Chereads / MEMBUNUH MANTAN? / Chapter 10 - BAB 10 . SEBUAH PERJALANAN

Chapter 10 - BAB 10 . SEBUAH PERJALANAN

Tak lama kaki Mutiara tersandung batu sungai.Keseimbangannya dipertanyakan,Sahrul segera mengembalikan keseimbangan Mutiara yang sempat goyah sehingga Mutiara bisa kembali berdiri tegak.

Mutiara melanjutkan langkahnya.Dia tidak mudah goyah oleh tantangan pertama.Sahrul tetap menjaganya dari belakang.Seumur hidupnya Sahrul baru melihat wanita setangguh ini.

Buaya yang dikhawatirkan Ade apakah nampak?

"Hati-hati.....banyak buaya disitu!"teriak Ade mengingatkan mereka.Ade terlihat sangat khawatir.

Mutiara tidak takut dengan buaya.Namun kakinya kembali tersandung batu sungai.Dia mencoba menjaga keseimbangannya.Sahrul mencoba menarik tangannya namun pegangan tangan Sahrul terlambat hadir sehingga Mutiara harus terjatuh.

"Mutiara!!!"seru Sahrul.

Arus sungai membawa tubuh Mutiara.Mutiara mampu berenang tapi arus sungai terlalu deras.Sahrul segera berenang untuk menyelamatkan Mutiara.

Ade semakin khawatir.Dia mengkhawatirkan Mutiara dan Sahrul yang disangkanya adalah pasangan suami isteri.

Sekuat tenaga Sahrul mencoba menjangkau Mutiara.Usahanya tidak sia-sia.Dia berhasil menjangkau tubuh majikannya itu.Sahrul berharap tinggi agar tak ada buaya.Mutiara sepertinya sudah tidak sadarkan diri.Sahrul segera membawa dirinya dan Mutiara ke bibir sungai.Ade segera menyambut mereka.

Hujan sudah reda.

Sahrul segera mengangkat tubuh Mutiara dan membaringkannya di sebuah pondok reot yang ada di dekat sungai itu.Pondok itu tak berdinding dan atapnya juga bocor sana sini.

"Tunggu apa lagi,segera berikan nafas buatan kepada isterimu."kata Ade mendesak Sahrul.

"Dia bukan isteriku."kata Sahrul.

"Cepatlah!"seru Ade.

Tak ada pilihan lain,Sahrul segera memberikan nafas buatan untuk Mutiara.Ini untuk pertama kalinya dia menyentuh bibir seorang wanita.Tapi ini demi kebaikan Mutiara,Sahrul tidak memiliki niat jahat sama sekali.

Berkat pertolongan nafas buatan dari Sahrul,Mutiara akhirnya bisa sadarkan diri.Dia mengeluarkan banyak air yang tadi dia telan.Ade menyodorkan minyak angin kepada Mutiara.Mutiara mengambilnya dan menggunakannya.Dia tidak boleh lemah.Dia kemudian duduk di atas lantai pondok.

"Beruntung isterimu tidak sedang hamil,kalau tidak aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepada bayi kalian."kata Ade lega.

"Dia bukan isteri saya."kata Sahrul lagi.

"Kenapa suamimu tidak mengakuimu?.Apa kalian sedang bertengkar?"tanya Ade penuh selidik kepada Mutiara layaknya wartawan infotainment.

"Dia bukan suamiku."jawab Mutiara.

Ade menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kita lanjutkan perjalanan."kata Mutiara sambil bangkit dari atas lantai pondok.

"Tapi,kondisi ibu masih lemah."kata Sahrul.

"Gendong aku."kata Mutiara.

Sahrul memenuhi saran Mutiara.Dia pun menggendong tubuh Mutiara.Setelah itu dia menyeberang sungai sambil menggendong Mutiara.

Ini sulit.Namun Sahrul terus melangkah.Ini untuk pertama kalinya dia menggendong seorang wanita.Dia sedikit kaku dan malu.Namun dia tetap melangkah.

"Apa aku berat?"tanya Mutiara.

"Tttiddak."jawab Sahrul kaku.

"Kau kedinginan?"tanya Mutiara.

"Tidak."jawab Sahrul.

Tubuh keduanya masih basah.Sahrul hanya berharap agar Mutiara tidak masuk angin.Beruntung tas selempang dan ransel Mutiara tidak terbawa arus dan masih dalam jangkauan Sahrul saat ini.

