"Kau kenal aku?"tanya dr.Ridwan.
"Kau kakak Raisa,kan?"tanya Rehan."Wajahmu sedikit berubah tapi belum lama aku yakin kalau kau adalah kakaknya."
"Apa kabarmu setelah membunuh adikku?"tanya dr.Ridwan.
Rehan ingin menjawab tapi lidahnya kelu.Zat racun itu sudah bereaksi sangat cepat pada tubuhnya.
"Pergilah ke neraka dan membusuklah disana!"seru dr.Ridwan tegas kepada Rehan.
Dokter Ridwan kemudian meninggalkan Rehan yang mencoba untuk meminta tolong dengan isyarat tubuhnya.Semua jejaknya telah dihapus dan polisi memang tidak mencurigai dr.Ridwan.
Sementara itu Sahrul baru saja dari masjid yang ada di dekat kantor polisi.Dia baru saja melaksanakan shalat Ashar dan berdo'a untuk Mutiara.
Sahrul langsung menuju ke kantor polisi.Para polisi sudah sangat mengenalnya.Bahkan dia sudah mendapat julukan sebagai "sang suami" oleh para polisi yang bertugas.Sahrul menuju tempat biasa dia berbaring.Ada di sudut kantor polisi.Disitu sudah ada kasur single,meja kecil,dan lemari kecil.Polisi berbaik hati membiarkan "sang suami" untuk tetap berada di kantor polisi.
Sahrul bersiap-siap untuk ke Hotel Sahrul.Ada meeting dengan klien setengah jam lagi.Para polisi sangat kagum dengan ketulusan hati Sahrul yang tidak pernah meninggalkan Mutiara.Padahal sebagai seorang pengusaha kaya,Sahrul bisa saja menyewa kamar hotel yang ada di dekat kantor polisi.Namun pemuda berusia 34 tahun itu tidak mau melakukannya.
Baginya,jika Mutiara berbaring di lantai dingin dan hanya beralas tikar maka dia pun harus mengalami hal yang sama.
Sahrul sudah tiba di Hotel Sahrul.Emal menyambutnya.Mereka kemudian ke ruang meeting.Tak lama kemudian klien mereka hadir dan meeting pun berlangsung.Banyak kesepakatan positif yang didapat Sahrul dalam meeting ini bersama kliennya.Usai meeting Sahrul dan Emal menuju ke ruang kerja Sahrul.Mereka membahas banyak hal terkait pekerjaan.
"Ibuku ingin aku segera menikah."kata Sahrul kepada Emal begitu mereka usai membahas tentang pekerjaan.
"Lalu?"tanya Emal yang duduk di hadapannya saat ini.
"Dia mengajukan banyak calon.Semua anak konglomerat,punya masa depan cerah dan cantik."jawab Sahrul.
Sahrul menunjukkan foto gadis-gadis itu lengkap dengan data latar belakang mereka melalui handphonenya kepada Emal.Emal akui bahwa semua gadis ini adalah gadis-gadis kelas A yang sayang untuk tidak dinikahi.
"Kau tertarik kepada yang mana?"tanya Emal penasaran.
"Aku tertarik kepada yang ini."jawab Sahrul sambil menunjukkan sebuah foto kepada Emal.
Emal terkejut melihat foto itu.
"Tapi,dia dalam penjara."kata Emal.
"Aku tidak peduli."kata Sahrul.
"Tapi,dia bisa saja dihukum mati."kata Emal.
"Aku tidak peduli."kata Sahrul.
"Tapi,meskipun dia lolos dari hukuman mati,masa depannya sudah tidak indah lagi."kata Emal.
"Aku tidak peduli."kata Sahrul.
"Kalau kau menikahinya,selamanya kau akan disebut sebagai suami seorang pembunuh."kata Emal.
"Aku tidak peduli."kata Sahrul.
Emal kagum dengan kekuatan cinta yang dimiliki Sahrul.
"Dia memang bukan gadis tercantik di dunia,tapi dia telah mencantikkan duniaku."kata Sahrul tulus.
