di atas kapal sudah semakin ramai, banyak para pengunjung yang datang, sekedar untuk mencicipi berbagai jenis olahan daging, sekaligus berekreasi ke kota seberang, sesuai jadwal kapal akan berangkat sekitar satu jam lagi, Reynald terlihat sudah tak sabar, rasanya waktu berjalan lambat, namun ia harus memastikan sampai kapal itu berangkat Clowsien tetap berada di dalamnya.

"Apa aku boleh minta daging lagi?"

Clowsien menyodorkan piringnya yang telah kosong, Reynald menggeleng kesal, namun ia tetap meraih piring itu dan mengambilkannya lagi untuk Clowsien.

Sambil sesekali ia mengoceh, Reynald tampak tersenyum kepada para pengunjung, beruntung di sana tak ada yang meminta tanda tangannya, mungkin karena pengunjungnya banyak dari kalangan orang tua, jadi mereka tak begitu menghiraukan dengan kehadiran Reynald di sana.

Selesai mengambil makanan, Reynald segera kembali menghampiri Clowsien yang tampak kehausan, namun ia terlihat bingung, begitu banyak jenis air yang ada di atas meja, bahkan dengan warna-warna yang sangat mencolok.

Sadar akan hal itu, Reynald pun mengambil sebotol air mineral, ia tak mau memberikan air soda ataupun minuman yang lainnya, Clowsien pasti protes jika itu bukan air putih.

"Ini minumlah!"

Reynald terlihat malas-malasan, namun ia tetap melayani Clowsien layaknya seorang majikan, bahkan hal seperti ini saja belum pernah ia lakukan pada Irene, wanita pujaan hatinya. Seketika Reynald mengingat Irene, apa kabar dengan gadis itu, setelah kembali ke rumah, ia belum sempat bertemu Irene, ini semua karena Clowsien, ia harus fokus mengurus Clowsien sampai wanita itu benar-benar pergi dari hidupnya, baru ia akan menemui Irene.

"Uahhhh... Ini segar sekali, aku pikir kau akan memberikan ku air menggigit itu lagi,"

Clowsien tak henti-hentinya tersenyum, sedangkan Reynald tampak membuang muka, lalu kembali melihat Clowsien dengan wajah juteknya.

"Apa sekarang kau masih ingin makan?

Bodoh kalau aku menanyakan hal itu, lambung mu terbuat dari karet, tentu saja sepiring makanan belum cukup untuk mu," sungutnya dengan kesal.

Namun Clowsien hanya tersenyum, ia kembali menyantap makanannya dengan cepat. Reynald kembali duduk di sampingnya, sambil terus menoleh ke arah jarum jam, ia tersenyum miring kala melihat waktu yang kini sudah berjalan cepat, hanya tinggal beberapa menit lagi kapal akan segera berangkat, Reynald kembali menoleh ke arah Clowsien, di lihatnya wanita itu lagi, ia masih terlihat sibuk dengan makanannya, 'mungkin yang ada di otaknya kini hanyalah makan,' batin Reynald dengan kesal.

Sambil terus memperhatikan keadaan sekitar, Reynald sedikit menoleh ke arah bawah, air laut benar-benar tampak biru dan indah, namun entah mengapa Clowsien tidak menyukainya, perduli apa, yang penting sekarang Clowsien harus segera pergi.

"Hei Clowsien, kau tunggu lah di sini, aku akan ke belakang sebentar!"

"Memangnya kau mau kemana?"

Clowsien masih merespon Reynald meski mulutnya terus mengunyah.

"Kau habiskan saja makanan mu, aku akan segera kembali, ok!"

Reynald tersenyum lebar, Clowsien menjawabnya dengan sebuah anggukkan, Reynald segera berlari menuju belakang kapal, namun setelah Clowsien tak memperhatikannya lagi, buru-buru ia keluar, di lihatnya Clowsien yang masih sibuk menyantap makanannya, dengan langkah cepat Reynald menuju pintu keluar dan segera turun dari atas kapal.

"Akhirnya, aku sekarang bebas!"

Serunya dengan tersenyum, sambil memandang ke arah kapal, ia segera menuju mobil yang tempatnya tak jauh dari kapal, ia menunggu sejenak sampai kapal itu benar-benar berangkat.

"Reynald meraih ponselnya, sekedar untuk memastikan sudah jam berapa, dan benar saja hanya dalam hitungan detik, kapal itu pun berangkat. Reynald tersenyum lebar, tak lupa dengan sedikit menyeringai.

Di dalam kapal Clowsien tampak terkejut saat merasakan getaran pada kapal, ia merasakan kapal itu berjalan, segera ia meletakkan piringnya, kemudian berpegangan, ia terlihat bingung, apa yang sebenarnya terjadi, sampai beberapa saat, getaran itu hilang, Clowsien mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Reynald, ia berlari menuju pintu keluar, namun sia-sia karena yang di lihatnya kini hanya lah air laut.

Clowsien berpegangan, ia harus bisa mengendalikan perasaannya sekarang, Reynald yang masih berada di dalam mobil, seketika melihat Clowsien yang berdiri di ujung kapal.

"Apa yang dia lakukan di sana?"

Reynald segera meraih teropong yang berada di mobilnya, ia memfokuskan teropong itu tepat ke arah Clowsien, di lihatnya ekspresi Clowsien yang sangat ketakutan, tangannya berpegangan kuat pada kapal, wajahnya terlihat sedih, namun tiba-tiba Reynald tersentak kala melihat ada air mata yang keluar dari matanya.

"Apa dia menangis?!"

Reynald kembali mengarahkan teropongnya, di lihatnya lagi wanita itu, dan benar saja Clowsien terlihat sedang menangis, baru kali ini ia melihat Clowsien menangis, ia jadi tak tega, namun buru-buru ia menepisnya, ia tak boleh luluh hanya karena sebuah tangisan.