Mereka akhirnya tiba di tempat tujuan.Ade lega.Mereka juga lega.Mutiara segera turun dari gendongan Sahrul.Menurut Ade perbatasan tinggal 2 kilometer lagi.Mereka langsung berjalan kaki menuju perbatasan.Setelah mereka tidak terlihat lagi,Ade mematikan lampu mobil dan kembali ke kota.

Berjalan kaki dengan tubuh basah kuyup tentu tidak mudah.Apalagi udara malam juga sangat dingin menusuk.Smartwatch Mutiara menunjukkan pukul 2.45 dinihari.Mereka tidak patah semangat,perjalanan ini harus dinikmati.

Akhirnya mereka tiba di perbatasan 30 menit kemudian.Menurut Ade banyak perahu yang siap disewa di bibir sungai.Dan itu benar adanya.Ada dua orang pemuda yang baru saja dari mengangkut kayu dengan sampan mereka.Keduanya siap menerima tawaran dari Mutiara dan Sahrul.Kayu-kayu mereka dinaikkan dulu ke darat,setelah itu Mutiara dan Sahrul naik ke atas sampan.Dua pemuda yang lain naik dan mulai menyalakan mesin.

Sampan melaju dengan cepatnya.Angin berhembus.Pakaian Sahrul dan Mutiara sudah mulai mengering.

Dua pemuda itu menyangka Sahrul dan Mutiara adalah sepasang sejoli yang sedang kawin lari.

"Sepertinya calon isterimu kedinginan,kenapa kau tidak mendekapnya?"tanya salah satu pemuda kepada Sahrul.

"Kami bukan sepasang kekasih."jawab Mutiara dan Sahrul bersamaan.

Dua pemuda itu tidak mau banyak bicara.Mereka sudah terlanjur yakin dengan dugaan mereka.Pukul 04.00 tepat mereka tiba di desa tempat Chef Vendis tinggal.

Usai membayar sewa sampan,Sahrul dan Mutiara melanjutkan perjalanan.Sahrul sangat teringat dengan desa ini.Desa ini tidak banyak berubah.Sudah 19 tahun Sahrul meninggalkan desa ini.Jalan setapak sudah mulai melebar dan diberi aspal tipis.Listrik sudah masuk namun sinyal handphone belum ada.

Orang-orang masih ke masjid,suara pengajian Al Qur'an di masjid terdengar.Sahrul juga singgah di masjid untuk shalat.Mutiara juga.Beruntung ada perlengkapan shalat di masjid tersebut.Tas ransel dan isinya masih lembab dan basah.Tas selempang pun sama.

Saat shalat Subuh Sahrul menyadari kalau lelaki yang berdiri di sampingnya saat ini adalah Chef Vendis Tengker.Setelah selesai Shalat Subuh Sahrul langsung menegur Chef Vendis.Chef Vendis kemudian menyambut baik sikap Sahrul yang sangat bersahabat.Mereka berdua keluar dari masjid bersama-sama.Saat sudah di luar masjid Mutiara melihat Chef Vendis dan Sahrul.

"Ini bos saya,Chef."kata Sahrul memperkenalkan Mutiara dan Sahrul.

"Nama saya Mutiara,Chef "jawab Mutiara."Apa Chef mengenal Ibu Angelina?.Beliau adalah ibunda dari Pak Didit.Ibu Angelina hanya ingin Chef yang memasak untuk menu Tinutuan di acara pertunangan cucunya besok siang."

"Saya kenal dengan beliau."kata Chef Vendis."Maaf,saya tidak bisa memenuhi keinginan beliau."

"Tolong kami,Chef.Kami datang jauh-jauh dari Jakarta untuk menjemput Chef."kata Sahrul.

Chef Vendis tetap menolak.Beliau hanya mengajak Sahrul dan Mutiara untuk ke rumahnya.Beliau prihatin dengan kondisi keduanya yang sepertinya sangat lelah menempuh perjalanan jauh dan berliku.

Tiba di rumah Chef Vendis,keduanya langsung beristirahat.Chef Vendis hanya punya 1 kamar kosong.Mutiara memutuskan berbaring di ranjang kamar itu sedangkan Sahrul di ruang tengah rumah dengan menggunakan tikar.Chef Vendis secara sukarela membuatkan menu sarapan untuk Mutiara dan Sahrul.

Di dalam kamar Mutiara hanya bisa berbaring dan berdo'a kepada Allah.Dia sudah melakukan semua cara yang dia bisa sekarang dia hanya berserah diri kepada Allah.Sahrul pun melakukan hal yang sama.Keduanya tidak bisa tidur dan hanya memandang langit-langit rumah Chef Vendis.Berharap sebuah keajaiban datang di saat itu juga.

.......