"Selamat datang tuan muda," sapa bi Maryam setibanya Reynald di dalam rumah, Reynald mengangguk membalas sapaan dari bi Maryam, wanita paruh baya itu pun langsung bergegas menyiapkan makanan untuk tuan mudanya yang baru saja pulang.
Tak lupa Reynald membersihkan diri terlebih dahulu sebelum kembali melakukan aktifitasnya, seperti kata pak Han jadwalnya kini sudah mulai menumpuk, ada beberapa jadwal bertemu dengan penggemar, belum lagi pertemuannya dengan produser terkenal, menyangkut tanda tangan kontrak film baru Reynald yang akan segera di garap.
"Huhh," dengusnya sambil merebahkan tubuh di atas tempat tidur, Reynald menatap langit-langit kamar yang bermotifkan abu-abu itu, kembali ia mengingat Clowsien, 'wanita aneh itu, semoga saja ia betah berada di sana,' gumamnya sembari membenamkan wajah di atas tempat tidur, namun entah mengapa ia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, ia merasa sedikit lelah, mungkin juga ia butuh istirahat.
"Tuan muda makanannya sudah siap," teriak bi Maryam dari luar kamar.
"Ya bi sebentar lagi," sahut Reynald dari dalam.
Reynald kembali termenung, ia terlihat sedih saat melihat foto sang ibu yang tengah terpajang di atas nakas, kembali terlintas di benaknya kala mengingat senyuman sang ibu, senyuman yang mampu menenangkan dirinya di kala gundah, namun kini semua terasa hampa, sang ayah selalu sibuk bekerja, bahkan jika ia sedang menghilang pun sang ayah tidak pernah mengetahuinya.
Rumah besar dan megah itu terasa begitu sepi baginya, hanya bibi Maryam dan juga pak Han yang selalu setia menemaninya hingga saat ini.
"Mau bibi ambilkan sesuatu tuan muda?" Tanya bi Maryam di sela-sela pekerjaannya.
"Tidak usah bi, terima kasih," balas Reynald dengan sopan.
Wanita paruh baya itu sudah cukup lama mengabdikan hidupnya dengan bekerja di sana, bahkan saat Reynald masih berusia tujuh tahun, kala itu bibi Maryam yang selalu mengurus segala keperluan Reynald, di besarkan tanpa seorang ibu, membuat bibi Maryam merasa kasihan pada Reynald.
"Maaf tuan Rey, apa anda sudah makan?" Kali ini giliran pak Han yang bertanya, ia tak jauh berbeda dengan bibi Maryam, meski Reynald adalah majikannya, namun sudah seperti anak baginya, ayah Reynald pun sudah menyerahkan tanggung jawab penuh pada pak Han dan juga bibi Maryam.
"Apa hari ini ada jadwal untuk saya pak Han?" Ucap Reynald balik bertanya sembari beranjak dari tempat duduknya.
"Ya tuan, nanti siang ada pertemuan dengan produser James, menyangkut kontrak kerja untuk film terbaru tuan Rey," sahut pak Han menjelaskan.
"Baiklah, tolong siapkan segala sesuatunya ya pak,"
Pak Han mengangguk, ia segera bergegas menyiapkan segala sesuatu yang di perlukan.
Di tempat berbeda, Clowsien terlihat tengah termenung, ia seperti kehilangan arah, seakan ingin kembali ke hutan, namun hatinya menolak, cukup sudah selama ratusan tahun ini ia berada di dalam hutan, ia tak mau jika sampai terkurung lagi di dalam pohon, namun ia juga tak tau harus berbuat apa sekarang.
Dirinya merasa asing berada di panti sosial ini, ia kecewa sebab Reynald tak menemuinya lagi, 'kenapa dia meninggalkan aku di sini?' lirihnya dengan mata berkaca-kaca.
"Pak Han apa kita berangkat sekarang?"
"Iya tuan Rey," sahut pak Han singkat.
Dengan sigap pak Han membukakan pintu mobil untuk Reynald, meski sudah sering Reynald katakan agar pak Han tak perlu repot-repot membukakan pintu untuknya, namun pak Han seolah tak mendengarnya, walau bagaimana pun Reynald adalah majikannya, jadi sudah semestinya ia melayaninya.
Mobil segera melaju dengan kecepatan sedang, mereka menuju salah satu studio di mana produser film sudah menunggu, tapi entah kenapa Reynald merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya.
