Reynald berlari kencang, ia tak menghiraukan lagi dengan air hujan yang turun, mobilnya terus melaju berharap secepatnya akan sampai tujuan. Hanya menempuh waktu sekitar satu jam, Reynald berhasil tiba di dermaga, tempat di mana kapal yang di naiki Clowsien akan berhenti.
Dan benar saja, kapal besar dengan warna putih itu perlahan menepi, Reynald segera berlari tepat sesaat kapal itu terhenti. Wajahnya terlihat cemas kala memikirkan nasip Clowsien, apa yang terjadi dengannya saat ini, semoga dia baik-baik saja, pikirnya penuh harap.
Dengan cepat Reynald menerobos masuk, terlihat beberapa orang tengah bersiap untuk keluar, Reynald mengedarkan pandangannya, memindai satu demi satu orang yang ada di sana, namun sepertinya tak ada Clowsien di antara mereka, ia kembali berlari menuju tempat di mana terakhir kalinya ia meninggalkan Clowsien, namun hanya ada bangku kosong di sana, Reynald menarik nafasnya pelan, mengatur detak jantungnya yang mulai tak beraturan.
Ia kembali berlari, kali ini mengarah ke dapur, mungkin saja ia akan mendapati Clowsien di sana, mengingat di sana tempat menyimpan banyak makanan, namun lagi-lagi Reynald tak menemukan Clowsien di sana, hanya ada beberapa orang koki yang terlihat sibuk membereskan sisa masakan.
"Kemana lagi aku harus mencarinya?"
Reynald terlihat bingung, ia menyesal karena sudah meninggalkan Clowsien di sana, ia terhenti sejenak, sambil kembali mengatur nafasnya yang mulai tersengal-sengal. Di tengah kebingungannya, ia mendengar suara gaduh dari belakang kapal, ia langsung berfikir, mungkin saja ada Clowsien di sana.
Reynald kembali berlari mencari arah sumber suara, ternyata suara itu berasal dari sebuah toilet, terlihat olehnya kerumunan orang-orang yang berada di depan pintu. Di antaranya terlihat sedang berbincang, mengatakan kalau ada suara dari dalam toilet, namun setiap di panggil tak ada jawaban.
Mendengar hal itu Reynald segera menghampiri.
"Mohon perhatiannya tuan-tuan!"
Suara Reynald terdengar lantang, Clowsien yang berada di dalam mendengarnya, ia hafal betul pemilik dari suara itu adalah Reynald.
"Anda siapa?"
Tanya salah satu di antara mereka.
"Paling juga ingin buang air!"
Sahut yang lainnya juga.
"Sebaiknya kita dobrak saja pintunya!"
Usul yang satunya lagi, namun seketika Reynald mendapatkan ide.
"Maaf sekali tuan-tuan, tadi saya mendengar dari pemilik kapal, kalau toilet ini sedang di perbaiki, dan ternyata ada seseorang yang terjebak di dalam!"
Sahut Reynald meyakinkan, namun mereka tak percaya begitu saja, dan tetap ingin mendobrak pintu.
"Tunggu!"
Reynald kembali berteriak.
"Biar saya berbicara dengan orang yang ada di dalam, kita tidak boleh merusak fasilitas di kapal ini, sebab semua ada undang-undangnya!"
Seketika orang-orang tadi terdiam, benar juga yang di katakan Reynald, mereka tidak boleh bertindak gegabah.
Reynald pun segera mendekat dan langsung mengetuk pintu.
"Clowsien apa kau ada di dalam? Kalau benar kau, cepat keluar lah aku menunggu mu di sini!"
Reynald berteriak, sesaat kemudian terdengar suara dari dalam, beberapa di antara mereka terkejut, sebab pemilik dari suara yang ada di toilet itu seorang wanita. Reynald menghela nafasnya, bersyukur karena itu adalah Clowsien.
"Maaf tuan-tuan, karena yang di dalam itu wanita, jadi tolong berikan jalan sebelum dia keluar, mungkin juga dia malu, sebab sudah salah masuk toilet!"
Reynald memberi pengertian, mereka pun segera menjauh dari depan pintu.
Tak lama kemudian pintu itu terbuka, dengan cepat Reynald meraih tangan Clowsien dan menutup kepalanya dengan jaket yang ia gunakan, sedangkan orang-orang tadi berebut masuk sambil terus mengoceh akibat ulah Clowsien, beruntung Reynald cepat menutup kepala Clowsien menggunakan jaketnya, kalau tidak mungkin Clowsien akan ketahuan.
