Chereads / My Clowsien / Chapter 22 - Penolakan

Chapter 22 - Penolakan

Alunan musik terdengar begitu syahdu, membuat suasana di cafe Casanova terkesan begitu romantis, Reynald kembali mengatur nafasnya secara perlahan, wajahnya terlihat gugup namun juga bahagia.

"Apa kau tidak makan?"

Tanya Irene tiba-tiba saat melihat makanan Reynald yang masih utuh, belum ada makanan yang berhasil masuk ke mulutnya selain air putih, dari tadi ia hanya terlihat mengaduk-ngaduk makanan tanpa memasukkan ke dalam mulutnya.

Reynald menggeleng, namun sedetik kemudian ia mengangguk, ia terlihat salah tingkah saat berhadapan dengan Irene, kembali Reynald menarik nafasnya dengan pelan, lalu membuangnya secara perlahan, kemudian ia kembali bicara.

"Irene!"

Serunya dengan pelan sambil menatap Irene.

"Iya, ada apa?"

Balas Irene cepat sambil terus mengunyah, ia tampak menikmati makan malamnya tanpa merasa canggung sedikit pun.

"Ada yang ingin aku katakan,"

Reynald terhenti, ia belum melanjutkan kalimatnya sebelum Irene memberikan respon.

"Katakan saja!"

Sahut Irene singkat sambil meraih segelas air minum yang ada di depannya. Reynald kembali menarik nafas, entah sudah berapa kali ia melakukannya, ia mengumpulkan keberaniannya, kali ini ia tidak boleh gagal.

"Aku, aku suka kamu,"

"Byurrrr,"

Seketika semburan air keluar dari mulut Irene, sontak hal itu membuat Reynald terkejut sekaligus bingung, dengan cepat ia meraih tissu dan mengelap wajahnya, entah mengapa Irene juga terkejut saat mendengar ucapan Reynald, padahal ia sudah tau kalau Reynald begitu menyukainya.

"Apa? kau bilang apa barusan?"

Tanya Irene lagi, meski ia sudah cukup jelas mendengarnya, namun sekedar memastikan kalau pendengarannya masih baik-baik saja.

"Aku menyukai mu!"

Kali ini ucapan Reynald terdengar lantang, tak ada rasa gugup sedikit pun di wajahnya seperti saat awal tadi.

Sedangkan Irene tampak kembali mengambil air minum dan langsung menengguknya, kali ini minumannya berhasil lolos.

"Tapi Rey, aku tidak menyukai mu,"

Balas Irene dengan enteng, ia terlihat sedikit angkuh, tanpa memikirkan perasaan Reynald terlebih dahulu, wajah Reynald yang tadinya berseri, kini mulai tampak memerah, apa lagi saat mendengar ucapan Irene, ia masih tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Maksud mu? Tapi kenapa? Bukan kah kita sudah lama kenal!"

Protes Reynald tak percaya dengan ucapan Irene.

"Kita memang sudah lama kenal, tapi aku tidak menyukai mu, lagi pula kau bukan tipe ku Rey!"

Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Irene, membuat Reynald sesaat membeku mendengarnya, bagaimana bisa seorang Irene tidak menyukainya, ia tampan, terkenal dan juga kaya, begitu banyak wanita yang mengidolakannya, tapi kenapa Irene tidak, pikiran Reynald terus bergejolak seiring dengan rasa kecewa di hatinya.

"Apa kau menyukai orang lain?"

Terka Reynald asal, sepertinya ia belum bisa menerima kenyataan.

"Meski aku sudah menyukai orang lain, itu juga bukan urusan mu!"

Balas Irene dengan ketus, membuat Reynald seketika terdiam, ia tak habis pikir Irene akan menolaknya mentah-mentah seperti ini.

"Maaf Rey, selama ini aku hanya menganggap mu sebagai teman, tidak lebih dari itu!"

Tambah Irene lagi sambil menatap Reynald.

Dengan berat Reynald menganggukkan kepalanya, merasakan kesedihan yang teramat dalam di hatinya, namun juga berusaha kuat untuk tetap tersenyum di depan Irene.

"Sekali lagi aku minta Maaf ya Rey, sepertinya aku harus pulang sekarang, kau lanjutkan saja makan malamnya,"

"Oh, iya tentu saja, apa perlu ku antar?"

Sahut Reynald menawarkan.

