Ruang keluarga di kediaman Ganendra saat ini sedang dalam keadaan hening. Ny. Ayunina Ganendra, menggendong seorang bayi yang di balut selimut berwarna biru muda.
Arzan masih belum bisa mencerna apapun yang terjadi beberapa jam yang lalu. Secara tiba-tiba ia diserahkan seorang bayi oleh wanita entah siapa.
Tn. Ganendra hanya bisa mencoba berpikir dengan tenang. Dirinya tak mungkin mengedepankan amarah disaat sang putra juga masih kebingungan.
"Ma, pa kenapa tiba-tiba menghubungi ku???" Ujar seorang wanita berkulit pucat, yang datang dengan wajah penasaran.
"Loh..mama, apa yang di gendongan mama itu???" Tanya wanita itu lagi, Ayra Ganedra Ny. Radyta
"Kau lihat sendiri saja lah, Ay. Kepala mama serasa mau pecah.." ujar Ny. Ganendra dengan wajah terlihat lelah
Ayra menerima sesuatu yang dibalut selimut. Begitu melihat apa isinya, manik kucingnya terbelalak lebar
"Ba-bayi siapa ini???" Tanya Ayra dengan wajah shock
"Tanyakan pada adikmu itu.." ujar Ny. Ganendra sembari menatap putra bungsunya tajam.
"Ar, anak siapa ini???" Tanya Ayra, dan wanita itu semakin bingung lagi karena adiknya malah menggelengkan kepala.
"Papa??? Anak siapa ini??? Apa ini anak papa dengan seseorang diluar sana???" Ayra berujar dengan nada marah.
"Jangan macam-macam Ay. Papa tak ada niat untuk menduakan mama kalian. Tadi saat di kantor, Arzan diserahkan bayi itu oleh seorang wanita dan setelahnya wanita itu langsung pergi" Ayra hanya bisa menganga tak percaya mendengar ucapan ayahnya
"Ar, apa ini anakmu???" Tanya Ayra masih tak percaya.
"Aku tak tau, kak. Aku saja bingung...aku tak bisa berpikir apapun saat ini.." ujar Arzan dengan wajah lelahnya.
"Oeekk...ooeekk..." suara tangisan bayi itu membuat wanita muda itu sontak menggerakkan tubuhnya agar si bayi kembali tenang.
"Ar, pa, ma...tidak mungkin kita membiarkan bayi ini begini kan??? Kenapa tak ada yang mencari siapa wanita yang menyerahkan bayi ini pada Arzan???" Ayra menatap keluarganya dengan lekat.
"Atau, apa kalian tidak kepikiran untuk melakukan tes DNA. Kalau memang bukan anak Arzan, kita bisa cari jalan.." ujar Ayra lagi
"Lalu, kalau memang anak adik mu ini, bagaimana??" Tanya Ny. Ganendra
"Bagaimana??? Mama mau membuang anak tak bersalah ini?? Tidak kan?? Ya kita rawat lah, apalagi kalau memang anak Arzan..kalau memang bukan, kita punya dua pilihan. Merawat atau menyerahkannya pada panti asuhan milik keluarga kita...." jelas Ayra berusaha tenang
"Benar kata kakak, tapi untuk saat ini. Ada baiknya bayi ini kita rawat dulu sampai hasil nya keluar..kakak bisa belanja keperluan bayi, kan???" Sang ayah menatap putri sulung nya
"Bisa pa. Ar, ayo ikut aku.." Ayra kembali menyerahkan bayi itu pada sang ibu, lalu ia mengajak adiknya
"Kenapa aku harus ikut, kak..??" tanya Arzan dengan wajah bengong
"Apa kau tak bisa membantu ku, untuk membawa semua keperluan bayi ini eoh??" Tanya Ayra balik, tak ingin membuat kakak nya semakin marah, pria muda itu mengangguk dan berjalan dibelakang sang kakak.
"Ohh..Ay, bayi ini berusia tiga bulan ya, laki-laki dan namanya Arkana" ujar Ny. Ganendra sambil membaca kertas kecil yang baru saja ia sadari ada di selimut si bayi.
