Chereads / My Beautiful Pregnant Maid / Chapter 27 - Merindukan Phoebe

Chapter 27 - Merindukan Phoebe

Dua hari berlalu .... 

John masih berada di hotel tempatnya menginap, menatap Rachel yang membantunya berkemas dengan memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Pria itu duduk di tepi ranjang, terdiam dengan tatapan kosong dan tampak lemas, membayangkan bagaimana hidupnya akan dimulai dengan penuh rasa rindu pada Phoebe yang tidak berhasil dia temukan, lalu membayangkan bagaimana orangtuanya akan sangat marah jika tau tentang hal ini. 

"Kekacauan dimulai," ucapnya. 

"Kenapa kamu berkata begitu?" tanya Rachel yang selalu terlihat seksi dalam balutan terusan dress sebatas lutut berwarna abu-abu dengan lengan panjang namun tidak bisa menyembunyikan lekuk-lekuk tubuhnya yang langsing karena dress itu sangat ketat.

"Karena memang seperti itu. Kamu hidup di kota ini, terus menerus berdekatan dengan pacarmu sedangkan aku di Ohio, tak dekat dengan kamu ataupun istriku. Ini terasa sangat tidak adil, aku akan merasa sendiri ... Dan pastinya orangtuaku akan menginterogasi aku, menanyakan tentang kenapa Phoebe kabur," jelas John dengan gusar, lalu berbaring dengan kaki masih menggantung di pinggiran ranjang. Pria yang memakai celana jeans biru dipadu dengan sweater rajut hitam itu terdiam, menatap langit-langit ruangan sambil membayangkan wajah istrinya. "aku sangat rindu dia ... Apalagi dia sedang hamil. Aku jadi kepikiran, apa mungkin dia sudah periksa ke dokter, lalu bisa memenuhi semua kebutuhannya ..."

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkannya," sahut Rachel kemudian berjalan menuju ranjang. "dia bukan bocah berusia lima tahun yang tidak bisa melakukan yang terbaik untuk dirinya sendiri. Dia pasti punya uang simpanan untuk membeli obat, vitamin, dan mungkin sekarang dia merasa sangat nyaman hingga dia tidak memikirkan kamu samasekali. Jika dia benar-benar wanita yang mencintaimu, mungkin dia tidak akan meninggalkan kamu sedangkan kamu hanya melakukan kesalahan satu kali."

"Padahal aku berkata padanya bahwa aku akan tetap mengutamakan dia sebagai istri ..."

"Nah, itu berarti dia bodoh. Untuk apa pergi, berlagak sakit hati padahal kamu hanya menyakitinya sekali lalu setelah itu kamu tega mengutamakan dia. Seharusnya dia bersyukur dengan itu karena sebenarnya dia tidak memiliki apapun untuk dibanggakan," ucap Rachel dengan sinis, mencoba membuat Phoebe terlihat buruk di mata John. Dia duduk di samping pria itu, menatapnya tampak sangat sedih. "Jika kamu berhasil menemukannya lalu dia bersedia kembali padamu, apa yang akan kamu lakukan kedepannya?" tanyanya.

"Aku akan bersamanya," jawab John masih membayangkan keanggunan Phoebe yang sungguh dia rindukan. Pria itu terpejam, membayangkan suasana pagi bersama istrinya yang sekarang bahkan sedang mengandung anaknya. entah kenapa, rasa rindu itu sungguh menggebu-gebu, membuatnya tak perduli bagaimana perasaan Rachel yang ada di sisinya saat ini. 

"Lalu bagaimana dengan aku?" tanya Rachel dengan ketus.

John membuka matanya, melirik Rachel yang tampak kesal. "kamu ... Kamu tetap selingkuhan ku karena aku juga tetap selingkuhan mu. Tidak akan ada kemajuan untuk hubungan kita jika kamu masih bersama kekasihmu ... Aku juga tidak akan menceraikan istriku demi kamu yang bahkan masih belum bisa menentukan untuk meninggalkan pacarmu demi aku," ucapnya.

Rachel terdiam, tak bisa menanggapi perkataan John yang terasa seperti ultimate untuknya. Hatinya begitu sakit, merasa tidak dihargai oleh pria itu.

John beranjak duduk, lalu melirik Rachel yang hampir menangis. "Seperti yang aku katakan sebelumnya, kita tetap bisa menjalani hubungan meskipun kita masing-masing punya pasangan. Tapi ... Tapi semua ini sudah berubah. Aku seperti tak punya pasangan lagi, lalu kamu masih bisa bersama pasangan mu, bermesraan dengannya di hadapan ku ... Ini lebih menyakitkan," ucapnya kemudian beranjak berdiri.

