Chereads / Wanita Lain Di Hati Suamiku / Chapter 13 - Uang kompensasi

Chapter 13 - Uang kompensasi

"Insya Allah Non, saya pasti akan balik lagi setelah 3 hari. Saya sudah sangat nyaman bekerja bersama Non dan juga den Rehan," ucap bi Iyas.

"Terus Bibi mau berangkat kapan Bi?" Tanya Dinda.

"Insya Allah malam ini Non, nanti Bibi naik bus saja pulangnya," kata bi Iyas menjelaskan.

"Oh ya udah Bi, nanti Bibi hati-hati yah pulangnya dan jangan lupa Bibi bilang juga sama mas Rehan kalau Bibi mau pulang," kata Dinda lagi.

"Iya Non, baik. Terima kasih banyak yah Non atas pengertiannya," kata bi Iyas terlihat senang.

"Iya Bi, sama-sama." jawab Dinda.

Dinda pun akhirnya tersenyum lega mendengar penuturan dari bi Wulan yang mengatakan akan kembali bekerja dengannya setelah urusannya selesai.

Dinda mengizinkan Bi Iyas untuk pulang kampung sementara dirinya akan sangat di sibukkan dengan pekerjaan dan juga masalah dalam rumah tangganya seorang diri.

Keduanya pun pulang ke rumah tanpa di jemput oleh Rehan. Keduanya pulang menggunakan taksi online yang telah di pesan oleh Dinda sebelumnya.

***

Dinda terperanjat melihat mobil Rehan yang ada di bagasi mobil sementara dirinya pulang hanya bersama dengan bi Iyas.

'Mas Rehan ada di rumah ternyata. Kok dia ngga jemput aku dan Arka yah.' batin Dinda.

Dinda dan bi Iyas pun turun setelah mengulurkan uang ratusan ribu pada supir yang mengantarkannya hingga kedepan rumah.

Dinda menyipitkan matanya sembari kakinya terus melangkah mendekati pintu rumah.

CEKLEK.

Dinda menekan gagang pintu yang seketika itu juga langsung terbuka karena tidak di kunci. Dinda menyuruh bi Iyas untuk masuk ke dalam dan membawa Arka ke kamarnya.

"Bi, antarkan Arka ke kamarnya yah Bi," ucap Dinda dengan senyumannya.

"Baik Non," jawab bi Iyas. Langkah kakinya langsung membawanya pergi menjauhi Dinda sementara Dinda masih mencari di mana Rehan berada.

'Mungkin mas Rehan ada di kamar,' batin Dinda.

Langkah kakinya langsung menuju ke dalam kamar namun Dinda tak menemukan Rehan di dalamnya. Dinda lantas berdiri sejenak sembari berpikir dimana Rehan dan Dinda pun teringat sebuah ruangan yang biasanya di datangi Rehan.

Dinda beralih ke ruang kerja Rehan yang berada tidak jauh dari kamarnya. Perlahan Dinda membuka pintu ruang kerjanya tanpa meminta izin dan melihat Rehan tengah duduk di kursinya.

Rehan yang sedang memainkan ponselnya pun di buat terkejut dengan kedatangan Dinda yang tiba-tiba tanpa permisi. Keningnya mengkerut sekarang menahan marah pada istrinya yang di lihatnya di ambang pintu.

"Kamu ngga punya sopan santun banget sih! Kalo mau buka ruangan itu izin dulu jangan asal buka aja!" Bentak Rehan pada Dinda.

Dinda yang merasa sudah terlanjur di omeli lantas memberanikan dirinya masuk ke dalam ruang kerja Rehan meski tanpa persetujuannya.

"Kamu keterlaluan banget sih Mas. Kamu kan tahu kalau Arka hari ini pulang tapi kamu nggak mau jemput sama sekali," protes Dinda pada Rehan.

"Ngapain harus jemput sih? Kan kamu bisa pulang sendiri. Ngga usah manja!" Bentak Rehan lagi.

Dinda seketika menggenggam erat telapak tangannya mendengar kata manja keluar dari mulut Rehan. Bukannya Dinda ingin dimanja oleh Rehan karena dirinya pun sudah merasa jijik pada suaminya itu tapi Dinda hanya ingin Rehan memperhatikan anaknya dan jangan hanya terfokus pada wanita selingkuhannya.

"Kamu lihat ini, Mas?" Tanya Dinda sembari menunjuk perban yang melekat di pelipis matanya.

"Ini adalah perbuatan dari wanita selingkuhan kamu itu. Dia datang ke rumah sakit tiba-tiba dan memaki-maki aku Mas," kata Dinda, dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

Bukannya mendapatkan simpatik dari Rehan, dirinya malah justru ditertawakan oleh Rehan bahkan suara tawanya yang terbahak-bahak membuat Dinda semakin naik pitam.

"Apa? Jadi itu perbuatan Sekar? Hahahaha bagus sekali si Sekar itu. Akhirnya dia bisa memberimu pelajaran," kata Rehan yang masih belum berhenti tertawa.

