Chereads / My Beautiful Pregnant Maid / Chapter 28 - hal yang menarik

Chapter 28 - hal yang menarik

Matheo gagal bicara dengan Alicia karena tidak menjawab panggilannya samasekali. Dia terus melirik ke arah pintu, terus mendengar suara bel yang berbunyi, membuatnya makin penasaran sebenarnya siapa tamu yang datang. 

"Jikalau dia orang jahat seperti orang-orang John, dia pasti sudah mendobrak pintu ini," gumam Matheo, kemudian memegang handle pintu.

Dengan sangat waspada, Matheo memutar dan menarik handle pintu itu hingga terbuka. Dia menghela napas lega setelah melihat siapa yang datang.

"Angelica ... Ternyata kamu yang datang," ucapnya lega. 

"Kamu pikir siapa?" tanya Angelica dengan menaikkan alisnya.

"Aku pikir yang datang adalah Kakak iparku atau orang-orang suruhannya," jawab Matheo sambil berjalan menuju sofa. 

Angelica pun mengikuti Matheo. "Apa itu sebabnya kamu tidak segera membuka pintu?"

"Iya ..."

"Tidak mungkin mereka akan menangkap kamu di sini karena di sini pasti ada penjaga keamanan. Apartemen ini cukup elit, pasti sangat ketat penjagaan dan tidak akan membiarkan orang sembarangan masuk, terutama jika berpakaian seperti bandit yang mengejarmu sebelumnya," ucap Angelica kemudian duduk di sofa lain, menatap Matheo yang terlihat kusut. Gadis cantik yang memakai celana jeans biru dipadu dengan kaos hitam dan memakai tas selempang itu melirik sekeliling yang sepi, tak melihat jejak-jejak makanan samasekali. "Apa kamu sudah sarapan?" tanyanya.

"Belum ... Aku belum sempat pesan," jawab Matheo dengan tersenyum malu-malu, sebab dia juga tidak menyangka Angelica akan datang menemuinya. 

"Kalau begitu aku akan pesan makanan supaya kita bisa sarapan bersama." 

"Tidak, biar aku saja yang pesan," ucap Matheo segera mengambil ponselnya yang ada di saku celananya. "Aku juga berencana untuk beli mesin potong rambut secara online," lanjutnya.

"Apa kamu akan memotong rambut mu sendiri?" tanya Angelica.

"Yeah, karena tidak mungkin untuk ke barbershop. Aku khawatir akan bertemu dengan kakak ipar ku atau orang-orangnya," jelas Matheo sambil sibuk mengotak-atik ponselnya mungkin memesan makanan dan sekaligus memilih mesin pencukur rambut di online shop.

"Kamu membeli mesin cukur, lalu siapa yang akan mencukur kamu?" tanya Angelica.

"Aku akan mencukur sendiri." 

"Apa kamu bisa mencukur rambutmu sendiri? Bukankah itu akan sangat sulit dan pasti hasilnya tidak bagus ..." Angelica tampak tidak yakin, menatapi Matheo yang memang sudah sangat gondrong namun justru sangat keren. 

Matheo tersenyum tipis, menatap Angelica yang peduli padanya meskipun mereka baru kenal. "Mungkin aku akan mencukur rambutku tanpa meniru style supaya aku terlihat keren. Karena yang terpenting rambut ini dicukur karena aku sangat tidak suka rambut panjang. Mungkin aku akan mencukur sampai tersisa 1 cm saja daripada tidak cukur sama sekali."

Angelica mengerutkan keningnya sambil membayangkan Matheo akan terlihat jelek dengan gaya plontos.

"Jangan, jangan mencukur rambutmu sampai tersisa 1 cm. Kamu akan terlihat sangat jelek!" serunya dengan sangat serius. 

"Tidak masalah. Terlihat jelek atau tampan itu bukan dari rambut tapi dari wajah," sahut Matheo dengan terkekeh. "Kamu tidak perlu khawatir. Aku akan tetap terlihat tampan," lanjutnya penuh percaya diri.

"Ya, tapi akan terlihat makin tampan jika dicukur dengan rapi."

"Apa kamu mempunyai bakat mencukur rambut?" tanya Matheo.

"Aku bisa karena aku sering mencukur rambut ayahku jika dia tidak punya uang untuk ke barbershop," jawab Angelica yang berasal dari keluarga miskin. "Aku bisa mencukur kamu jika kamu mengizinkan. Setidaknya lebih baik daripada kamu mencukur rambut kamu asal-asalan atau kepalamu akan terlihat plontos," lanjutnya. 

"Okay, kamu boleh mencukur aku nanti. Kita tunggu saja mesinnya datang karena aku sudah pesan. Aku juga sudah pesan makanan," ucap Matheo dengan santai. "Tapi sebenarnya apa tujuan kamu ke sini tadi?" tanyanya.

