Oekk...oeekkk...oeekk..
Manik bulan sabit Navya langsung terbuka dan dengan cepat dia bangun, menatap sang putra yang terlihat tidak nyaman. Saat setelah diperiksa ternyata popok nya sudah penuh dan harus di ganti. Navya terlihat telaten menggantinya, sesekali ia mengajak Arka berbicara. Setelah selesai mengganti popok, ibu muda itu memangku Arka dan memberikan ASI pada putra mungilnya.
Sebenarnya Arzan belum tertidur, dan ia menatap semua nya dengan mengintip. Suara lembut Navya mengalun kembali saat wanita itu bernyanyi untuk menina bobok kan putra mereka. Setelah Arka tertidur, Navya meletakkan Arka di tempat semula, lalu menatap ke arah ranjang, Navya berjalan menuju ranjang dan membuat Arzan harus menutup mata, pura-pura tertidur.
"Pasti dia mau melakukan hal aneh. Awas saja, aku akan menangkap basah dirimu..perempuan licik.." ujar Arzan dalam hati
Sret..
Pria itu merasakan tubuhnya hangat karena selimut yang membungkus dirinya sampai sebatas leher. Lalu ia mendengar suara langkah kaki yang menjauhi ranjang besar itu. Arzan kembali membuka matanya sedikit, dan melihat Navya sudah berbaring di single sofa itu untuk menuju alam mimpi.
****
Arzan menatap sang putra lekat. Istrinnya membangunkan dirinya dan meminta tolong untuk menjaga Arkana, karena Navya akan memasak sarapan. Dan mau tak mau Arzan mengangguk kan kepala.
"Ibu mu itu menetapkan diri sebagai babu. Padahal banyak maid dirumah ini..mau cari muka kah.." ujar Arzan pada Arka. Tapi bayi mungil yang masih tertidur itu jelas tidak merespon.
Arzan memilih kembali tidur dengan Arka di sampingnya.
Di lantai bawah, Navya dan para maid sibuk di dapur untuk memasak sarapan, dan Navya tidak merasa keberatan karena dia sangat menyukai kegiatannya itu.
"Nav, apa yang akan kau lakukan kalau sampai istri kedua tuan muda masuk kerumah ini???" Tanya kepala pelayan.
"Tak ada Bi, memangnya apa yang bisa aku lakukan. Aku hanya akan menjaga Arkana saja.." jawab Navyq dengan nada lirih
"Nav, kenapa kau tak mau egois?? Kalau aku jadi dirimu, aku akan mempertahankan apa yang sudah aku dapat ini.." ujar maid yang lebih muda
"Maaf kak, aku tidak mengharapkan apapun, dipikiran aku hanya Arka saja..tidak yang lain..sudah lah, kalau pun Yuna di mansion ini itu sudah ketentuan, kan kalau namanya keluarga harus tinggal bersama.." jawaban Navya membuat mereka hanya bisa geleng kepala. Juga kepala pelayan menatap ke satu arah dan menggeleng sambil menutup matanya.
"Bagaimana caranya agar kau egois, Nav.." ujar seseorang yang sejak tadi memperhatikan wanita mungil itu.
"Liam..sedang apa??? Apa yang kau lihat??" Tanya Ny. Ganendra pada sang suami
"Tak ada, aku hanya melihat Navya yang sudah bangun dan membantu mereka menyiapkan sarapan. Apa dia tidak lelah dari semalam..??" Ny. Ganendra menatap Navyq lalu suaminya bergantian
"Entahlah, Liam..aku juga suka bingung melihatnya.." Tn. Ganendra memilih membawa istri tercinta menuju kamar mereka kembali.
****
Semua keluarga sudah ada di posisi masing-masing. Navya duduk disamping Arzan juga pria dari keluarga Radyta, Nanda.
"Kau yakin bisa makan dengan Arka di gendonganmu, Nav???" Tanya Nanda
"Tentu saja, Tuan Nanda..aku sudah terbiasa seperti ini.." jawab Navya..
"Emm..jangan panggil Tuan, cukup Nanda saja...aku sudah katakan saat resepsi kaliam, Bunda Arka" Nanda memamerkan senyum kotaknya
"Tapi..."
"Ck..tolonglah...ya...." Nanda menatap Navya lekat
"Baiklah, Nanda..."
"Assa...oke, aku akan makan dengan cepat. Agar kau bisa makan.." Navya yang masih belum mengerti hanya bisa tersenyum saja, lalu kembali menyantap sarapan yang ada di piring miliknya. Semua mata menatap satu wanita yang diapit dua pria tersebut. Nanda terlihat lahap makan, beda dengan Arzan yang terlihat ogah-ogahan.
"Maaf tuan, Nona Yuna ada didepan.." mendengar nama itu. Reaksi yang terlihat sangat beragam. Yasmin dan Divya terlihat jengah, Ayra dengan ekspresi datar, Danar langsung terdiam untuk beberapa saat, Nanda berdecak, Para orang tua yang terlihat biasa saja atau berakting biasa saja, Navya yang terlihat mengepalkan tangan karena mengingat perbuatan Yuna saat hari pernikahan mereka. Dan yang merasa senang hanya Arzan seorang.
"Yuna..sayang, sini..duduk disamping aku" Arzan menepuk kursi yang kosong disamping kirinya.
Wanita dari keluarga Bramantyo itu terlihat ragu untuk melangkah apalagi tatapan mata yang jelas terlihat sangat tidak menyukai dirinya.
"Oke..aku sudah selesai, Nav berikan Arka padaku. Biar aku yang menjaganya.." Nanda meminta Arkana pada Navya.
"Tapi.."
