Menu sarapan adalah Tinutuan.Sangat lezat dan memang berbeda dengan menu Tinutuan yang dijual di pasaran.
Chef Vendis merasa seperti pernah melihat Sahrul sebelumnya.Namun beliau tidak mengatakan apapun.Beliau hanya sibuk berpikir saja.Mereka sudah selesai sarapan.Chef Vendis mengajak kedua tamunya bersantai di taman belakang rumah beliau yang asri.
Mutiara dan Sahrul sudah berganti pakaian dengan pakaian yang dimiliki para pekerja yang ada di rumah Chef Vendis.Pakaian yang mereka kenakan adalah pakaian couple,karena kebetulan pekerja di rumah itu adalah sepasang suami isteri.
Di taman belakang ada kolam renang mini,mereka bertiga duduk melantai di gazebo yang ada di dekat kolam tersebut.
" Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya."kata Chef Vendis kepada Sahrul.
Sahrul tidak akan lupa.Mei 2005,saat dia berulang tahun yang ke 19 ibunya secara special mengundang Chef Vendis untuk menjadi Chef dalam private dinner birthday yang diadakan di rumah mereka.
Saat itu Chef Vendis juga menyajikan menu Tinutuan yang langsung dimasaknya di hadapan para tamu yang hanya merupakan dari kalangan keluarga dekat saja.Banyak menu lain yang disajikan selain Tinutuan.Sahrul juga secara khusus minta dibuatkan menu ayam bakar oleh sang Chef.
"Oh,ya...."kata Sahrul.Dia belum mau penyamarannya terbongkar.Dia tidak menyangka Chef Vendis bisa mengenalinya yang sedang dalam penyamaran.
"Sebelum saya mengasingkan diri dari dunia kuliner di bulan November 2005,saya pernah memasak di private dinner birthday di rumah seorang pengusaha di bidang perhotelan.Kau terlihat mirip Sahrul,anak dari pengusaha itu.Saat itu Sahrul berulang tahun ke 19."kata Chef Vendis mencoba mengingat kenangan masa lalunya.
"Nama pegawai saya ini Sinu,Chef."kata Mutiara."Dan dia anak seorang guru."
"Hm.....begitu rupanya.....Siapa tahu aku salah karena kenangannya sudah sangat lama."kata Chef Vendis.
Chef Vendis tentu tidak bisa lupa dengan kenangan ulang tahun Sahrul kala itu.Orang tua Sahrul memberinya upah Rp.100 juta saat itu.Upah yang sangat tinggi.Selain itu Sahrul juga memberinya hadiah berupa 1 set pisau lengkap dengan tasnya.Chef Vendis merasa sangat beruntung kala itu.
"Saat itu aku mendapat ratusan juta rupiah untuk sebuah dinner birthday party untuk 30 tamu undangan.Aku mendapat banyak uang tapi di hari yang sama aku juga harus kehilangan puteriku."kata Chef Vendis Tengker sedih.
Sahrul belum tahu kisah ini.Seingatnya malam itu Chef Vendis sangat ceria dalam menyajikan demo masaknya.Para asistennya juga demikian.
Chef Vendis Tengker meneteskan airmatanya.
"Karena sibuk bekerja saya lupa kalau di hari itu Vera akan tampil menari tradisional pada sebuah lomba di Hotel Sahrul."kata Chef Vendis Tengker.
Mutiara dan Sahrul terdiam mendengarnya.Kisah ini sepertinya mengandung bawang.
"Dia terus menunggu saya.Handphone saya tidak aktif.Dia kemudian tampil dan menjadi juara 1 tanpa saya di sampingnya."kata Chef Vendis."Setelah itu dia memutuskan untuk menyusul saya di Toko kue yang saya miliki,dia pikir saya sedang sibuk membuat kue.Di perjalanan,dia mengalami kecelakaan lalu lintas yang merenggut nyawanya.Dia wafat sambil memeluk pialanya yang hendak dia tunjukkan kepada saya."