Sahrul memandangi foto Mutiara sambil tersenyum.
"Dia adalah gadis yang kuat."kata Sahrul."Dia membangun bisnisnya sendiri,tangguh,berani,tulus,dan berani mengakui kesalahannya."
"Aku juga kagum dengannya."kata Emal."Tunggu apa lagi,kapan kau akan menikahinya?"
Sahrul kemudian memberitahu kedua orang tuanya kalau dia hanya ingin menikahi Mutiara.Mulanya kedua orang tuanya tidak setuju.Sahrul adalah anak tunggal yang sangat diharapkan oleh keduanya menjalani sebuah kisah cinta yang normal.
Menikahi seorang narapidana?
Namun keduanya tak bisa memaksakan kehendak.Kekuatan cinta Sahrul kepada Mutiara terlalu kuat.Kedua orang tua Sahrul akhirnya memberi restu.
Di Jum'at yang indah.
Di pagi itu,jam besuk ada.Sahrul yang memang sudah tinggal di kantor polisi mengajukan izin besuk.Para polisi hanya tersenyum-senyum saat menyetujui surat izin besuk itu.Julukan untuk Sahrul dan Mutiara kali ini di kalangan para polisi bukanlah Romeo dan Juliet tapi Adam dan Hawwa.
Mutiara duduk di hadapan Sahrul.Keduanya dipisahkan oleh dinding kaca tebal.Polisi penjaga sel berpura-pura membaca buku padahal telinganya kepo ingin mendengar apa yang akan diucapkan oleh Sahrul dan Mutiara.
"Lusa adalah sidang putusanmu."kata Sahrul kepada Mutiara.Dia mau memberi semangat kepada gadis itu.
Mutiara tersenyum seperti biasa.Dia memang tidak terlihat bersedih sama sekali.Semakin lama di sel dia semakin ceria saja.Kepasrahan telah membuatnya cantik.
"Jika aku dihukum mati,apa kau akan menangis?"tanya Mutiara sambil tersenyum.
"Hakim tak akan sekejam itu."jawab Sahrul.
"Jangan menangis jika hukuman mati benar terjadi."kata Mutiara.Sinar matanya optimis.
"Apa kau tahu di setiap tahajudku aku selalu mendo'akan agar hukuman mati itu tidak terjadi."kata Sahrul."Allah pasti mengabulkan do'aku."
"Jangan hanya mendo'akan aku,do'akan juga dirimu."kata Mutiara.
"Do'a tentang apa?"tanya Sahrul.
"Tentang agar kau lekas dapat jodoh."jawab Mutiara.
Sahrul tersenyum mendengarnya.
"Aku sudah berdo'a tentang itu sejak lama."kata Sahrul."Bahkan sebelum aku mengenalmu."
"Ajaibnya kau tidak berjodoh dengan Nadia."kata Mutiara.
"Allah tidak menjodohkan aku dengan Nadia karena Allah punya niat baik untukku."kata Sahrul.
"Apa sudah ada gadis yang dikirim Allah untukmu?"tanya Mutiara.
"Tentu saja."jawab Sahrul.
"Aku harap gadis itu adalah gadis baik hati dan memiliki masa depan yang cerah."kata Mutiara.
Sahrul tersenyum mendengarnya.Pak polisi yang sedang menguping berpura-pura serius membaca buku yang rupanya terbalik.
"Mutiara....."kata Sahrul serius.
"Ya."kata Mutiara tersenyum cerah."Ada apa,sahabatku?"
"Aku mencintaimu."jawab Sahrul tulus.
"Kau sudah gila?"tanya Mutiara.
"Tidak."jawab Sahrul.
Mutiara menatap Sahrul.Ada airmata jatuh di salah satu sudut mata Mutiara.Jam besuk masih lama tapi Mutiara memilih beranjak.Dia tak perlu memberi pernyataan,jika Sahrul normal tentu hal yang paling tepat dilakukan pemuda itu adalah melupakannya.
.............