"Iya ma, ayo Ar.." Kedua kakak beradik itu menghilang dari mansion Ganendra dengan menggunakan mobil milik Arzan.
"Liam..apa bayi ini benar anak Arzan ya???" Ny. Ganendra menatap samg suami lekat
"Ayu..kita tak bisa menerka. Tapi kalau boleh jujur, aku merasa si mungil ini, cucu kita...hati aku terus berujar kalau dia berdarah Ganendra.." ujar Tn. Ganedra dengan suara rendahnya.
"Oh ya..saat hasilnya keluar..dan benar kalau dia cucu kita, apa yang akan kita lakukan, Liam..??" Ny. Ganendra lagi
"Tenang Yu, aku sudah menyuruh beberapa orang bawahan ku untuk mencari siapa wanita itu. Dan jika benar bayi ini cucu kita, maka mau tak mau, kita harus menikahkan Arzan dengan ibu dari bayi ini.." ujar Tn. Ganendra
"Tapi Liam, putra kita itu kan sudah punya kekasih.." ujar Ny. Ganendra
"Ayu. Ibu bayi ini menyerahkan bayi nya ke anak kita, pasti ada beberapa alasan. Yang pertama, ia tak sanggup untuk mengasuh, mungkin karena ekonomi. Lalu mungkin saja dia ingin menjebak Arzan karena putra kita bukan pria biasa. Lalu, ada juga alasan mungkin wanita itu sejak awal tak menginginkan bayi ini. Makanya aku menyuruh bawahanku untuk segera mendapatkan wanita itu..lalu nanti akan kita tanya alasan dia apa..dan semua keputusan akhir akan kita putuskan setelah kita mendengar langsung alasan wanita itu.." Ny. Ganendra menatap sang suami, lalu menatap wajah si bayi yang kembali terlelap.
"Liam..nama bayi ini, Arkana..how cute.." Ny. Ganendra menemukan nama bayi itu di kertas yang ia pegang, dan saat ia membalikkan kertas itu, tertera nama Arkana juga tanggal lahirnya.
Arkana 08/07/2021
Tn. Ganendra hanya mengangguk saja, juga dalam hati berdoa semoga wanita itu bisa segera di temukan, dan ia bisa memutuskan jalan keluar yang terbaik.
Arzan side.
Pria tampan itu berjalan berdampingan dengan sang kakak memasuki toko yang menjualkan perlengkapan bayi.
Tring..
"Selamat datang, ingin mencari apa tuan dan nyonya" ujar pramuniaga yang menyambut keduanya.
"Emm..bisa kalian carikan pakaian untuk bayi berusia 3 bulan jenis kelamin laki-laki.., lalu botol dot juga susu..emm, ah jangan lupa popoknya, peralatan mandi, peralatan tidur juga.." ujar Ayra dengan ramah.
"Baik nyonya tunggu sebentar, untuk baju mau berapa pasang..maaf saya takut salah.." ujar pramuniaga itu lagi
"Emm..berapa ya??? Ar, berapa???"
"Dua lusin aku rasa cukup, kak.." jawab Arzan sambil memperhatikan toko itu.
"Oke..dua lusin, warnanya yang cocok untuk laki-laki..kebetulan kulitnya itu putih, wajahnya tamoan tapi sedikit canrik..mana tau kalian butuh ciri-ciri untuk refrensi.." ujar Ayra lagi.
"Baik nyonya akan kami persiapkan segera.." Ayra mengangguk kan kepala, lalu berjalan-jalan melihat pernak pernik bayi yang terlihat menggemaskan
"Ar lihat, imut kan...uuhhh" Ayra memperlihatkan sepatu kepada sang adik. Dan Arzan tersenyum lembut juga menganggukkan kepala.
Srek..
"I-ini..barang-barangnya, nyonya.." ujar pramuniaga yang lain..
Arzan seketika melihat kearah wanita itu.
