Nadia bukannya keguguran.Dia sengaja menggugurkan kandungannya beberapa hari setelah kunjungannya ke rumah Sahrul kala itu.Dia berpikir Sahrul bisa mencintainya asalkan dia tidak memiliki anak.
Selain itu dia sibuk memperbaiki bentuk tubuhnya dengan operasi dan sedot lemak.Semua dilakukan agar Sahrul bisa tergila-gila kepadanya.
Hari ini Nadia mengunjungi sel Mutiara.Kebetulan Sahrul tidak datang berkunjung lantaran adalah perjalanan bisnis ke Dubai.Kini Mutiara sudah duduk di hadapannya.Dinding kaca tebal menghalangi keduanya.
"Apa maksud kedatanganmu kemari?"tanya Mutiara tenang kepada Nadia.
"Aku mendengar desas desus kalau Sahrul menyukaimu."jawab Nadia.
"Lalu?"tanya Mutiara.
"Itu tidak benar,kan?"tanya Nadia mengejek.
Mutiara tidak emosi menanggapi nada ejekan dari kata-kata yang dilontarkan Nadia.
"Tidak mungkin seorang CEO kaya raya sudi mencintai sampah sepertimu."kata Nadia lagi.
"Hanya itu yang mau kau sampaikan kepadaku?"tanya Mutiara tenang.
"Kusampaikan kepadamu,jangan ganggu hubunganku dengan Sahrul.Sahrul selamanya adalah milikku."jawab Nadia.
"Aku kira kalian sudah putus?"tanya Mutiara.
"Cinta lama bisa bersemi kembali,Mutiara."jawab Nadia."Lihatlah aku semakin cantik dan sexy.Sahrul pasti lebih memilihku daripada dirimu."
"Terserah apa yang mau katakan."kata Mutiara."Ada baiknya kita akhiri saja pertemuan ini.Aku ada kesibukan lain."
"Kau sibuk apa?.Jangan sok sibuk sedangkan kau hanya seorang napi."ejek Nadia.
"Aku sedang sibuk menghafal Al Qur'an,Nadia.Pikiranku harus tenang.Jiwaku harus damai.Aku pergi dulu."kata Mutiara sambil beranjak dari duduknya.
Nadia memanggilnya tapi Mutiara tetap melangkah pergi.
Saat Sahrul sudah kembali dari Dubai,Nadia datang berkunjung ke rumah Sahrul yang ada di tepi pantai.Ada sebuah veri yang bisa diakses 3 kali seminggu untuk bisa mencapai Pulau Mawar dari Jakarta.Veri itu hanya beroperasi di pagi hari saja.
Sahrul menerima kehadiran Nadia.Mereka duduk di gazebo yang ada di tepi pantai.
"Aku makin cantik,kan?"tanya Nadia sambil memamerkan bentuk tubuhnya kepada Sahrul.
Sahrul akui Nadia memang jauh lebih semampai.Operasi plastik pada hidungnya juga membuatnya semakin cantik.
"Kenapa kau bisa keguguran?"tanya Sahrul.
"Aku kecelakaan,tabrakan."jawab Nadia berbohong.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun."kata Sahrul.
Nadia menatap Sahrul penuh cinta.Sahrul menundukkan pandangannya.
"Sahrul,aku kini seorang diri dan senantiasa menunggumu mencintaiku kembali."kata Nadia.
"Nadia."kata Sahrul.
"Ya.Katakanlah kau mencintaiku."kata Nadia.
"Maafkan aku,Nadia.Aku tidak bisa mencintaimu lagi.Kisah kita sudah lama usai."kata Sahrul.
"Jadi benar desas desus yang kudengar?"tanya Nadia.
"Desas desus apa itu?"tanya Sahrul.
"Tentang kau yang mencintai Mutiara."jawab Nadia cemburu.
Sahrul tersenyum.
"Aku memang mencintai Mutiara."kata Sahrul bahagia.
"Kenapa harus dia,Sahrul?.Dia hanya seorang narapidana."kata Nadia."Aku juga jauh lebih cantik darinya."
"Nadia,aku tidak menilai kecantikan seorang wanita dari bentuk fisik dan rupanya.Bagiku kecantikan hati jauh lebih penting.Aku mencintai akhlaknya,sifatnya,dan karakternya."kata Sahrul jujur.
"Dia membunuh mantan kekasihnya,Sahrul.Apa itu yang kau sebut akhlak yang pantas kau cintai?"tanya Nadia.
"Dia korban fitnah."jawab Sahrul.
"Kau sudah dibutakan oleh cinta,Sahrul."kata Nadia."Kau akan menyesal jika tetap mencintainya,Sahrul."
"Aku tak akan pernah menyesalinya,Nadia.Aku justru bahagia setiap waktu."kata Sahrul.
"Apa bahagianya mencintai narapidana?.Kalian tidak bisa bebas berkencan,kalian tidak bebas untuk bertemu kapanpun kalian mau,kalian tidak bebas dalam banyak hal."kata Nadia.
"Apapun itu aku tetap mencintainya.Sudah mau Shalat Zuhur.Sebaiknya kau pulang."kata Sahrul.
"Tak ada veri pulang,Sahrul.Kau tentu tahu itu.Veri disini hanya ada pada hari Senin,Kamis,dan Minggu.Veri pulang hanya ada di hari Kamis."kata Nadia.
