Hujan tiba-tiba turun, di saat cuaca terlihat terang, tak ada mendung apa lagi awan hitam di atas sana, cuaca seolah mewakili kesedihan Clowsien saat ini, Reynald melihat keanehan, bagitu juga dengan para pengunjung yang ada di atas kapal, semua tampak tak percaya, kenapa hujan tiba-tiba saja turun, di saat cuaca sedang cerah.
Di tengah keanehan itu, para pengunjung segera berlari mencari perlindungan, suasana di dalam kapal seketika menjadi riuh, tampak di antara mereka saling berdesak-desakan agar dapat segera masuk, namun tidak dengan Clowsien, ia tetap berdiri di sudut kapal, Reynald menatapnya dari jauh, berharap Clowsien segera berteduh.
"Mengapa dia benar-benar bodoh, apa yang akan dia lakukan sekarang?"
Umpatnya dengan kesal, walau bagaimana pun Reynald masih punya perasaan, meski Clowsien sudah membuatnya repot selama ini, namun Clowsien juga sudah banyak membantunya.
"Tidak, aku tidak boleh lemah, ingat Reynald dia itu bukan manusia!"
Ucapnya bicara sendiri, ia masih berpikir buruk tentang Clowsien, sudah sejauh ini ia tidak boleh menyerah begitu saja, dengan cepat ia menghidupkan mesin mobilnya, dan melaju dengan kencang.
Namun di tengah-tengah mengemudi, Reynald mengingat sesuatu, kepalanya tiba-tiba sakit, ia segera menepi, kembali terlintas di benaknya, pada saat kecelakaan mobil itu terjadi, di saat mobilnya terjatuh ke jurang, ia sempat membuka matanya, namun tiba-tiba ia melihat wajah Clowsien, sampai matanya kembali tertutup, dan ia lupa segalanya.
Reynald kembali mengingat saat ia masih berada di hutan, Clowsien yang sudah banyak membantunya, berkat bantuan Clowsien juga ia bisa keluar dari hutan, ia teringat akan ucapan Clowsien, di mana ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi, lagi-lagi Reynald terlihat bimbang, apa yang harus ia lakukan sekarang.
"Kenapa aku harus perduli, suatu saat dia bisa saja memangsa ku kalau sedang lapar,"
Gerutunya sambil bergidik, namun sedetik kemudian, ia kembali berfikir, bukankah selama ini ia bisa saja di mangsa oleh Clowsien, tapi Clowsien tak pernah melakukannya, bahkan pada saat di hutan sekalipun Clowsien tak pernah berniat untuk memangsanya.
"Ahh... Kenapa aku terus memikirkan wanita parasit itu," umpatnya dengan kesal.
Sedangkan di atas kapal, hujan turun semakin lebat, semakin deras Clowsien mengeluarkan air mata, semakin deras pula hujan yang turun, ia terlihat menyedihkan, namun ia juga tak boleh lemah.
Dengan mengumpulkan segenap tenaganya, Clowsien berlari ke dalam kapal, ia berniat mencari ruangan kosong, satu persatu ruangan ia masuki, namun selalu mendapati orang di dalamnya, tak jarang ia mendapat cacian ataupun teriakan dari pemilik ruangan.
Di tengah kepanikannya, Clowsien berhasil menemukan kamar kosong, beruntung tak ada orang di dalamnya, ternyata ruangan itu adalah toilet, meski ia tak tau pasti sedang berada di ruangan apa sekarang, yang penting bisa ia gunakan untuk bersembunyi, sebab ia bisa saja berubah di saat sedang ketakutan, bahkan di saat emosi wujudnya dengan cepat bisa berubah, walau bagaimana pun ia tak boleh menunjukkan wujud aslinya di depan umum.
"Kemana dia pergi, hiks... hiks... "
Clowsien terus menangis, ia tak tau apa yang akan terjadi dengannya sekarang, Reynald telah berbohong padanya, bahkan ini untuk yang kedua kalinya Reynald meninggalkan ia sendiri.
"Ayah... Ibu... Aku merindukan kalian!"