"Suaranya seperti pernah dengar..dimana ya??" Bisik Arzan, namun masih bisa didengar oleh Ayra, tapi diabaikan kakak nya itu, karena mungkin saja tak sengaja bertemu atau apa lah.
"Warna pink???" Ayra menatap pramuniaga itu lekat.
"Kebetulan, emm..keponakan ku laki-laki nona.....Navya" Ayra membaca nama tag pramuniaga tersebut.
"Ah..emmm..ta-tapi tadi Nyonya mengatakan kalau Ar- ahh dia berkulit putih juga wajahnya cantik..sa-saya pikir warna pink tidak buruk, dan juga warna pink ini saya ambil yang pink lembut bukan pink yang mencolok.." jelas pramuniaga yang bernama Navya itu
"Emm..benar juga ya..oke, tak masalah dengan pink. Lalu kenapa susu ini, ini kan hypoalergenik..???" Ayra memperhatikan kaleng susu yang ia pegang saat ini.
"Emm..karena alergi susu sapi...jadi lebih baik susu ini saja, mengandung protein yang terhydrolisis yang tidak mengakibatkan alergi, juga bagus untuk perkembangan otak, Nyonya.." jelasnya lagi.
"Oke, bungkus semua..jangan ada yang tertinggal oke..Nona Navya" Wanita itu mengangguk paham. Ayra berjalan menuju kasir, dengan masih di ikuti oleh Arzan. Namun pria muda itu terlihat beberapa kali menolehkan kepala dan menatap pramuniaga yang terlihat semangat membungkus pesanan sang kakak.
"Semangat sekali dia" seru Arzan.
"Barang dagangan laku ya semangat lah..kau ini, aneh-aneh saja.." ujar Ayra mendengar ucapan sang adik.
Srek..
"Terimakasih Nyonya, Tuan.. " ujar pramuniaga itu sambil menyerahkan paperbag berisi peralatan bayi.
"Terimakasih kembali, nona Navya.." Ayra berjalan dan diikuti Arzan dengan paperbag di tangannya.
*****
Selama tiga hari, Ny. Ganendra menjelma menjadi babysitter untuk menjaga Arkana, bayi berusia tiga bulan.
Apakah merasa lelah??? Tidak sama sekali, karena dasarnya Ny. Ganendra menyukai anak kecil, dia bahkan suka bermain dengan Arkana saat bayi mungil itu terjaga.
Bukan hanya Ny. Ganendra saja yang suka dengan bayi mumgil itu, Ayra bahkan tiga hari ini memilih menginap di rumah orang tuanya dan memboyong sang suami juga. Hanya agar bisa bermain dengan Arkana
Hari ini, hasil tes DNA yang di lakukan Arzan akan keluar hasilnya. Keluarga Ganendra jelas merasa was-was, apalagi Arzan. Dia bingung bagaimana mengatakan pada sang kekasih jika bayi itu benar anaknya.
"Tuan muda..ini hasilnya " ujar supir pribadinya, menyerahkan amplop dari rumah sakit.
"Paman ada lihat..??" tanya Arzan
"Saya tidak berani, Tuan muda.." Arzan menerima amplop dan membawanya ke ruang keluarga, dimana seluruh keluarganya menunggu.
"Ini pa...papa yang lihat ya, aku takut.." ujar Arzan
"Kau seperti anak kecil saja, Ar.." ujar sang abang ipar, Danar, Danar Radyta.
"Atau abang saja yang buka.." ujar Arzan lagi
"Boleh??? Kalau boleh sini berikan padaku.." Danar mengulurkan tangannya. Dan Arzan memberikan amplop itu.
Raut wajah seluruh keluarga Ganendra terlihat tegang, saat melihat Danar membuka amplop dan membaca hasil tes DNA adik iparnya dengan bayi mungil itu..
"Sayang, siapa nama si mungil itu??" Tanya Danar pada sang istri
"Arkana, sayang..kenapa??" Tanya Ayra penasaran.
"Hemm...Ar, selamat ya..kita harus memberikan nama keluarga Ganendra pada Arkana, Arkana Ganendra..."
jedeeeerrrrr!!!!!
to be continue