Dinda mengerutkan keningnya hingga kedua alisnya seakan bertemu. Dinda sungguh tak menyangka jika Rehan bisa menertawainya seperti itu dan Dinda sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Rehan yang justru mendukung aksi jahat yang telah di lakukan Sekar hingga membuatnya terluka.

Dinda menelan salivanya sebelum kembali berbicara pada Rehan. Dinda tak ingin lagi bersikap seolah lemah di hadapan suaminya itu karena Dinda tahu tak akan ada rasa simpatik yang suaminya berikan untuknya.

"Aku mau kamu bayar 30 juta Mas," kata Dinda tiba-tiba menengadahkan tangannya.

Seketika Rehan pun menghentikan tawanya dan menatap Dinda dengan lekat. Langkah kakinya perlahan mendekat ke arah Dinda.

"Apa? 30 juta? Untuk apa uang sebanyak itu?" Tanya Rehan.

"Aku mau kamu mengganti rugi atas apa yang sudah wanita simpanan mu itu lakukan padaku. Kalau tidak...."

Dinda menggantungkan kalimatnya hingga membuat Rehan menaikkan sebelah alisnya menunggu Dinda menyelesaikan kalimatnya.

"Kalau tidak apa?" Tanya Rehan.

"Kalau tidak, aku akan menuntut Sekar atas perbuatannya itu biar dia di penjara dan kamu ngga bisa lagi ketemu sama dia," ancam Dinda.

Dengan sangat marah Rehan lantas menaikkan tangannya dan mencengkeram kuat dagu Dinda hingga membuatnya sedikit meringis menahan sakit.

Dinda mulai kesulitan bernafas namun Dinda tak mau terlihat lemah di hadapan Rehan sehingga Dinda tetap tersenyum menantang menanggapi aksi Rehan.

"Memangnya kamu punya bukti, hah?" Tanya Rehan.

"Bi Iyas adalah saksinya dan kalau masih kurang, ada cctv rumah sakit yang bisa semakin memperkuat bukti yang aku katakan ini," kata Dinda yang semakin pintar mengancam.

Rehan pun dengan kasar melepaskan cengkeramannya pada Dinda hingga membuat Dinda terlepas dari rasa sakitnya.

Rehan hanya bisa mengumpat dalam hati karena perbuatan Dinda padanya. Rehan tahu jika Dinda bukanlah wanita bodoh yang bisa menerima begitu saja perbuatan jahat Sekar.

"Aku akan beri kamu waktu 5 menit untuk berpikir sebelum aku menelpon polisi," kata Dinda sembari mengangkat ponsel di tangan kanannya.

"Ba-baiklah... Aku akan memberimu uang 30 juta sebagai kompensasi asalkan kamu jangan melaporkan Sekar pada polisi," kata Rehan akhirnya menuruti permintaan Dinda.

'Sebegitu cintanya kamu dengan Sekar, mas sampai kamu rela mengeluarkan uang sebanyak itu untuk melindungi Sekar.' batin Dinda menahan sesak. Menatap suaminya yang juga menatapnya kesal.

Hatinya benar-benar menangis saat itu namun dengan sekuat tenaga Dinda menahan air matanya agar tak jatuh di hadapan Rehan saat itu.

"Oke, kalau gitu transfer sekarang juga ke rekeningku!" Perintah Dinda.

"Dasar wanita matre," umpat Rehan dengan suara pelan.

Dengan menghembuskan kasar napasnya dan emosi yang belum mereda Rehan kembali meraih ponselnya yang ada di atas meja setelah di letakkannya di sana.

Jari-jemarinya dengan lincah menekan tombol di ponselnya untuk mentransfer uang pada Dinda.

Ting....

Notifikasi di ponsel Dinda terdengar dan Dinda pun tersenyum setelah melihat jumlah saldonya bertambah. Dengan rasa puas Dinda pun mematikan kembali ponselnya.

"Sudah," kata Rehan singkat.

"Oke Mas, udah masuk. Kalo gitu aku pergi ke kamar dulu," kata Dinda dengan rasa puas.

Langkah kakinya langsung membawanya keluar dari ruangan kerja Rehan sebelum Rehan memberinya izin.

CEKLEK.

Dinda menutup pintu ruangan Rehan setelah tubuhnya berhasil keluar dari sana. Langkah kakinya terhenti sejenak dan dagunya terasa sangat nyeri karena menahan rasa sakit atas perlakuan Rehan padanya.

"Kamu jahat banget mas sama aku. Kamu tega menyakiti aku mas," kata Dinda lirih sembari memegang bekas cengkraman Rehan pada dagunya yang meninggalkan bekas merah di kulit putihnya.

Namun Dinda masih berusaha sekuat mungkin untuk berada satu rumah dengan suami yang tak mencintainya lagi, ia membuka kembali notifikasi jumlah uang yang ia terima, Dinda menyunggingkan senyum tipis sembari menghayal kan sesuatu pada uang yang ia terima saat itu.