"Aku ingin melihat tempat tinggalmu dan aku juga ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja," jawab Angelica dengan santai lalu berkata, "aku masih ingat saat kamu tiba-tiba masuk rumahku karena kamu menghindari kejaran preman-preman menyebalkan itu. Itu sangat lucu dan aku tidak bisa lupa bagaimana kamu sangat ketakutan."

"Aku bisa saja melawan mereka tapi aku belum yakin untuk bisa mengalahkan mereka. Dan jika aku tertangkap itu berarti kakakku dalam bahaya. Itu sebabnya aku terus berlari sampai aku melihat rumahmu terbuka lalu aku masuk begitu saja," jelas Matheo sambil terkekeh. "Ini adalah pertama kalinya aku masuk rumah orang sembarangan. Beruntung pemilik rumah itu tidak galak." 

Angelica hanya tersenyum.

"Ku harap kita bisa jadi teman," ucap Matheo.

"Ya tentu saja," sahut Angelica dengan tersenyum simpul, menatap Matheo yang tersenyum begitu manis dan diam-diam mencuri perhatiannya. Ah, mungkin saja mereka akan saling jatuh cinta.

___

Di rumah Travis, Phoebe sedang menyiapkan sarapan di meja makan. Wanita itu membuat penuh sarapan berupa avocado toast ditemani dengan French fries dan minuman berupa lemon tea. 

"Ternyata sarapan sudah siap," gumam Travis yang baru datang memasuki ruang makan dengan pakaian yang sudah rapi seperti akan berangkat ke rumah sakit. Pria itu memakai celana hitam dipadu dengan kemeja biru dan jas kedokteran berwarna putih serta menyisir rambutnya dengan style pompade. Dia segera duduk di kursi, menatap makanan di hadapannya yang sudah disediakan oleh Phoebe. "Apa kamu sudah sarapan dan minum vitamin yang saya berikan?" tanyanya.

"Saya akan sarapan nanti kalau minum vitamin," jawab Phoebe dengan suaranya yang terdengar sangat lembut. 

"Kalau begitu ayo sarapan bersama." 

"Tapi, Dok ... Saya akan sarapan bersama Alicia dan security saat anda sudah selesai sarapan," ucap Phoebe yang terlihat anggun memakai terusan dress berwarna biru dan mengikat rambutnya ala ekor kuda. 

"Tapi kamu harus segera sarapan siapa bisa minum vitamin. Sekarang duduklah, anggap saja ini bagian dari pekerjaan," seru Travis.

"Tapi, Dok ..." 

"Jangan membantah," seru Travis dengan tatapan serius.

Phoebe pun segera duduk, berhadapan dengan Travis yang sedang menikmati avocado toast buatannya. Wanita itu segera mengambil piring kecil lalu mengisinya dengan avocado toast dan French fries, lalu memakannya dengan pelan, sesekali melirik sang majikan yang tampan makan dengan lahap. 

'Dulu, aku sering membuat sarapan untuk John. Dia bahkan lebih suka makan di rumah karena suka masakan ku. Apa mungkin sekarang dia masih mencari aku,masih merindukan aku dan menginginkan aku?' Phoebe bertanya-tanya dalam hati, entah kenapa teringat pada John sangat dia cintai.

Drett ...drett ... 

Travis menghentikan aktivitas sarapannya karena ponselnya berdering. Dia pun mengambil ponselnya dari saku jas, lalu segera menjawab panggilan. 

"Hallo."

"Dr. Travis, Ada salah satu pasien mengalami kondisi urgent. Sebaiknya anda segera berangkat ke rumah sakit," ucap seorang wanita dari telepon.

"Lakukan upaya pertolongan pertama, saya akan segera ke sana," seru Travis dengan tegas kemudian memutuskan sambungan telepon itu. Dia segera berdiri sambil menyimpan ponselnya, tatapannya tertuju pada Phoebe yang tampak penasaran. "Saya harus segera berangkat ke rumah sakit karena salah satu pasien saya mengalami kondisi urgent," ucapnya.

"Tapi anda belum selesai sarapan," sahut Phoebe ikut berdiri.

"Masalah sarapan bisa saya lakukan nanti. Sekarang saya harus pergi karena ini menyangkut tentang nyawa pasien saya," ucap Travis dengan terburu-buru segera meninggalkan ruang makan. 

Phoebe terdiam, menoleh melirik Travis yang sangat terburu-buru demi pasien yang mungkin adalah wanita hamil yang akan melahirkan. Dia jadi berpikir tentang bagaimana dia akan melahirkan nanti, mungkin hanya akan ditemani oleh Matheo dan hanya ke bidan yang tidak mematok harga mahal karena dia harus hemat.