"Apa anda baik-baik saja tuan Rey?" Tanya pak Han di sela-sela menyetirnya.
"Tidak apa-apa pak, saya cuma lelah saja," sahut Reynald sambil meyenderkan tubuhnya pada kursi mobil, ia merasa seperti ingin tidur, dadanya pun terasa sakit. Pak Han terus memperhatikan Reynald, ia merasa ada yang tidak beres dengan majikannya itu, terlebih lagi Reynald terlihat memegangi dadanya, ia terlihat meringis kesakitan.
"Apa kita cancel dulu pertemuannya tuan? Sepertinya tuan muda sedang tidak sehat," Ucap pak Han sedikit khawatir.
"Tidak usah pak, saya hanya kelelahan saja," Reynald tetap bersih kukuh melanjutkan perjalanan.
Setelah hampir setengah jam di perjalanan, mereka pun tiba di salah satu studio, pak Han dengan cepat turun dari mobil dan membukakan pintu untuk tuan mudanya itu, Reynald bergegas turun meski ia merasa sedikit pusing.
"Anda yakin baik-baik saja tuan?" Lagi-lagi pertanyaan itu terlontar dari mulut pak Han, Reynald hanya mengangguk meski wajahnya kini sudah terlihat pucat, beberapa orang yang berada di studio tampak memperhatikan Reynald, namun baru saja Reynald akan melangkah, tiba-tiba ia terlihat sempoyongan, pandangannya seketika berputar, gelap dan akhirnya ia pun terjatuh.
"Tuan Rey," pak Han berteriak wajahnya tampak panik, seketika suasana di studio menjadi riuh, beberapa orang terlihat membantu pak Han, sedangkan yang lain langsung menelepon ambulan.
Tak butuh waktu lama, mobil ambulan pun tiba, dengan segera para petugas membawa Reynald ke dalam ambulan, wajahnya tampak semakin pucat, tubuhnya pun seketika mendingin, pak Han yang ikut serta di dalam ambulan terlihat begitu panik, baru kali ini ia melihat Reynald pingsan, mengingat Reynald termasuk orang yang jarang sakit. 'Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan tuan muda,' batin pak Han penuh cemas.
Setibanya di rumah sakit, Reynald masih tampak tak sadarkan diri, wajahnya semakin pucat, ia langsung mendapatkan tindakan dari beberapa petugas rumah sakit, terlihat dokter mulai memeriksa denyut nadi Reynald yang semakin melemah, tubuhnya tiba-tiba sedingin es, dokter mendiagnosa kalau Reynald terkena hipotermia, yaitu penurunan suhu tubuh secara drastis, jika tidak di lakukan secara tepat nyawa Reynald bisa dalam bahaya.
Detak jantung Reynald ikut melemah, tubuhnya pun sudah di selimuti dengan beberapa selimut tebal, namun ia masih tak sadarkan diri, ia pun segera di bawa ke ruang ICU, pak Han yang menunggu dari luar terlihat begitu cemas, apa lagi saat melihat Reynald di pindahkan.
"Apa terjadi sesuatu dokter?" Suara pak Han terdengar panik saat bertemu dokter.
"Kami akan melakukan yang terbaik," sahut sang dokter meyakinkan.
Setelah mendapatkan penanganan, Reynald masih juga tak sadarkan diri, sudah hampir tiga jam ia berada di ruang ICU, namun belum juga ada kemajuan, beberapa alat juga telah terpasang di tubuhnya, menandakan kalau ia masih dalam keadaan kritis.
Clowsien menatap wajah itu dengan iba, entah ia datang dari mana, namun tiba-tiba saja ia sudah berada di samping Reynald, tidak ada siapa pun di sana, sedangkan pak Han terlihat tengah tertidur pada kursi tunggu di luar ruangan.
Clowsien meraih tangan Reynald dan menggenggamnya dengan erat, tiba-tiba saja wajah Reynald yang tadinya pucat kini kembali segar. Perlahan ia mulai membuka matanya, ia pun kembali sadar, namun ia terkejut saat melihat wanita di depannya, wanita yang ia kenal.
"Bagaimana kau tau aku ada di sini?"
"Karena aku bukan manusia, jika tak ingin celaka mulai sekarang jangan jauh-jauh dari ku," Sahut Clowsien penuh arti.