Matheo menghentikan Vespa antik yang dikendarainya di pinggir jalan tepat di depan rumah Travis. Dia segera turun bersama Angelica, lalu berjalan menuju gerbang yang hanya terbuka sedikit.
"Satpam, saya ingin bertemu kakak saya," ucap Matheo.
"Sebentar, saya akan memanggilnya," sahut satpam sambil keluar dari pos satpam. Dia berjalan menuju masuk ke rumah, sementara Matheo dan Angelica menunggu di luar gerbang.
Angelica menatap ke arah rumah megah Travis, merasa agak kagum dan membayangkan seperti apa wujud dari pemilik rumah megah itu, lalu seperti apa wujud kakak Matheo.
Hingga beberapa menit berlalu, akhirnya satpam kembali keluar dari rumah bersama Phoebe yang terlihat khawatir. Wanita itu segera keluar dan menatap adiknya yang datang dengan seorang gadis, lalu melirik Vespa antik gadis itu.
"Matheo, ada apa? Kenapa kamu mendadak datang ke sini tanpa mengabari kakak?"
"Aku datang ke sini untuk mengabari kakak tentang John dan orang-orangnya yang memang berkeliaran di kota ini. Mereka hampir saja menangkap aku, tapi itu tidak berhasil karena aku bersembunyi di rumah orang asing," jelas Matheo sesekali melirik Angelica yang tersenyum canggung pada Phoebe. "Ponselku hilang, itu sebabnya aku harus datang ke sini untuk memberitahu kamu. Kamu harus mematikan nomor ponselmu karena aku khawatir jika ponselku ditemukan oleh orang-orangnya dan bisa melacak nomormu. Kamu harus mematikan nomormu sekarang juga!"
Mendengar keterangan dari Matheo, Phoebe langsung terlihat takut apalagi keberadaannya di sini juga sudah diketahui oleh Rachel. Dia sekarang mengambil ponselnya dari saku dress-nya, lalu memberikannya pada Matheo.
"Kamu segera ambil simcard nya, lalu gunakan saja ponsel ini dengan membeli simcard baru," ucapnya.
"Tapi, Kak ... Kamu juga butuh ponsel. Aku bisa menggunakan uang simpanan ku untuk membeli ponsel yang baru," sahut Matheo penuh keraguan.
"Jangan, simpan saja uangmu. Kamu pakai ponsel kakak supaya kamu bisa berkomunikasi dengan teman-teman mu dan dosen mu ... Jika kamu ingin tau kondisi kakak, cukup hubungi Alicia saja," jelas Phoebe dengan tatapan meyakinkan. "Jangan khawatir ... Nanti ketika kakak sudah menerima gaji, kakak akan beli ponsel lagi," lanjutnya.
Matheo terdiam menatap ponsel Phoebe yang sudah ada di tangannya, kembali diliputi oleh rasa bersalah karena jika dia menggunakan ponsel itu, kakaknya akan merasa kesepian. Tak bisa main game, melihat medis sosial atau apapun, bahkan dia juga merasa malu pada Angelica yang sejak tadi menjadi pendengar.
"Tidak apa-apa, Matheo. Lagi pula kakak tidak terlalu membutuhkan ponsel itu," ucap Phoebe.
Metheo menghela nafas kemudian menganggukkan kepalanya, menatap Phoebe dengan tersenyum tabah. Entah kenapa melihat kakaknya membuatnya jadi semakin sedih karena kakaknya itu sedang hamil tapi tetap bekerja.
"Kuharap pekerjaan tidak membuatmu terlalu kelelahan, aku mengkhawatirkan keponakanku," ucapnya lirih.
"Kamu tidak perlu khawatir ... Aku sudah meminta Alicia untuk beli Vitamin," sahut Phoebe kemudian beralih menatap Angelica dan tersenyum. "Terima kasih karena kamu sudah mau menolong adikku. Kamu sangat baik," ucapnya.
"Ehh, yeah." Angelica tersenyum dan mengangguk. "Saya akan menolongnya selagi saya mampu. Saya sangat kasihan padannya karena tiba-tiba dia masuk rumah dan ketakutan."
"Kamu pasti sangat terkejut saat dia tiba-tiba memasuki rumah kamu."
"Yeah, sangat terkejut." Angelica mengangguk dengan tersenyum malu-malu. "Eh ... Ngomong-ngomong nama saya Angelica." Dia pun mengulurkan tangannya kepada Phoebe.
"Saya Phoebe," ucap Phoebe meraih uluran tangan Angelica untuk sejenak hingga perhatiannya teralihkan pada mobil yang baru datang yang membuatnya segera minggir untuk mempersilahkan mobil itu masuk setelah gerbang dibuka.
Karena yang datang adalah Travis, Phoebe segera meminta Matheo untuk pergi karena dia tidak ingin adiknya itu diinterogasi oleh Travis dan semuanya akan menjadi rumit.