Lirihnya seraya menyeka air mata yang terus saja jatuh, ingatannya kembali hadir kala mengingat kedua orang tuanya, terlintas di benaknya pada saat kedua orang tuanya tersenyum untuk terakhir kalinya, namun karena air laut ia tidak bisa melihat senyuman itu lagi.
Ia harus kehilangan kedua orang tuanya di saat usianya masih sangat kecil, air laut telah menenggelamkan keduanya, di hari kejadian, orang tua Clowsien tengah berenang di laut, karena asiknya berenang mereka sampai tak melihat ada ombak besar yang datang, keduanya pun tak sempat menghindar.
Clowsien yang saat itu tengah bermain pasir di bibir pantai, hanya bisa menyaksikan kedua orang tuanya di gulung ombak, ia berteriak histeris meminta pertolongan, namun ombak besar itu dengan sekejap menyapu keduanya, mereka seketika menghilang bersama dengan suara tangisan Clowsien yang semakin kencang, pada saat itu juga, hujan tiba-tiba turun, seolah ikut merasakan kesedihan yang Clowsien alami, karena itu lah ia tidak suka dengan air laut, dan selalu ketakutan saat melihatnya.
Namun kejadian hari ini membuatnya kembali mengingat kisah pahit itu, dalam kedinginan ia menangis sejadi-jadinya, bahkan suaranya sampai sesenggukkan, mendengar ada suara yang aneh dari dalam toilet membuat seseorang yang berada di luar memanggilnya, namun Clowsien tetap tak bergeming, ia terus saja menangis.
"Hei, apa ada orang di dalam?"
Lagi-lagi suara itu terdengar dari luar, namun Clowsien masih tak menjawab,
ia kembali menyeka air matanya, untuk beberapa saat ia sudah merasa lega, namun ia belum berani untuk keluar, ia takut orang-orang akan mencurigainya nanti. Apa lagi sekarang matanya mulai tampak merah menyala, hal ini di karenakan perasaannya yang teramat sedih.
Tok... Tok... Tok...
Kembali terdengar suara ketukan dari luar, namun Clowsien tetap terdiam dengan wajah cemasnya.
"Hei buka pintunya! Apa ada orang di dalam?"
Teriakan seseorang dari luar kembali terdengar, sama seperti tadi, kali ini suara dari seorang pria terdengar sangat lantang.
"Hei buka pintunya!"
Teriak orang itu lagi, namun Clowsien tak bisa menjawab, ia bingung harus berbuat apa sekarang, ia kembali terduduk, kemudian mengedarkan pandangannya, berusaha mencari celah agar bisa keluar dari tempat itu, namun tampaknya tak ada jalan baginya untuk keluar, sedangkan ia tak punya cukup kekuatan agar bisa menghilang, tubuhnya seakan melemah.
"Aku harus bagaimana sekarang?"
Lirihnya seraya kembali mengedarkan pandangannya, hanya ada celah sempit di sana, letaknya pun berada di pojok atas ruangan, celah sebagai tempat pertukaran keluar masuknya udara, Clowsien mendengus kesal, sedangkan di luar sana sudah terdengar suara dari orang-orang yang memanggil, mungkin sudah banyak yang mengantri untuk masuk ke toilet.
Terlihat dari luar sana, barisan para pria yang berdiri tak beraturan, mereka terlihat kesal, sebab sudah tak sabar ingin membuang sisa makanan yang tidak lagi di butuhkan, bahkan di antaranya ada yang sampai buang gas, membuat beberapa orang semakin kesal, sesekali mereka mengumpat, sambil terus berteriak, memanggil seseorang yang berada di dalam toilet, namun yang di panggil belum juga keluar, jangan kan keluar, menjawab teriakan dari mereka saja tidak.
"Buka pintunya sekarang! kalau tidak pintu ini akan kami dobrak!"
Teriak suara itu lagi dari luar toilet, Clowsien semakin panik, tubuhnya pun gemetar, entah apa yang akan terjadi dengannya saat ini.
"Ibu, ayah, tolong aku!"
Ucapnya dengan cemas, ia tampak frustasi, jangan sampai orang-orang di luar sana melihat wujud aslinya sekarang.