Chereads / My Beautiful Pregnant Maid / Chapter 25 - Maid ngidam

Chapter 25 - Maid ngidam

Saat malam tiba tepatnya pukul 9, Phoebe tidak tahu harus melakukan apa karena tidak ada hal yang harus dia kerjakan. Namun tiba-tiba dia ingin makan sesuatu tapi merasa sungkan untuk membuatnya di dapur karena saat ini dia hanyalah seorang pembantu. 

"Ugh, Aku sangat ingin minum teh hangat ditemani dengan pancake," ucapnya dengan gusar, merasa sangat ingin memenuhi keinginannya tetapi dia sangat takut dan ragu. Hmm, mungkin dia ngidam. 

Ceklek ... 

Phoebe melirik ke arah pintu, melihat Alicia datang memasuki kamarnya sambil membawa kopi dan roti dengan selai cokelat dan kacang. Wanita yang memakai terusan dress berwarna hijau tosca tua itupun segera duduk, menyambut kedatangan temannya yang langsung duduk di tepi ranjang. 

"Kamu bisa makan sesuka hatimu di sini? Apa di sini boleh membuat makanan selain di jadwal makan?" Dia pun bertanya-tanya, menatap Alicia yang terlihat santai dalam balutan setelan piyama berwarna merah marun. 

"Tentu saja boleh karena majikan kita itu tidak pelit. Tapi dia akan melarang kita makan makanan berat saat jam 11.00 atau jam 10.00 malam karena dia pikir itu tidak baik untuk kesehatan," jelaskan Alicia kemudian melahap rotinya. Dia melirik Phoebe yang tampak tidak tenang, lalu bertanya, "apa kamu lapar?" 

Phoebe menganggukkan kepalanya perlahan dengan tatapan polosnya. 

"Hahaha ...!" Alicia malah terkekeh geli melihat Phoebe yang tampak sangat lugu. "Kalau kamu lapar maka buatlah sesuatu untuk dimakan. Jangan merasa sungkan atau takut karena majikan kita itu sama sekali tidak pelit. Dia bahkan tidak akan tahu kamu mengurangi bahan makanan yang ada di lemari atau tidak karena dia jarang mengecek lemari. Dia tidak memiliki waktu untuk hal-hal sepele ..." 

Phoebe tersenyum malu-malu lalu berkata, "jangan menertawakan aku karena baru kali ini aku menjadi seorang asisten rumah tangga. Aku tidak berani melakukan hal sesuka hatiku seperti saat aku masih tinggal di rumah John ..."

"Kamu bisa melakukan hal sesuka hatimu asalkan tidak melanggar aturan dari Dr Travis," sahut Alicia dengan santai kemudian meminum kopinya sedikit demi sedikit. "Kamu lihat sendiri aku bisa minum kopi sesuka hatiku. Bahkan terkadang aku diperbolehkan untuk memasak apa yang aku sukai. Di sini sangat bebas tapi terkadang sangat melelahkan dan menyebalkan ketika Dr Travis tidak setuju dengan apa yang aku lakukan. Misalkan aku membuat makanan cepat saji yang kurang benar cara pembuatannya, dia akan langsung membuang Karena dia pikir itu akan membuat aku sakit."

"Dia sangat care dan mengetahui semuanya karena dia adalah dokter. Rachel sangat beruntung mendapatkan dia tapi dia malah selingkuh dengan John," ucap Phoebe, menyayangkan sikap Rachel pada Travis. Dia pun segera beranjak dari ranjang kemudian berkata, "kalau begitu aku akan membuat teh panas dan pancake karena aku sangat menginginkan itu sejak tadi." 

"Kalau begitu Aku menunggumu di teras samping," sahut Alicia sambil beranjak berdiri dan segera meninggalkan kamar juga. 

Saat sudah di dapur, Phoebe segera mengambil wadah berukuran kecil lalu memasukkan bahan-bahan untuk membuat pancake lalu mengaduknya dengan menggunakan mixer kecil. Setelah itu dia mengambil teflon kecil anti lengket kemudian meletakkannya pada kompor listrik yang sudah dinyalakan dengan suhu tidak terlalu panas. 

Setelah adonan sudah tercampur rata dan teflon di atas kompor sudah panas, Phoebe segera menuangkan adonan tersebut sedikit demi sedikit menggunakan sendok. 

"Ugh, baby. Akhirnya kita bisa makan apa yang kita inginkan," gumam Phoebe sambil meraba perutnya yang masih datar. 

"Phoebe ...," Panggil seseorang. 