Mutiara dan Sahrul meneteskan airmata.
"Saya menyesal.Sangat menyesal.Uang dan semua ketenaran saya tak ada artinya dibandingkan Vera.Vera adalah cahaya saya.Ibunya wafat saat melahirkannya.Vera adalah segalanya."kata Chef Vendis.
Chef Vendis kali ini menangis.Sahrul dan Mutiara berusaha untuk menenangkannya.Chef Vendis menghentikan tangisnya.
"Saya memutuskan untuk vakum.Merenung.Mau bunuh diri.Saya sudah membuka ruang latihan saya untuk mengambil pisau.Saya ingin memotong nadi saya sendiri hingga akhirnya saya malah menemukan pisau set pemberian Sahrul yang diletakkan asisten saya di ruangan itu."kata Chef Vendis.
"Lalu?"tanya Sahrul.
"Pisau itu menyadarkanku tentang banyak hal."jawab Chef Vendis.
Sahrul ingat pisau set itu adalah barang impor dari Jepang.Kualitas nomor 1 dan sudah menjadi koleksi pisau para Chef Sushi di Jepang.Sahrul memberikan pisau set itu dengan tulus untuk Chef Vendis saat itu.
"Ada memo yang ditulis pada tas pisau set itu."kata Chef Vendis.
Memo itu ditulis langsung oleh Sahrul seperti ini :
Aku adalah fans beratmu,Chef.Aku sudah jadi fansmu sudah sangat lama saat ayahku masih jadi PNS di Sulawesi Utara.Aku senang Chef bisa memasak di pesta ulang tahunku.Ini adalah sebuah keajaiban.Tetaplah memasak dan menjadi yang terbaik.Jangan putus asa dan tetap bersinar.
Dari fansmu : Sahrul.
"Kata-kata Sahrul di memo itu seperti penyemangat bagiku.Sepertinya aku bisa menata hidup lagi berkat memo itu.Aku memutuskan untuk mengasingkan diri dan memulai hidup baru disini.Semua usaha kulinerku dikelola adikku,namun dari adikku aku tahu banyak orang yang masih merindukan masakanku yang memiliki ciri khas tersendiri."kata Chef Vendis.
Sahrul tak menyangka memo yang dia tulis 14 tahun yang lalu itu bisa menyelamatkan nyawa Chef Vendis Tengker.
"Chef...bagaimana jika si penulis memo itu meminta langsung Chef untuk bisa memasak kembali hari ini?"tanya Sahrul.
"Jadi,kau benar-benar Sahrul?"tanya Chef Vendis Tengker.
Sahrul mengangguk.Mutiara terkejut.
"Kembalilah memasak,Chef.Vera disana pasti lebih bahagia jika Chef melakukan hal yang menyenangkan banyak orang.Wafatnya Vera adalah takdir Allah.Semua pasti ada tujuan baiknya.Chef harus bangkit."kata Sahrul tulus.
Kata-kata Sahrul seperti sihir yang merasuk ke dada Chef Vendis.Sahrul membuka penyamarannya saat itu juga.Mutiara seperti tidak yakin dengan apa yang dilihatnya hari ini.
Chef Vendis langsung memeluk Sahrul.Sahrul menyambut pelukan itu dengan baik.Sahrul membisikkan kata-kata motivasi di telinga salah satu Chef terbaik dunia tersebut.Chef Vendis mendengarkan semuanya.
Chef Vendis kemudian menyanggupi ajakan Mutiara.Hari itu juga mereka menuju ke bandara.Jembatan putus sudah diatasi dengan adanya sampan sewaan.Mereka berhasil tiba di Jakarta pada sore hari pukul 05.00.Tiba di Jakarta para kru JBWO langsung menemani Chef Vendis Tengker berbelanja bahan-bahan untuk menu Tinutuan yang akan beliau masak saat tanggal 3 November dinihari.
......