"Kau sepertinya sengaja untuk tinggal lebih lama disini."kata Sahrul.
"Salahkah?"tanya Nadia.
"Kau akan diantar kembali ke Jakarta dengan menggunakan kapalku."jawab Sahrul.
"Aku tidak mau pulang."kata Nadia."Jangan paksa aku."
"Terserah,tapi kau jangan menginap di rumahku."kata Sahrul.
"Kau kejam,Sahrul."kata Nadia.
"Terserah apa katamu,Nadia."kata Sahrul."Ada penginapan kecil di dekat pemukiman warga.Di pulau ini hanya ada desa kecil."
Nadia terpaksa pergi.Sahrul menyuruh sopirnya untuk membawa Nadia ke penginapan tersebut.Sementara dia menuju ke Mushala untuk Shalat Zuhur.
Esok harinya memang tak ada jam besuk tapi ada lomba Hafalan Al Qur'an yang diadakan di Lapas Pulau Mawar (LPM).Lomba itu mengizinkan warga lokal hadir untuk menontonnya.Sahrul tentu hadir dan Nadia juga mengikutinya.Sahrul duduk jauh dari Nadia,Nadia mencoba untuk duduk di samping Sahrul namun usahanya sia-sia.Nadia terpaksa duduk agak jauh dari Sahrul.
Mutiara tampil memukau dalam lomba tersebut.Sahrul memotretnya dari kursi penonton.Nadia terlihat sangat cemburu melihat sikap Sahrul tersebut.Nadia seperti ingin mengoyak-ngoyak tubuh Mutiara saat itu juga.
Mutiara menjadi juara pertama dalam lomba tersebut.Sahrul berbahagia dengan hal itu tapi tidak dengan Nadia.Mutiara mendapatkan hadiah yang banyak dari pihak LPM.Setelah penerimaan hadiah,para narapidana yang mengikuti lomba berfoto bersama kemudian kembali masuk ke dalam ruang tahanan.
Salah satu hadiah Mutiara adalah bebas dibesuk oleh siapapun di hari ini.Sahrul menggunakan kesempatan itu untuk membesuk Mutiara.Nadia sempat menahannya tapi Sahrul tidak memperdulikan Nadia.Nadia sangat cemburu dengan hal tersebut.
Kini Sahrul dan Mutiara sudah duduk berhadapan di ruang besuk.
"Alhamdulillah,kau menang."kata Sahrul bahagia.
"Apa hadiahku darimu?"tanya Mutiara.
"Kau mau apa?"tanya Sahrul.
"Aku mau undangan pernikahanmu."jawab Mutiara.
"Baiklah."kata Sahrul."Kapan hari baik untuk kita mencetak undangan?"
"Bukan kita."jawab Mutiara cepat."Tapi kamu dengan siapapun selain aku."
"Mutiara,aku tidak akan selingkuh."kata Sahrul.
Mutiara tidak ingin Sahrul tidak menikah seumur hidupnya lantaran menunggu Mutiara.
"Sahrul,aku tidak mungkin menikah denganmu."kata Mutiara.
"Tapi,kau mencintaiku,kan?"tanya Sahrul.
"Cinta saja tak cukup untuk sebuah pernikahan.Harus ada tanggung jawab dan kebersamaan di dalamnya."jawab Mutiara.
"Apa aku kurang bisa bertanggung jawab?"tanya Sahrul.
"Bukan kau tapi aku."jawab Mutiara."Sebagai isteri aku tidak bisa bertanggung jawab untuk merawatmu,kita juga tidak bisa bersama terus.Keadaanku melarangku untuk selalu bisa disisimu kapanpun kau mau."
"Mutiara,apa kau lupa?"tanya Sahrul.
"Tentang apa?"tanya Mutiara.
"Dalam sebuah pernikahan ada kata menerima kekurangan dan mensyukuri kelebihan."jawab Sahrul penuh cinta.
"Kekuranganku terlalu banyak."kata Mutiara.
"Aku tidak peduli."kata Sahrul."Selama Allah bersama kita bagiku bersamamu adalah yang terbaik."
Mutiara diam saja mendengarnya.Dia memilih untuk pergi dari hadapan Sahrul.Sahrul tak kuasa menahannya.Sahrul berharap Mutiara sedikit saja berbalik ke arahnya,namun harapan itu pudar.Mutiara terus melangkah meninggalkannya tanpa berbalik sedikitpun.Sahrul hanya bisa melihat punggung Mutiara yang semakin menjauh.
Sahrul menghela nafasnya.Menghembuskannya lagi.Bukan hanya sekali Mutiara menolaknya seperti tadi.Ini sudah sering terjadi.
Apakah Sahrul akan menyerah?
Sahrul kemudian keluar dari lapas.Nadia masih menunggunya dengan setia.
"Kau terlihat pucat."kata Nadia penuh perhatian.
Sahrul terus melangkah dan tidak mengindahkan mantan kekasihnya itu.Jika saja membunuh mantan diperbolehkan tentu sudah lama dia melakukannya.Dia muak melihat Nadia.
Nadia terus mengejarnya.Dia sama sekali tidak kenal kata lelah untuk mengejar kembali cinta Sahrul.Sahrul sudah tiba di rumahnya.Dia menutup pintu pagar sebelum Nadia sempat masuk ke dalam.
"'Buka aku,sayang."kata Nadia memelas.
Sahrul tidak mengindahkannya.Sahrul memilih masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rapat.
............