Chereads / My Clowsien / Chapter 5 - Terlihat Keren

Chapter 5 - Terlihat Keren

"Wahh... Kau keren sekali, baru kali ini aku melihat wanita sehebat kamu."

Puji Reynald dengan tulus, ia tak menyangka Clowsien sangat berbakat dalam menangkap ikan, padahal bukan hanya ikan yang bisa ia tangkap, seekor rusa pun bisa Clowsien tangkap dengan sangat mudah.

Tak butuh waktu lama bagi Clowsien untuk mendapatkan ikan, hanya dalam hitungan menit sembilan ekor sudah berhasil ia tangkap, Reynald terlihat bersemangat saat melihat aksi Clowsien tadi, sampai-sampai ia tak berhenti berkedip.

Sebelum kembali, tak lupa mereka membersihkan ikan terlebih dahulu, Clowsien bagian membersihkan, sedangkan Reynald hanya bertugas memegang ikan yang telah di bersihkan. Setelah semuanya selesai, mereka pun kembali ke tempat, tak lupa mereka membawa sedikit air untuk di minum nantinya.

Beruntung jarak sungai dari tempat mereka beristirhat tidak terlalu jauh, sehingga mereka tidak perlu khawatir jika ingin mengambil air.

Hari sudah mulai sedikit gelap, hanya menyisakan cahaya remang-remang, suasana di hutan mulai terasa mencekam, khususnya bagi Reynald, namun tidak dengan Clowsien, ia sudah terbiasa berada di kegelapan malam, berteman dengan kesunyian dan kesepian. Berbanding terbalik dengan Reynald, yang terbiasa hidup mewah, tidur di kasur empuk, makanan apa pun semua tersedia.

Clowsien segera mengambil dua buah batu berukuran kecil, batu itu ia peroleh dari pinggiran sungai, dengan cepat ia menggesekkan kedua batu itu, mencoba untuk menyalakan api, Reynald hanya melongo melihat aksinya, ternyata di dunia ini masih ada wanita seperti Clowsien, yang tidak hanya cantik, tapi juga tangguh, pikirnya lagi.

Tampaknya usaha Clowsien tidak sia-sia, kedua batu itu mulai tampak memercikkan api, hanya dalam hitungan detik api pun menyala, dengan cepat membakar ranting-ranting kering yang sudah ia kumpulkan tadi. Suasana hutan yang tadinya tampak gelap, kini berangsur terang, sebuah senyuman terlukis di wajah Reynald, ia bersorak gembira saat melihat aksi Clowsien. Meskipun ia merasa sedang terlempar ke dunia primitif saat ini, namun ia menikmatinya.

"Wahhh... Kau hebat sekali," pujinya sambil bertepuk tangan, tak lupa ia juga memberikan dua jempol untuk Clowsien.

"Sepertinya mudah, aku akan mencobanya," ucap Reynald seraya mengambil kedua batu tadi, kemudian dengan cepat ia menggosok-gosokkan kedua batu itu, sama seperti yang di lakukan oleh Clowsien, ternyata tidak semudah yang ia bayangkan, sudah beberapa kali ia mencobanya namun tetap tak berhasil, jangankan mengeluarkan api, percikan dari batu itu saja tidak terlihat sama sekali.

Reynald membuang kedua batu itu, Clowsien hanya menggelang melihatnya, selain suka mengoceh, ternyata Reynald juga tidak sabaran, kalau bukan karena kasihan, Clowsien tidak akan mau menolongnya.

Api semakin membesar, Clowsien memindahkan beberapa bara api untuk memanggang ikan, Reynald tak mau kalah ia ikut membantu Clowsien, kali ini ia ikut berpartisipasi, mengingat para cacing yang ada di perutnya sudah mulai berontak meminta makan.

Tampaknya cuaca juga bersahabat malam ini, terbukti dengan banyaknya bintang yang bertaburan di atas langit.

"Aku sudah sangat lapar, apa butuh waktu lama untuk memanggangnya?" Suara itu keluar dari mulut Reynald, sepertinya ia sudah tak sabar untuk menunggu.

"Bersabar lah sedikit, ini hanya tinggal sebentar," Clowsien terlihat membolak-balikkan beberapa ikan, sesekali ia meniup bara api yang sudah mulai redup, agar kembali panas.

