"Wah, kau benar-benar keren!"
Puji Clowsien dengan mata berbinar, sedangkan Reynald tampak tersenyum lebar mendengarnya, meski Clowsien bukan wanita biasa, namun mampu membuat Reynald salah tingkah saat mendengarnya.
"Tuan muda tampan sekali!"
Kali ini pujian di layangkan oleh bibi Maryam, wanita paruh baya itu pun memuji dengan tulus, seulas senyum juga terlihat dari bibirnya, lagi-lagi Reynald tersenyum sumringah mendengarnya, dua orang wanita dengan suka rela telah mengagumi ketampanannya, sudah bisa di pastikan kalau Irene juga akan mengatakan hal yang sama, pikir Reynald dengan pasti.
"Apa saya begitu tampan bi?"
Tanya Reynald penuh percaya diri pada bibi Maryam, sekedar ingin memastikan pujian dari wanita paruh baya itu.
"Tentu saja tuan Rey, anda benar-benar tampan, apa tuan muda malam ini ada acara yang begitu penting?"
Kali ini giliran bibi Maryam yang bertanya.
"Tentu saja bi, malam ini saya akan bertemu Irene,"
Balasnya dengan tersipu malu, sedangkan bibi Maryam terlihat biasa saja saat mendengar nama Irene, entah mengapa ia kurang suka dengan wanita itu, padahal bibi Maryam sendiri belum pernah bertemu langsung dengan Irene, hanya sering mendengar dari namanya saja.
"Apa aku boleh ikut?"
Tanya Clowsien dengan mata berbinar, namun buru-buru Reynald menentangnya, mana mungkin ia membawa Clowsien untuk bertemu Irene.
"Hei, kau di rumah saja dengan bibi Maryam, nanti aku belikan ayam goreng yang banyak untuk mu dan juga bibi Maryam!"
"Tapi aku mau ikut," rengek Clowsien cepat.
"Aku akan berkencan malam ini, jadi kau mana boleh ikut!"
Sahut Reynald dengan ketus, sedangkan Clowsien terlihat bingung sambil terus mencerna kata-kata Reynald.
"Berkencan itu apa?" Tanya Clowsien penasaran, Reynald hanya mendengus mendengarnya, setelah pulang nanti ia akan menjelaskan pada Clowsien.
Tanpa terasa waktu telah menunjuk pukul 7 malam, sudah saatnya bagi Reynald untuk pergi, pak Han sudah bersiap menunggu di mobil, meski awalnya Reynald menolak untuk di antar pak Han, namun akhirnya ia bersedia setelah mendengar penjelasan dari pria paruh baya itu.
Dengan mengenakan kemeja yang di padukan dengan jas semi formal, crop pants dan sepatu loafer, Reynald terlihat begitu gagah dan juga tampan. Setelan ini merupakan gaya kebanggaan Reynald ketika menghadapi momen penting. Selain gayanya yang memang banyak di gandrungi oleh kaum pria, cropped pants juga mudah di padu dengan berbagai macam outfit dan sangat cocok di pakai baik dalam acara formal maupun non formal.
"Semoga Irene menyukai penampilan ku malam ini!"
Gumamnya seraya menaiki mobil miliknya, ia terlihat sudah tak sabar untuk bertemu dengan Irene.
"Apa kita berangkat sekarang tuan Rey?" tanya pak Han sebelum menghidupkan mesin kendaraan.
"Iya pak, kita ke cafe Casanova!"
Sahut Reynald yang di sambut dengan sebuah anggukan dari pak Han. Mobil itu pun segera melaju dengan kecepatan sedang, jalanan tampak sedikit ramai, terlihat dari banyaknya kendaraan yang berlalu lalang, Reynald tak hentinya tersenyum kala memikirkan tentang Irene, ia sudah tak sabar untuk segera menemui wanita yang sudah mencuri hatinya itu. Pak Han pun ikut tersenyum saat memperhatikan Reynald dari kaca spion, sepertinya pak Han mengetahui kalau tuan mudanya itu sedang jatuh cinta.
Tak butuh waktu lama, mobil yang di kendarai pak Han pun tiba di cafe Casanova, salah satu cafe terbesar dan termewah di kotanya, cafe ini pun terkenal sangat romantis sehingga banyak dari para pengunjung yang menggunakannya sebagai tempat kencan atau pun lamaran dengan sang kekasih. Begitu juga dengan Reynald, ia berharap hal romantis juga akan terjadi padanya dan Irene malam ini.