"Tak apa..aku sangat suka anak kecil, sebenarnya sejak tadi aku menahan gemas..plis..berikan Arka padaku..ya mau ya...." Nanda mengeluarkan ekspersi menggemaskan yang malah membuat Navya terkekeh lucu. Ini kali pertama Navya tertawa lepas.
"Baiklah..tapi jangan seperti itu..tidak cocok dengan tubuh besar mu, Nan.."
Deg....
Deg....
"Cantiknya...." koor Nanda, Tristan, dan Alby
Blushhh...
Navya langsung menundukkan kepala karena ucapan serentak tiga pria yang tampannya di level berbeda
Ketiganya terkekeh karena tingkah Navya, lalu Nanda mengambil Arka dan memangkunya sambil mengajak bayi tiga bulan itu berceloteh.
Yuna yang mengira akan disambut malah tak ada yang bertanya, selain Arzan seorang.
Skip sarapan.
Semua berkumpul di ruang keluarga. Para kaum muda asik mengganggu Arkana si bocah mungil menggemaskan, dan para orang tua saling bercengkrama.
"Yuna..selama seminggu ini kau akan tidur di kamar tamu.." ujar Ny. Ganendra dengan tenang.
"Tapi kenapa Bu, aku istrinya Arzan. Kenapa kami tidak dikamar yang sama??" Tanya Yuna
"Karena kamar Arzan sudah ditempati Navya dan putra mereja..tentu saja" jawab Ny. Ganendra lagi
"Kenapa kalian tidak adil sekali, aku sudah mengalah menjadi istri siri Arzan, tapi perlakuan kalian seperti ini.." Yuna tak terima
"Kami tidak pernah memaksamu untuk menikah siri dengan Arzan. Bahkan kami bertanya berulang kali padamu.. kau lupa??" Bukan Tn. atau Ny. Ganendra yang berbicara. Tapi Danar selaku menantu pria dirumah itu. Yuna tak bisa menjawab.
"Sudah lah, hanya seminggu saja. Seteleh itu kau akan kembali ke apartemen milik Arzan.." Ny. Ganendra berujar.
"Oh ya..Danar..."
"Iya Ma???" Yang dipanggil langsung menatap yang sang ibu mertua
"Apa kau sudah dapat rekaman di gereja itu..??" Danar jelas bingung. Dan bukan hanya Danar saja tapi semuanya. Bahkan Navya juga.
"Rekaman di gereja?? Maksud Mama??" Danar memastikan satu hal
"Rekaman dimana alasan Navya mengganti gaunnya di detik-detik terakhir, juga asalan bagaimana bisa ada memar di dahi, juga pipinya. Tampaknya kau melupakan permintaan wanita tua ini ya..." Danar menatap manik bambi sang ibu mertua. Lalu melirik satu orang yang terlihat terkejut
"Aaahh..itu, Maaf ma. Bukan aku melupakan. Hanya saja aku terlalu fokus memikirkan putri cantik mama yang merupakan istri aku ini.. " Danar merangkul Ayra yang malah mendecih. Suaminya tukang gombal ternyata. Dan Ny. Ganendra malah terkekeh saja.
"Tante..maksud tante dengan gaun dan memar itu apa???" Dyvya bertanya
"Iya, Jadi saat pemberkatan kemarin itu gaun yang tante belikan untuk Navya tiba-tiba berganti dan ada memar di dahi juga pipinya. Tante sudah bertanya pada Navya, tapi dia memilih berbohong. Lalu tante meminta Danar untuk mencari siapa yang berani melakukan hal kotor itu. Bagaimana pun Navya adalah Nyonya muda di mansion ini. Dan yang berani mengganggunya...."
"Berarti mengganggu kita semua..bukan begitu tante???" Yasmin berujar dengan senyum miring di akhir. Ny. Ganendra mengangguk dua kali, dengan manik bambi menatap kearah Yuna.
"Memar??? Paling dia yang terlalu semangat karena akan menikah denganku.." Arzan dengan ucapan anehnya
"Lalu, maksudmu saking semangat nya dia melukai tubuhnya sendiri, begitu???" Alby buka suara
"Bisa jadi, bang..."
"Pendapatmu tak lebih dari sampah Ar. Dimana-mana kalau senang pasti berusaha menjadi yang tercantik, yang sempurna..bukan malah melukai diri sendiri..bodoh" Alby geleng kepala melihat sepupunya ini.
"A-aaaahhh....Arkana Ganendra..kau mengencingi uncle..ahhh" Nanda mengangkat Arka karena celananya basah akibat Arka yang mengompol.
Navya dengan cepat langsung mengambil sang putra dari Nanda dengan wajah tak enaknya.
"Tak apa, aku hanya terkejut saja..aku akan ganti celana dulu..kau gantilah popok Arka, mungkin sudsh penuh makanya merembes..oke" Nanda mengusak kepala Navya sebelum pergi menuju kamar yang ia tempati. Semua mata menatap mereka lekat. Apalagi saat Nandq sudah selesai berganti celana juga baju nya, Navya kembali menatap Nanda lekat. Tepatnya menatap Nanda dengan tatapan memelas yang jatuhnya malah menggemaskan
"Oh ayolah Nav, jangan tatap aku seperti itu. Aku takut aku nanti jatuh cinta padamu dan akan berkhianat pada suami mu itu..plis. Arka hanya pipis saja..tak apa, aku tak marah.." ujar Nanda dengan suara beratnya namun terdengar lembut. Dan seperti tidak jera, Nanda kembali mengambil Arka dari pangkuan Navya dan lanjut mengganggu bayi mungil itu. Arzan terlihat tak terima karena Nanda seakan memonopoli putranya, padahal jelas-jelas ayahnya Arkana adalah dirinya, Arzan Ganendra.
Sedang yang lain malah tak terlalu memikirkan nya kecuali Nanda yang di kencingi Arka itu terlihat lucu.