"Tidak perlu, aku bawa mobil sendiri, selamat malam Rey,"

"Iya, selamat malam juga!"

Irene berlalu dengan meninggalkan Reynald yang terduduk lemas di tempatnya, berpikir sejenak menata hatinya yang kini hancur, Irene yang telah lama mengisi relung hatinya, dengan begitu mudah menolak cintanya.

Reynald masih terdiam, sudah hampir setengah jam berlalu, namun ia belum juga beranjak dari sana, tatapannya terlihat kosong, lebih tepatnya ia sedang bengong, masih belum bisa menerima kenyataan akan cintanya yang di tolak oleh seorang wanita, maklum saja selama ini banyak wanita yang sudah menyatakan cintanya, namun Reynald selalu saja menolak, hanya karena seorang Irene.

"Aku tak percaya ini, huh!"

Reynald mendengus, kali ini ia beranjak dari tempat duduknya, sepertinya pulang ke rumah adalah solusi yang tepat, ia tak boleh larut dalam kesedihan, hanya karena di tolak oleh seorang wanita, toh masih banyak wanita di luar sana yang sudah lama mengantri untuk menjadi pacarnya, pikirnya menghibur diri.

Pak Han yang sejak tadi menunggunya di luar, terlihat segera berdiri ketika melihat Reynald berjalan ke arahnya.

"Kita pulang sekarang tuan muda?"

Tanya pak Han, yang di sambut dengan sebuah anggukkan dari Reynald, dengan cepat pak Han membukakan pintu mobil, Reynald pun bergegas masuk, di susul dengan pak Han yang juga ikut masuk.

Mobil itu pun segera melaju dengan kecepatan sedang, terlihat pak Han yang sedang memperhatikan Reynald, ia merasa sedikit aneh dengan tuan mudanya yang terlihat tak bersemangat dan sedikit murung itu.

"Apa telah terjadi sesuatu tuan Rey?"

Tanya pak Han di sela mengemudinya, ia terlihat khawatir dengan raut wajah Reynald yang tampak murung.

"Tidak pak, saya baik-baik saja!"

Sahut Reynald meyakinkan, meski terlihat jelas kesedihan di wajahnya, namun ia berusaha menutupinya.

"Syukurlah kalau begitu!"

Ucap pak Han sambil terus fokus mengemudi, walau sebenarnya ia tahu kalau tuan mudanya itu sedang tidak baik-baik saja, namun sebagai seorang anak buah, ia tidak boleh terlalu banyak bertanya.

Reynald segera meraih ponselnya, sekedar ingin berselancar di dunia maya, namun belum sempat ia menggeser layar ponselnya, buru-buru ia meletakkan lagi, ia semakin tak bersemangat, sambil bersandar Reynald mengedarkan pandangannya pada jalanan sekitar, lalu lintas malam ini cenderung sepi, membuat mobil yang di kendarai pak Han berjalan tanpa hambatan, tak ada kemacetan apa lagi suara bising dari kendaraan.

Reynald terus menatap jalanan sekitar, namun di tengah perjalanan, ia tak sengaja melihat penjual ayam goreng yang berada di pinggir jalan, seketika ia mengingat Clowsien.

"Pak Han, kita berhenti sebentar di depan jalan!"

Perintah Reynald dengan sopan.

"Baik tuan Rey!"

Balas pak Han sambil mengangguk.

Tak lama kemudian, mobil pun berhenti tepat di samping penjual ayam goreng, Reynald bergegas turun di ikuti dengan pak Han yang mengekor dari belakang.

Reynald segera memesan ayam goreng, cukup banyak yang ia pesan, mengingat bukan hanya Clowsien yang akan menyantapnya, namun ada bibi Maryam dan pak Han juga tentunya.

Sedangkan Reynald sendiri tidak begitu menyukainya.

Tak butuh waktu lama pesanan ayam goreng pun siap, seperti biasa Reynald membawa bungkusan itu dengan sedikit mendengus, semenjak Clowsien di rumahnya, ia jadi lebih sering membelikan ayam goreng untuk wanita itu.

"Apa kita langsung pulang tuan Rey?"

Tanya pak Han ketika sudah berada di dalam mobil.

"Iya pak Han, Clowsien pasti sudah tak sabar menunggu ayam gorengnya!"

Celetuk Reynald dengan cepat membuat pak Han tak bisa menahan tawanya.