Hari semakin sore, matahari mulai sedikit redup, meski sinarnya terlihat terang, namun cuaca mulai terasa dingin. Hutan yang di penuhi dengan pepohonan besar itu, serta rumput-rumput liar yang ada di sekelilingnya, semakin menambah kesan sepi dan juga horor, setidaknya begitulah yang sedang Reynald rasakan saat ini.
Berbeda dengan Clowsien yang tampak sibuk mencari ranting-ranting kering yang berserakan, mungkin bisa ia gunakan untuk menyalakan api nanti malam , sepertinya bermalam di hutan menjadi alternatif bagi mereka, sebelum menemukan jalan keluar.
Reynald masih terlihat uring-uringan, ia tak berhenti mengoceh sambil memasang muka masam, persis seperti cucian kusut yang belum di setrika. Ingin marah namun dengan siapa, percuma jika harus memarahi Clowsien, toh dia tidak melakukan kesalahan apa-apa, yang ada Reynald sudah berhutang nyawa padanya, meski menurutnya cerita dari wanita itu tidak masuk akal.
"Hei kau, maksud ku Clowsien, bukannya kau sudah lama tinggal di sini, harusnya kau sudah hafal dengan hutan ini bukan, apa lagi keluar dari sini," Reynald kembali mengoceh memecah keheningan di tengah hutan yang mulai redup itu.
"Aku sudah lupa," sahut Clowsien dengan entengnya.
Entah karena sudah terlalu lama terkurung di dalam pohon, membuat Clowsien bingung untuk mencari jalan keluar, ia tak mau menggunakan kekuatannya begitu saja. Mengingat mulai saat ini ia harus lebih berhemat, di tambah lagi ia mulai merasakan lapar, sudah lama ia tertidur, entah kapan terakhir kalinya ia makan daging.
"Jadi menurut mu, kita akan selamanya tinggal di sini?" Protes Reynald kesal.
"Entahlah," Clowsien mengangkat kedua bahunya sambil terus mencari beberapa ranting pohon, sebelum mencari sumber makanan. Reynald terlihat kesal, bisa-bisanya wanita itu menjawab dengan santai. Tak terlihat rasa takut apa lagi cemas di wajahnya, berbeda dengan Reynald yang begitu penakut, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah, dia akan di santap oleh binatang buas, atau juga di teror oleh mahkluk halus dan sejenisnya, baru memikirkannya saja sudah membuat Reynald ketakutan.
"Apa kau mau ikut dengan ku, atau menunggu di sini?"
Clowsien memberikan tawaran, setelah selesai mengumpulkan beberapa ranting pohon, ia pun sudah membuatkan tempat tidur untuknya nanti malam, yang terbuat dari beberapa daun besar, kemudian ia susun di atas jerami, mirip seperti sarang burung. Sedangkan Reynald dari tadi hanya mengoceh tanpa melakukan apa-apa.
"Memangnya kau mau kemana?"
Reynald terlihat bingung.
"Mencari makanan, kau mau ikut atau tidak?" Clowsien kembali melirik Reynald sembari bergegas dari tempatnya.
"Baiklah aku ikut," buru-buru Reynald mengekor dari belakang, mirip anak ayam yang ikut induknya.
"Memangnya kita akan makan apa?"
"Apa saja," timpal Clowsien dengan cepat.
"Apa saja, maksud mu?"
Reynald mengulang kata-kata Clowsien, memangnya ada makanan apa di hutan itu, yang ada juga pohon besar atau binatang buas, pikirnya sambil terus berjalan, namun sedetik kemudian ia tersadar.
"Apa maksud mu kita akan menangkap seekor babi, atau singa?" Ucapnya setengah berbisik.
"Kenapa tidak, ular pun bisa kita jadikan makanan," lagi-lagi Clowsien menjawab dengan enteng, padahal ia sendiri belum pernah memangsa ular apa lagi singa.
"Tidak, aku tidak mau," Protes Reynald bergidik ngeri, melihat seekor ular saja dia sudah takut, apa lagi harus memakannya, ia lebih memilih mati kelaparan dari pada harus memakan hewan yang di anggapnya mengerikan itu.
Clowsien tak menggubris, ia seolah tak mendengar apa yang Reynald katakan, yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana bisa makan dengan kenyang.