"Terima kasih pak Han!"
Ucap Reynald dengan tersenyum saat pak Han membukakan pintu mobil.
"Saya akan menunggu di sini tuan, semoga acaranya malam ini berjalan dengan lancar,"
Ucap Pak Han dengan sedikit membungkuk sebagai tanda hormat pada Reynald, pria paruh baya itu pun tersenyum saat memperhatikan Reynald.
"Pak Han, apa menurut mu penampilan saya tidak berlebihan malam ini?"
Tanya Reynald sedikit malu-malu, ia sadar kalau pak Han dari tadi diam-diam memperhatikannya.
"Tentu tidak tuan muda, justru anda terlihat gagah dan juga tampan malam ini,"
Pujian dari pak Han lagi-lagi membuat Reynald tersenyum.
"Ah, pak Han bisa saja, baik lah kalau begitu saya masuk dulu ya pak!"
Pak Han mengangguk sambil kembali tersenyum ke arah Reynald, anak laki-laki itu kini sudah beranjak dewasa, batinnya sambil terus tersenyum, sedangkan Reynald terlihat sudah bergegas masuk ke dalam cafe.
Setibanya di dalam cafe, Reynald terlihat menatap ke sekeliling, ia segera mencari tempat duduk yang telah ia pesan, dan ternyata tempat duduk yang ia pesan tak jauh dari jalan pintu masuk cafe, Reynald berjalan pelan sambil mengedarkan pandangannya, suasana di dalam cefe begitu tampak tenang, alunan musik melow mulai terdengar di telinganya, semakin menambah kesan romantis pada cafe itu.
Reynald duduk tepat di meja nomor 3, sambil terus merapikan pakaiannya yang tidak kusut, ia terus memperhatikan jalan pintu masuk, namun belum terlihat Irene di sana, kembali ia mengatur nafasnya yang sedikit tak beraturan, entah mengapa ia merasa sedikit gugup, tak berapa lama yang di tunggu pun datang, Irene terlihat berjalan menuju pintu masuk, sebuah senyuman langsung terukir di wajah Reynald.
Dengan mengenakan dress berwarna cream, tak lupa dengan sepatu high heels dengan warna senada, juga dengan menenteng sebuah tas branded miliknya, Irene terlihat cantik malam ini, ia tersenyum ke arah Reynald sambil melambaikan tangannya, Reynald membalas senyuman itu dengan manis, namun ia masih terlihat gugup.
"Hai, maaf apa aku terlambat?"
Tanya Irene ketika sampai di meja Reynald.
"Ah, tentu saja tidak!"
Timpal Reynald cepat sambil mengatur detak jantungnya yang mulai tak beraturan.
"Kau cantik sekali malam ini!"
Ucap Reynald tanpa basa basi, ia berusaha melawan rasa gugupnya dengan memberikan sedikit pujian.
"Terima kasih, kau juga terlihat tampan malam ini!"
Irene pun tak mau kalah dengan membalas memuji, mendengar pujian itu, membuat Reynald semakin gugup sekaligus bahagia, beruntung ia tidak jatuh pingsan saking senangnya.
"Terima kasih!"
Sahut Reynald singkat, sambil meraih gelas minuman yang sudah tersedia di atas meja, keringat dingin tiba-tiba keluar dari pelipisnya, Irene yang melihat tingkah Reynald hanya bisa tersenyum simpul.
"Kau mau pesan apa?"
"Terserah mau pesan apa, aku menurut saja!"
Balas Reynald dengan malu-malu.
"Ok," Irene pun segera memanggil pelayan cafe, satu persatu menu ia pilihkan, setelah selesai pelayan itu pun segera bergegas mengambilkan pesanan, sedangkan Reynald terlihat tak berkedip menatap Irene.
"Kenapa kau terus melihat ku, apa ada yang salah?"
Tanya Irene ketika sadar sedang di perhatikan oleh Reynald.
"Tidak, hanya saja kau terlihat begitu cantik malam ini!"
Lagi-lagi Reynald melayangkan pujian, ia seperti sudah terhipnotis oleh Irene, entah apa yang akan terjadi padanya malam ini.