Matheo pun kembali menaiki motor Vespa, diikuti oleh Angelica yang duduk di jok belakang.
"Hati-hati, dan setelah ini kamu stay di apartemen sampai beberapa hari. Aku yakin jangan dan orang-orang yang tidak akan mencari kita terus-menerus," ucapnya dengan tatapan khawatir.
Matheo hanya mengangguk, kemudian segera mengemudikan motor Vespa milik Angelica itu menjauh dari kawasan rumah Travis.
Phoebe menghela nafas lega, lalu beralih kembali memasuki halaman dan melihat Travis menunggunya di teras sendirian, membuatnya berpikir bahwa mungkin saja Rachel sudah diantar pulang.
"Siapa dia?" tanya Travis, menatap Phoebe jangan tatapan datarnya.
"Eh, dia adik saya. Kebetulan dia juga tinggal di kota ini untuk kuliah. Dia datang untuk mengabarkan bahwa ponselnya hilang. Jadi, untuk sementara Dia memakai ponsel saya," jelas Phoebe dengan tersenyum canggung.
"Kalau dia memakai ponselmu, itu berarti kamu tidak punya ponsel lagi? Lalu bagaimana kamu bisa berkomunikasi dengan suamimu?" Travis bertanya-tanya dengan mengerutkan keningnya.
"Mungkin saya akan pinjam ponsel Alicia atau memakai telepon rumah di sini," jawab Phoebe kemudian beralih menatap ke arah mobil Travis yang terparkir di halaman. "Di mana nona Rachel? Kenapa anda tidak bersama dia lagi?"
Travis menghembuskan nafas kasar kemudian berjalan memasuki rumah sambil berkata, "Dia meminta saya untuk mengantarnya pulang ke rumahnya saja."
"Oh ..."
Phoebe ikut berjalan masuk di rumah, namun tiba-tiba dia terkejut saat Travis berhenti dan menoleh ke arahnya. Mereka pun hampir bertabrakan hingga dia melangkah mundur dan hampir jatuh terjengkang ke belakang namun Travis segera menarik tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang pinggangnya.
Travis terdiam, menatap Phoebe yang terdiam dengan ekspresi shock. Wajah cantiknya yang sangat natural, matanya yang indah serta bibirnya yang berwarna pink natural, membuatnya menelan salivanya sendiri dan tidak memungkiri bahwa dia mulai terpesona.
Ceklek....
"Phoebe, aku tidak membeli vitamin untukmu karena apotek tutup," ucap Alicia sambil memasuki rumah namun langsung terkejut saat melihat pemandangan di ruang tamu.
"Eh ... Maaf," ucap Phoebe segera berdiri dengan tegap dan Travis melepas cengkraman tangan pada tangan dan pinggangnya.
"Lain kali kamu harus hati-hati," seru Travis datar, kemudian beralih fokus menatap Alicia. "Vitamin apa yang kamu maksud?" tanyanya.
"Eh, vitamin untuk Phoebe," jawab Alicia sambil melirik ke arah Phoebe.
Travis mengurutkan keningnya, kemudian menata Phoebe dengan tatapan menyelidik. "Kamu butuh vitamin apa? Apa kamu mengalami kondisi buruk atau kamu sedang sakit?"
"Eh ..." Phoebe jadi gugup dan takut jikalau Travis akan memeriksanya dan menyadari bahwa dia sedang hamil. 'Ya Tuhan, Aku harus bagaimana sekarang? Aku harus berkata apa padanya supaya dia tidak memeriksa aku? Aku yakin sangat mudah baginya untuk mengetahui aku ini sedang hamil karena dia adalah dokter kandungan! Dia pasti sangat paham tentang ciri-ciri wanita hamil ... Dan seharusnya aku tidak terlihat lemah!' Phoebe berkata dalam hati dalam ketakutan.
"Phoebe, jawab saya, kenapa kamu harus minum vitamin?" tanya Travis sekali lagi.
"Ehh ... Itu karena saya merasa kurang darah karena saya merasa sering," jawab Phoebe dengan gugup. "Ini adalah masalah kesehatan saya sejak dulu, saya selalu memiliki masalah kekurangan darah dan saya sering minum vitamin penambah darah," jelasnya bohong.
Travis pun terdiam, menatap Phoebe yang tampak gugup padahal seharusnya dia tidak gugup. Dia jadi kepikiran jikalau wanita itu sedang mengalami sakit yang cukup serius tapi tetap bekerja di rumahnya, itu berarti dia adalah majikan yang jahat.
Phoebe hanya diam dengan memalingkan wajahnya, tak sanggup menatap mata Travis yang terus-menerus tertuju padanya. Dia sungguh tidak paham kenapa majikannya itu begitu serius menatapnya, membuatnya takut jikalau majikannya itu tidak mempercayai penjelasannya barusan.