"Apa kamu akan pergi sekarang?" tanya Rachel.

"Ya," singkat John dengan ketus, berjalan menghampiri meja dekat sofa kemudian mengambil ponsel dan tas selempang kecil berwarna hitam. Setelah itu dia menghampiri koper, lalu menatap Rachel yang terdiam sambil menatapnya dengan tatapan marah. "Apa kamu akan tetap di sini?" tanyanya.

"John, aku datang ke sini untuk menemui kamu sebelum kamu pergi tapi kenapa sikap mu seperti ini padaku?" Rachel balik bertanya dengan kesal.

"Karena aku juga sedang tidak mood. Aku tidak bisa untuk terus-menerus bersikap manis pada kamu karena aku memikirkan bagaimana kekacauan yang akan aku hadapi nanti!" jawab John dengan geram. "Aku tidak bisa bersikap manis pada kamu karena kamu tidak bersikap adil. Seharusnya ketika aku tidak bersama istriku maka kamu juga tidak bersama pacarmu. Tapi nyatanya ... Kamu lebih memilih untuk tetap di kota ini dan pastinya pacarmu akan menemui kamu terus-menerus, lalu kalian bermesraan sedangkan aku ... Aku sendiri tanpa istri tanpa kamu!"

"Lalu, apa kamu ingin aku ikut kamu pulang ke Ohio?" tanya Rachel, merasa tidak ingin John membencinya.

John menghembuskan nafas kasar kemudian menetap ke arah lain. "Kamu bisa datang ke Ohio beberapa hari setelah aku ada di sana. Intinya adalah, jangan temui aku saat orangtuaku mengetahui bahwa Phoebe meninggalkan aku. Mereka pasti akan mencari tahu tentang sebab Dia meninggalkan aku sehingga mereka akan mengawasi aku dan itu berarti kamu tidak boleh terlihat dekat dengan aku. Aku tidak ingin orang tuaku memandang kamu sebagai penghancur rumah tanggaku, karena itu akan membuat mereka benci padamu ... Besok akan jadi lebih buruk dan mungkin kita akan sulit untuk bersama!"

Rachel beranjak berdiri, kemudian berjalan mendekati John dan memeluknya dari belakang. Gadis itu menyandarkan pipinya pada punggung sang pria. 

"Aku akan ke Ohio supaya kita selalu bersama, supaya kamu merasa adil," ucapnya. 

"Ya, itulah yang harus terjadi. Tapi jangan temui aku di sembarang tempat kamu status kita masih belum jelas ... Dan kita juga belum bisa resmi bersama karena kita masih terikat dengan pasangan masing-masing dan kita juga mencegah perseteruan keluarga," ucap John kemudian melepas pelukan raja dan berbalik berhadapan dengannya. "Aku harus pergi sekarang karena aku tidak ingin ketinggalan pesawat," lanjutnya.

"Aku akan antar kamu sampai bandara tapi mungkin aku hanya akan ada di mobil," sahut Rachel. 

John hanya mengangguk kemudian segera berjalan keluar kamar sambil menyeret koper dan menenteng tas kecilnya, diikuti oleh Rachel.

___ 

Matheo sedang menikmati suasana pagi yang cukup cerah di teras balkon apartemen milik temannya. Pemuda itu tampak berantakan dengan rambut yang agak gondrong karena dia tidak bisa mencukur rambutnya sendiri selain ke barbershop, sedangkan saat ini dia harus mengurung dirinya di apartemen sampai orang-orang hujan tidak mencarinya lagi. 

"Sepertinya aku harus memesan mesin pencukur rambut," gumam Matheo sambil menyugar rambutnya dengan jemarinya. Dia berjalan kembali memasuki kamar, kemudian mengambil ponsel dan beralih duduk di sofa. 

Ting tong ... Ting tong .... 

"Siapa yang datang .... Kenapa ada yang datang ke sini sedangkan tidak ada yang tahu bahwa aku di sini? Apa mungkin Kakak yang datang?" Matheo bertanya-tanya dengan perasaan waspada. Dia pun segera beranjak dari sofa, lanjut berjalan keluar dari kamar hingga tiba di pintu utama. 

"Apa aku harus membuka pintu? Tapi gimana kalau tamu ini adalah orang-orang John yang berhasil melacak keberadaan ku?" 

Merasa ragu, akhirnya Matheo menghubungi Alicia karena ingin bertanya apakah Phoebe berencana untuk datang ke apartemennya. Pria itu terus menelpon, mengabaikan bel yang terus berbunyi. Hmmm, memangnya siapa tamu itu?