Phoebe langsung menoleh ke belakang dan menyadari orang yang memanggilnya adalah Travis yang terlihat keren meskipun hanya memakai celana santai dipadu dengan kaos putih tipis. Dia langsung terdiam dengan ekspresi terkejut, khawatir jikalau majikannya itu mendengar kalimatnya barusan.

"Hey, Ada Apa denganmu? Kenapa kamu sangat terkejut?" Travis bertanya-tanya dengan mengerutkan keningnya, mendekati Phoebe namun perhatiannya tertuju pada pancake yang sedang dipanggang dengan menggunakan teflon. "Kamu harus membaliknya karena itu akan segera kosong," serunya. 

"Ehh... Iya."

Phoebe segera membalikkan pancake itu dengan menggunakan spatula. Entah kenapa dia jadi sangat gugup karena majikannya itu terlihat begitu memperhatikannya. 

"Kenapa kamu hanya membuat dengan porsi sedikit?" tanya Travis, melirik mangkuk berisi adonan yang sangat sedikit. 

"Eh, karena hanya saya yang memakannya," jawab Phoebe sambil mengangkat pancake yang sudah matang dengan menggunakan spatula kemudian meletakkannya ke dalam piring kecil berwarna putih.

"Sebaiknya kamu buat adonan lagi karena saya akan makan pancake yang ini," ucap Travis kemudian mengambil piring kecil berisi pancake itu dan memakannya. "Hmm ... Rasanya lezat. Tidak terlalu manis. Sepertinya kita punya selera yang hampir mirip," lanjutnya sambil makan.

Phoebe hanya tersenyum tipis dengan perasaan agak kesal karena pancake yang sudah hampir dia makan malah dimakan oleh Travis, padahal dia sudah sangat menginginkannya sejak tadi. Dia pun mencoba menahan rasa kesalnya itu karena menyadari bahwa saat ini dia hanyalah seorang pembantu. Wanita itu pun pun menuangkan adonan terakhir lalu membuat adonan lagi sementara sang majikan duduk di kursi dekat pantry sambil menikmati pancake buatannya dengan diberi tambahan selai strawberry. 

Travis terdiam sambil makan, menatapi Phoebe yang sedang mengaduk adonan menggunakan mixer kecil. Entah kenapa melihat wanita itu sungguh membuatnya sangat senang bahkan dia tersenyum sampai tidak lanjut makan. 

'Dia sangat cantik natural, feminim, dan sepertinya juga pandai memasak. Aku tidak bisa bayangkan bagaimana suaminya akan bahagia ketika berdekatan dengannya atau mendapat perhatian darinya. Dia sangat sederhana tapi dia jauh lebih baik daripada raja yang sangat glamor dan manja dan tidak pernah memasak untukku,' batinnya sambil fokus menatap Phoebe.

Phoebe yang sedang mengaduk adonan, menyadari bahwa sejak tadi Travis menatapnya namun dia tidak berani menatapnya balik atau menegurnya.

'Oh, sialan. Kenapa dia terus-menerus menatapi aku? Apa mungkin dia mulai mencurigai aku karena dia mendengar kalimat saat aku memegang perutku? Atau mungkin dia memang tidak mendengar ... Tapi kenapa dia menatapi aku terus menerus, seperti ... Seperti tertarik padaku.' Phoebe bertanya-tanya sendiri dalam hati. 'Tidak, tidak mungkin dokter tampan dan sempurna seperti dia menginginkan aku ... Aku tidak boleh terlalu percaya diri!' 

"Phoebe," panggil Travis. 

Phoebe pun langsung menarikan mixer, menatap adonan yang sudah sangat mengembang. Dia menoleh pada Travis yang sekarang berdiri, bahkan berjalan mendekatinya. Oh my God, dia makin grogi!

"Ada apa, Dok?" tanyanya. 

"Setelah ini ... Maksud saya setelah kamu makan, temui saya di ruang kerja saya," seru Travis. 

"Eh, iya," sahut Phoebe sambil mengangguk. 

Travis pun setelah meninggalkan dapur sementara Phoebe terdiam dengan perasaan penuh tanda tanya dan tidak tenang. Mengingat bahwa majikannya itu adalah seorang dokter kandungan, dia yakin bentuk ruang kerja dari majikannya itu pasti seperti ruangan dokter-dokter yang pernah dia lihat. Wanita itu jadi khawatir jikalau majikannya itu menyuruhnya datang karena ingin memeriksanya, mungkin karena mendengar kalimatnya tadi tapi pura-pura tidak mendengar. Dia jadi sangat takut jika rahasia tentang kehamilannya yang akan terbongkar. Ugh, dia jadi sangat overthinking dan tidak berminat lagi untuk makan pancake.