"Hei apa kau tidak mendengar ku?"
Ocehnya lagi sambil terus mengikuti Clowsien, namun wanita itu tetap saja diam sambil berlari kecil.
"Apa kau juga tidak takut dengan hewan buas itu?"
Kali ini Reynald sedikit berteriak, sadar karena wanita itu telah mengacuhkannya.
"Tidak, aku tidak takut!"
Clowsien menghentikan langkahnya, kemudian ia kembali berkata.
"Apa kau bisa diam?"
Ia menoleh sambil menatap Reynald, tatapannya tajam, seolah sedang mengintai seekor mangsa, Reynald terdiam di tempatnya, Clowsien semakin mendekat, entah mengapa Reynald selalu gugup jika wanita itu terlalu berdekatan dengannya, jarak mereka hanya beberapa senti, jantung Reynald berdegub kencang, 'apa yang akan wanita ini lakukan,' batinnya dalam hati.
"Yang aku takutkan hanyalah, jangan sampai malam ini aku tidak bisa makan," Clowsien menyeringai, suaranya setengah berbisik namun terdengar menyeramkan, Reynald menelan ludahnya, entah mengapa ia merasa seperti akan di santap hidup-hidup oleh wanita itu.
"Ayo cepat, sebelum hari gelap kita harus segera menemukan makanan,"
Clowsien kembali berjalan, ia menahan tawanya, apa lagi saat melihat ekspresi Reynald yang sedikit ketakutan.
Terlihat dengan posisinya yang masih berdiri mematung.
"Apa kau mau tinggal di sini?"
Teriak Clowsien saat melihat Reynald yang belum juga beranjak dari tempatnya. Lagi-lagi Reynald mengekor dari belakang, ia menurut begitu saja, bagai sapi yang hidungnya di ikat oleh sang pemilik.
Clowsien kembali berjalan, sambil terus memperhatikan keadaan di sekitar, terlintas di benaknya pada saat di kejar babi hutan tadi, ia melihat sebuah aliran sungai, dengan cepat ia menuju ke arah sungai itu, hanya sekitar beberapa menit mereka akhirnya tiba di tepian sungai, airnya terlihat sangat jernih dan juga bersih, alirannya pun terlihat tenang.
Clowsien mengambil sebatang pohon yang berukuran sedang, tanpa menggunakan alat apa pun batang itu dengan mudah ia patahkan, batang itu akan ia gunakan untuk menangkap ikan.
Reynald masih berdiri di tepian sungai, ia segera mengambil air dengan menggunakan kedua tangannya, sudah dari tadi ia merasakan haus, air itu terasa segar dan sangat dingin, Reynald sampai beberapa kali meminumnya.
"Ahh... Segarnya," serunya sambil tersenyum lebar, hanya dengan minum air putih saja, sudah begitu nikmat baginya saat ini. Reynald pun kembali bergegas menyusul Clowsien, namun ternyata Clowsien sudah berada di tengah sungai, ia terlihat sedang memantau sesuatu, sambil memegang sebuah kayu di tangannya. Reynald hanya memperhatikan dari jauh, melihat apa yang sebenarnya ingin di lakukan oleh wanita itu.
Terlihat Clowsien yang sedang mengangkat kayu di tangannya, matanya terlihat fokus, dan dalam sekejap kayu itu pun menancap ke dasar sungai.
"Happp..." Kayu menancap tepat sasaran, satu ekor ikan berukuran besar berhasil ia dapatkan, Reynald terperangah melihat hal itu, mulutnya seketika menganga, tak percaya dengan apa yang ia lihat barusan, ia seperti melihat seorang kesatria yang sedang berburu mangsa.
"Apa kau bisa membantu ku?" Clowsien menyodorkan ikan yang ada di tangannya, tanpa berkata-kata Reynald segera mengambil ikan itu, ia masih tampak takjub dengan apa yang Clowsien lakukan.
"Bagaimana ia bisa melakukannya," gumamnya tak percaya, sedangkan Clowsien kembali masuk ke dalam sungai, sepertinya makan satu ikan saja tidak cukup baginya, apa lagi bukan hanya dia yang akan menyantap ikan itu, melainkan bersama Reynald.