Clowsien terlihat kedinginan, ia basah kuyup akibat terkena air hujan, Reynald mendekapnya sambil terus berjalan, beberapa orang tampak memperhatikan mereka, bahkan di antaranya ada yang mengatakan kalau Reynald pria romantis, terlihat dari caranya memperlakukan wanita dengan baik, mendengar hal itu Reynald hanya tersenyum simpul, padahal sebenarnya ia sedang menyembunyikan wujud Clowsien.
Reynald segera membawa Clowsien masuk ke mobilnya, ia berniat mencarikan baju untuk Clowsien.
Saat di dalam mobil, Reynald tampak terkejut, sebab mata Clowsien masih bersinar memancarkan warna merah, dengan cepat ia memalingkan muka, melihat ke arah depan, meski Clowsien mempunyai mata yang indah, namun cukup mengerikan jika matanya berwarna merah, apa lagi saat ini hanya ada mereka berdua, membuat Reynald sedikit bergidik.
"Kau dari mana saja? kenapa begitu lama, hampir saja aku ketahuan!"
Tanya Clowsien dengan lirih, masih terlihat jelas raut kesedihan di wajahnya.
"Oh itu, kebetulan tadi pak Han datang, ada sesuatu yang harus kami selesaikan!"
Reynald menjawab sekenanya, namun Clowsien merasa ada yang aneh, ia menaikkan sebelah alis matanya, seolah ada yang di tutupi.
"Ada apa, kenapa kau melihat ku seperti itu? Apa kau tak percaya?"
Protesnya sedikit kesal, namun Clowsien hanya menatapnya, dengan mata yang berkaca-kaca, ia seperti ingin menangis.
"Hei, jangan seperti itu, lihat mata mu itu sudah memerah karena kau sudah banyak mengeluarkan air mata, aku minta maaf kalau sudah membuat mu sedih,"
Reynald sedikit berceloteh, Clowsien tampak sedikit tersenyum, namun matanya masih terlihat memerah.
"Jangan menatap ku seperti itu!"
Ucapnya lagi terlihat takut, Reynald seketika gugup, ketika mata itu saling bertemu.
"Apa aku terlihat begitu menakutkan?"
Tanya Clowsien dengan mata berkaca-kaca.
"Ahh, bukan begitu, aku hanya gugup saja jika sedang di perhatikan oleh wanita,"
Reynald berusaha menghibur, padahal di hatinya begitu sangat ketakutan.
"Bagaimana kalau sekarang kita pulang saja?"
Usul Reynald cepat, sebelum air mata Clowsien kembali jatuh.
"Baik lah, aku juga sudah lapar!"
Clowsien memegangi perutnya yang mulai terasa kosong, Reynald menarik nafasnya dengan pelan, Clowsien memang tukang makan, di otaknya mungkin memang hanya ada makanan, pikirnya lagi.
Reynald segera menghidupkan mobilnya, dengan kecepatan sedang mobil itu pun melaju, butuh waktu sekitar 3 jam bagi mereka untuk sampai, mengingat kapal yang di tumpangi Clowsien sudah berlayar cukup jauh dari tempat mereka semula.
Belum terdengar pembicaraan lagi di antara keduanya, Reynald terlihat fokus mengemudi, sedangkan Clowsien terus menatap ke depan.
Setelah menempuh waktu sekitar satu jam, Reynald tiba-tiba berhenti tepat di sebuah toko baju, ia bergegas turun, sedangkan Clowsien menunggu di mobil.
Reynald terlihat bingung, entah baju apa yang cocok untuk Clowsien, ia terlihat asal-asalan, mengambilkan baju apa saja, yang penting itu baju wanita, satu set pakaian wanita berhasil ia dapatkan, dengan cepat ia membawakan bungkusan itu dan kembali bergegas menuju mobil, ia melangkah dengan terburu-buru.
Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti, ia terpaku saat melihat seseorang yang sangat ia kenal, seseorang yang sudah mencuri hatinya selama ini.
"Irene!"
Serunya sedikit berteriak, Reynald tersenyum, ia tak menyangka akan bertemu Irene di tempat ini, Irene membalas senyuman itu, entah apa yang sedang Irene lakukan di sana, sedangkan di dalam mobil, Clowsien terlihat semakin kedinginan.