Reynald memperhatikan Clowsien secara seksama, wanita itu terlihat cantik meski tanpa polesan make-up, berbeda dengan Irene, wanita yang selama ini ia kenal, yang tak pernah bisa jauh dari alat make-up, ia jadi teringat akan Irene, namun sedetik kemudian ia mulai mengingat sesuatu.

Reynald segera tersadar dari lamunannya, ia baru ingat kenapa bisa berada di hutan belantara ini, ternyata semua itu karena ulah dari para fans fanatiknya.

Reynald kembali memandang Clowsien, ia menatap wanita itu dalam-dalam, ia masih berfikir kalau wanita itu hanya mengarang cerita, 'mungkin saja dia salah satu dari penggemar ku,' batin Reynald menyelidik. Namun kemudian ia menggeleng, sepertinya Clowsien tidak begitu, pikirnya lagi.

"Apa kau akan terus melamun?"

Ucapan Clowsien seketika menyadarkan lamunan Reynald.

Sepertinya ikan itu akan segera matang, terlihat dari bentuknya yang sudah mulai mengering, kuning sempurna, tak ada warna hitam apa lagi gosong, nampaknya Clowsien cukup berbakat dalam memanggang ikan.

"Wahhh, sepertinya ini enak," Reynald segera meraih satu ikan di tangannya.

"Selamat ma..." Belum sempat Reynald melanjutkan ucapannya, Clowsien sudah lebih dulu melahap makanannya.

"Sepertinya dia jauh lebih kelaparan di bandingkan aku," ucapnya setengah berbisik, Reynald pun segera menyantap makanannya, ikan itu terasa lezat baginya, meskipun tidak menggunakan bumbu, apa lagi garam ataupun penyedap rasa.

Reynald menikmati ikannya secara perlahan, namun tidak dengan Clowsien, dalam sekejap ia sudah menghabiskan tiga ekor ikan, sedangkan Reynald satu ikan pun belum habis.

Mata Reynald seketika terbelalak, ia menggeleng tak percaya, menyaksikan pemandangan yang ada di depannya saat ini, bagaimana bisa Clowsien melahap semua ikan itu dengan sangat cepat, bahkan hanya dalam hitungan detik, Clowsien sudah menghabiskan tujuh ekor ikan, kalau pun ikut lomba makan, ia pasti memecahkan rekor tercepat.

"Apa kau sudah kenyang?" ujarnya dengan ekspresi tak percaya.

"Sebenarnya aku berniat untuk menghabiskan semuanya, tapi aku sisakan untuk mu satu, jadi cepat habiskan sebelum aku berubah pikiran," balasnya seraya melirik ke arah ikan yang masih tersisa.

Dengan cepat Reynald mengambilnya, ikan yang masih terjepit pada sebuah bambu, jangan sampai Clowsien menghabiskan semuanya, 'wanita ini, benar-benar rakus,' gumamnya setengah berbisik.

"Kau bilang apa barusan?"

"Ahh... Tidak apa-apa, aku cuma bilang, ikannya enak, hee," Reynald terlihat cengengesan, lebih baik ia segera menghabiskan makanannya sebelum Clowsien mengambilnya.

Malam semakin larut, angin bertiup perlahan hingga menembus kulit, Reynald mulai merasakan hawa dingin, beruntung masih ada api yang menyala, Reynald pun segera mendekat untuk menghangatkan tubuhnya. Ia memandang Clowsien yang tengah bersantai di atas tumpukan daun dan jerami, ternyata ia belum tidur, sama halnya seperti Reynald yang belum juga bisa terpejam.

"Apa kau belum mengantuk?" Reynald menoleh ke arah Clowsien, suaranya berhasil memecah keheningan malam ini.

Clowsien terlihat menggeleng sambil mengarahkan pandangannya ke atas langit sana, begitu banyak bintang yang bertaburan di sana.

"Apa kau suka bintang?" Kembali Reynald bertanya, namun Clowsien tak memberikan jawaban, dia hanya terlihat mengangguk.

"Kenapa kau suka bintang?"

Lagi-lagi Reynald mengajukan pertanyaan, mungkin karena tidak ada bahan obrolan.

"Karena bintang tak pernah merasakan kesepian, mereka selalu bersama, meski cahaya mereka terlihat kecil, namun mereka tidak pernah menyusahkan ku," ucapan Clowsien terdengar mengiba.

"Tidak pernah menyusahkan mu, maksudnya apa?" Reynald tampak bingung dengan ucapan Clowsien, terlihat raut kesedihan di wajah wanita itu.